Menikahimu

Cuma Kamu

aku tersenyum puas, rasanya gigiku sudah kering, karena sejak tadi selalu tersenyum. perjuanganku membuat lamaran romantis tidak sia-sia, Iren menerima lamaranku meskipun dengan sedikit enggan.

aku bukannya tidak tau jika dia sedang menyiapkan rencana untuk membalasku dengan kejam, tapi sekuat apapun usahanya untuk membuatku mundur, sekuat itu pula usahaku untuk bertahan.

"mukanya bisa biasa aja kan?" aku memandang sinis pada Bagas, hari ini aku terpaksa no no bukan terpaksa, tapi dipaksa mentraktir dia karena katanya berkat dia lah lamaranku diterima.

"enggak bisa lah, lo tau kan gue lagi bahagia-bahagianya, enggak tau? Makanya nikah kalo mau tau" ayam bakar yang tadinya akan masuk kedalam mulutnya kini berhenti ditengah jalan.

"iya, entar gue nikah. Tapi nunggu si Airi gede dulu, baru gue nikahin dia" aku menatap tajam bagas yang sedang terkekeh.

"awas aja lo berani deketin adek gue, gue pastiin 'adik' lo akan layu selamanya" bagas langsung meringis sambil menutupi 'adik'nya.

'-----

Aku merasa tanganku digoyangkan pelan.

"Joe. . .Joe" sapaan itu terdengar lirih.

"JOOOOOOOOEEEEE" teriakan itu tepat disamping telingaku dan tubuhku terguncang dengan dahsyat. Membuat mataku mau tak mau terbuka.

"apaan sih sayang?" tanyaku pada sosok yang berdiri didepanku dengan kedua tangan dipinggang.

"lo ngapain disini? Dan gimana ceirtanya lo bisa masuk kesini?" aku mergangkan tubuhku dan bangkit dari sofa yang tadi aku tiduri.

"aku mau ngasih kejutan, nih" kuraih paper bag yang tadi kuletakkan dilantai dan menyerahkannya pada Iren.

"apa nih?" tanya Iren. Aku tersenyum mendengar pertanyaannya, dasar perempuan, apa susahnya sih liat isinya sendiri?

"gaun, nanti abis mandi, pake ya. Aku mau ajak kamu makan malem sama keluarga aku" kukecup bibirnya pelan lalu bergegas masuk ke kamar mandi, sebelum dia meneriakiku.

Iren terlihat sangat cantik dengan gaun baby blue yang tadi kuberikan. Rambut sepunggungnya yang tergerai dihias dengan pita kecil, make up tipis serta lipstick pink pucat. Akupun sudah siap setelah tadi mandi diapartemennya.

"kamu cantik" pujiku, dia tersenyum manis. Ingin rasanya aku menikahinya malam ini juga.

"tapi lo jelek" balasnya, bukannya balik memuji, dia justru menghinaku. Sabar Joe sabar. .

"enggak ada lo gue lagi sekarang, biasain pake aku kamu, bentar lagi kita bakal nikah. Masalah aku jelek, mungkin besok aku akan bawa kamu ke dokter mata" kataku santai, ku genggam tangannya dan membawanya turun ke lobby dan masuk ke dalam mobil.

"lo. .ehm kamu tau dari mana password apartemen aku?" tanya Iren dengan suara yang dibuat datar, namun tidak mampu menyembunyikan nada penasarannya dari telingaku. Telingaku masih cukup peka, meskipun tadi sudah diteriaki oleh suara Iren yang kencangnya sudah seperti mercon.

"semua tentang kamu, aku tau" jawabku pasti, dia langsung menolehkan kepalanya padaku.

"semua? Termasuk aku yang benci kamu juga kamu tau?" hadeeeh, nyesel aku bilang aku tau semua tentang dia kalau ujungnya malah itu yang dia bahas. Aku tersenyum sambil mengelus pucuk kepalanya dengan tangan kiriku.

"tau, tapi aku juga tau kalau kamu sudah mulai bisa nerima aku" dia memandangku seolah tidak menerima ucapanku barusan.

"jangan sok tau deh kamu, mana bukti kalau aku udah mulai bisa terima kamu?"

"buktinya? Kamu mau pakai gaun yang aku kasih dan ikut aku makan malam sama ayah dan bunda tanpa protes sedikitpun" dia akhirnya memilih diam daripada membalas ucapanku yang sudah terlihat endingnya bahwa dia akan tetap kalah.

Ku raih tangan kanannya dan kukecup pelan.

"aku serius sama kamu, dan aku belum pernah seperti ini, Cuma kamu"

----- TBC -----

Lama ya enggak liat aku? Kangen ya sama aku?

Maafkan daku yang sedang sibuk mengurusi percintaanku sendiri dengan bang Rion KW 10. Gue lagi perjuangkan cinta gue, tapi perjuangan gue enggak seekstrim Ayla kok, dan Alhamdulillah sekarang dia udah mulai kasih respon dan udah mulai sering bilang cinta walaupun kita enggak pacaran, doain ya biar bisa lanjut.