hay hay. .
ayo, yang udah kangen berat sama Baby Joe mana suaranya????
aku lagi happy banget, kemarin abis snorkeling di pulau putri belinyu, terumbu karangnya tuh cantik banget, tapi sayang udah banyak yang mati. .tadi aku juga ketemu sama si nemo dan anemone, jadi langsung keingetan sama cerita si mba mounalizza tentang nemo dan anemone. .
-------
Iren keluar dari toilet dengan wajah yang memerah."kamu kenapa?" tanyaku lembut sambil mengusap pipinya yang memerah. dia menepis tanganku cepat.
"enggak usah kamu-kamuan deh Joe, jijik gue dengernya" katanya dengan wajah demeknya.
"ya elah Ren, dilembutin salah, dikasarin entar katanya aku enggak cinta" wajahnya semakin masam dan kini ditambah dengan mata yang melotot.
"lo bilang cinta ke gue, setelah lo ngatain gue goreng ikan di toilet? tebel amat muka lo" aku terkekeh mendengar ucapan sinisnya.
"bukannya lo yang mukanya tebel? udah pipis suaranya kayak lagi goreng ikan, masih berani juga lo keluar dari toilet"
"JOOOOOOEE" teriaknya yang memekkan telngaku.
"apa sih sayang? belum diapa-apain kok udah teriak aja?"
"keluar lo dari sini, keluar keluar keluar" didorongnya tubuhku hingga kedepan pintu.
"tapi aku cinta sama kamu Ren" jujurku.
"gue enggak perduli, kasih aja cinta lo ke mereka yang lebih membutuhkan" dia menutup pintu ruangannya tepat didepan mukaku. untung saja tidak sampai mengenai hidungku. aku jadi berpikir untuk mengasuransikan hidungku.
-------
aku melangkah lesu masuk kedalam kantor. para pekerja yang kebetulan lewat selalu menyapaku. padahal harusnya kalau lewat ya lewat saja, tidak perlu sapa menyapa, jadi akupun tidak perlu beramah tamah dengan mereka. khususnya pegawai pria."pak, ada nona Dina, nona Sherly, nona Zoya dan nona Amanda sedangenunggu diruangan anda" kata Kelvin sekretarisku saat aku akan memutar knop pintu ruanganku. Sial, untuk apa para mantan koleksiku berkumpul di ruanganku? mau demo memasak?
aku menghela nafas sejenak dan memutar pelan knop pintu ruanganku. terdengar suara berisik layaknya pasar dipagi hari.
"Joe itu punya aku, dan dia akan menikahi aku" itu suara Sherly.
"no no no no, Joe itu punya aku, mana mungkin dia nikahnya sama kalian" itu suara Zoya.
"apaan sih kalian, Joe itu udah tunangan sama aku" itu Dina dengan khayalan tingkat dewanya.
"udah lah, kalian juga paling cuma mau duitnya si Joe doang kan" nah itu Amanda.
"ehm" aku bedehem menghentikan perdebatan keempatnya.
"Joe!!!" teriak mereka berbarengan. mereka bangkit dari duduknya dan hendak menyerbuku.
"STOOOOOOP" teriakku menghentikan langkah mereka.
"kalian mau ngapain?" tanyaku.
"gue hamil Joe"
"enggak Joe, dia enggak hamil, gue yang hamil"
"enak aja, yang hamil itu gue"
"Joe, anak lo kayaknya ngidam deh pengen tas prada"
aku memijit kepalaku pelan. dan memandang mereka satu persatu.
"Amanda, kita udah enggak berhubungan lagi lebih dari satu tahun yang lalu, berarti bukan gue ayah dari anak lo, silahkan keluar" Amanda keluar dari ruanganku dengan wajah kesalnya. tinggal Sherly, Zoya dan Dina.
"Sherly, usia kandungan lo berapa?" tanyaku tenang.
"3 minggu" cicitnya.
"cari Randa, dia yang akan menikahi lo. bukannya terakhir kita berhubungan lima minggu yang lalu? dan saat itu lo lagi tidur sama Randa. kamu tau kan gue suka membagi dan gue tidak suka berbagi" tukasku. tapi jika kelak aku berhasil menikahi Iren, tak akan ada lagi bagi membagi dalam kamusku.
Sherly berhasil aku atasi. dan kini tinggal Dina dan Zoya.
"Dina, bukannya lo selalu meminum pil kontrasepsi setiap kali kita melakukannya? bagaimana mungkin lo bisa hamil?" dia tampak berpikir sejenak.
"kan bisa aja benih lo besoknya baru sampai ke rahim aku"
"keluar" kataku geram. dan ini dia yang membuatku paling emosi. Zoya.
"GUE ENGGAK PERNAH NIDURIN LO, GIMANA BISA LO HAMIL ANAK GUE?" tanyaku dengan teriakkan lantang. boro-boro menjawab pertanyaanku, dia justru langsung berlari meninggalkan ruanganku.
aku menghela nafas lega saat keempatnya sudah keluar dari ruanganku.
aku jadi menyesal pernah mengoleksi mereka.
aku duduk di kursiku dengan perasaan lelah, dan sepertinya aku membutuhkan vitaminku.
kuraih handphoneku didalam saku jasku dan menekan beberapa digit angka yang telah ku hafal didalam kepalaku, karena jika hafal diluar kepala nampak tak masuk akal bagiku.
"NGAPAIN LAGI LO NELPON GUE?" belum sempat aku mengatakan hallo, aku sudah mendapat semprotan cantik.
"mak lampir, gue kangen sama lo" balasku tak bersemangat.
"sial, lo sakit?" tanyanya dengan nada yang terdengar khawatir.
"enggak usah khawatir, gue baik kok" aku terkekeh membawangkan wajah sebalnya.
"ya udah, gue tutup" katanya sebal.
"jangan dong, gue lagi bete nih yang" cegahku.
"enggak usah pake yang yangan, geli gue. lo bete kenapa? didatengin para koleksi lo?" alisku berkerut. bagaimana dia bisa tau?
"kok lo tau?" tanyaku heran.
"playboy tengik macam lo tuh masalahnya enggak akan jauh-jauh dari hal yang begituan. udah ah, ganggu lo, bye" sambungan telpon diputusnya sepihak. gue enggak akan nyerah buat dapetin lo Ren.
kuambil kartu nama didalam laci meja kerjaku. dan menelpon nomor yang tertera disana.
"selamat siang, dengan toko perhiasan mahkota"
"siang, saya mau pesan sepasang cincin tunangan yang terbaik yang kalian punya. nanti siang, sekretaris saya akan datang kesana dan melakukan transaksi pembayaran."
"baik pak, atas nama siapa?"
"Joshua Narendra Fusco"
-------TBC-------
segini ya ders, maaf ya kalo enggak bisa bikin ngakak. .
maaf buat typonya, namanya juga manusia.aku sayang kalian

KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahimu
Umorismoapa yang sebenarnya menarik darimu? wajah standarmu? pendek tubuhmu? atau otak gesrekmu? sebenarnya tak ada yang menarik, tapi apa yang membuatku tak bisa berpaling darimu?- Joshua Narendra Fusco bukankah aku tak menarik dimatamu? jadi untuk apa kau...