Siapa yang Mengalah?

6K 263 25
                                        

"Ren, bangun. Iren, bangun!" kugoncangkan tubuh yang sedang meringkuk di bawah selimut tebal. Sebuah guling besar berada erat dalam pelukannya. Uh, aku ingin jadi guling itu. Sudah pukul delapan lewat tiga belas menit, dan calon istriku ini belum keluar dari sarangnya. 

"Iren, bangun! Kalau enggak, aku cium nih!" kutepuk pelan pipinya, dahinya hanya mengerut samar, dan tidurnya tidak terganggu sama sekali. Kesal, kucubit pipi dan hidungnya bersamaan. Membuat dahinya semakin mengerut dan bulu mata lentiknya bergerak - gerak.

"Bwahh." Iren gelagapan, karena aku memang sengaja menutup hidungnya cukup lama. perlahan, matanya terbuka dan menatapku bingung. "Joe! Apa - apaan sih?!" teriaknya setelah sadar beberapa detik kemudian, tubuhku didorongnya, lalu dia membalikkan badannya memunggungiku.

"Bangun, Ren! Kamu lupa kita harus fitting baju pengantin hari ini?" 

"Please Joe!  Ini masih pagi.  Jangan ganggu aku. "

"Sudah jam delapan lebih,  Sayang.  Kita sudah buat janji jam 10 kan?"

"Ya Tuhan!  Aku baru tidur jam 6 pagi!  Batalkan saja janjinya!" kata Irwn semakin memasukkan tubuhnya ke dalam selimut.  Bahkan,  bantal besarnya dia gunakan untuk menutupi telinganya.

"Nggak bisa gitu dong. Kamu pikir gampang apa buat janji sama mereka? Klien mereka bukan cuma kita, Ren. Makanya, kamu berhenti kerja aja. Penghasilku sudah cukup kok untuk menghidupi keluarga kita nanti." jelasku sedikit kesal dengan permintaan Iren untuk membatalkan janji temu dengan desainer baju pengantin kami. Susah susah aku mengatur jadwalku dengan mereka, dan Iren meminta untuk membatalkannya semudah itu? Yang benar saja!

"Apa kamu bilang?" Iren duduk.  Membuang bantal dan selimut yang dia gunakan untuk menutupi tubuhnya. "Berhenti kerja? Gampang banget kamu ngomongnya? Kamu pikir gampang buat aku sampai ke sini? Kamu nggak tau perjuanganku Joe! Kamu pikir ini semua cuma soal uang?"

"Bukan gitu maksudku, Ren! "

"Terus apa maksud kamu?"

"Aku cuma nggak mau kamu kecapean begini. Apalagi kalau kita nikah nanti,  aku nggak mau kamu pulang malam - malam atau pagi - pagi.  Aku maunya,  kamu yang mengurus keluarga kita nanti.  Kamu duduk di rumah, dan membesarkan anak - anak kita." jelasku lebih lembut pada Iren.

"Sama aja, Joe!  Intinya kamu minta aku berhenti kerja dan cuma jadi ibu rumah tangga! Kamu nggak mikir apa perjuanganku kuliah dulu? Intern? Nggak tidur,  pulang pagi berangkat pagi. Saat semua orang hang out di akhir pekan,  aku masih setia di rumah sakit,  atau di pedalaman sana! Kamu kan sudah tau apa pekerjaanku dari awal. Harusnya kamu terima itu!"

"Ren,  kenapa kita jadi bertengkar sih?"

"Kamu yang mulai!"

"Jadi, kalau kita nikah nanti,  kamu akan tetap pulang pagi? Status dan tanggung jawab kamu sudah berubah Ren,  saat kamu jadi istri aku. Prioritas kamu sudah beda. Ada keluarga yang harus kamu urus!" Aku jadi ikut emosi menanggapi amukan Iren. Persiapan pernikahan kita sudah 70% dan masalah sekrusial ini baru aku pikirkan.

"Lalu kamu mau aku berhenti kerja? Semudah itu? Secepat itu? Sementara aku masih ingat dengan jelas bagaimana perjuanganku dulu."

"Lalu apa bedanya kalau kita menikah. Kamu tidak bertanggungjawab,  Ren!"

"Ya! Aku memang tidak bertanggungjawab! Udahlah, Joe! Aku lelah.  Lebih baik kamu pulang!"

"Nggak bisa gitu, dong Ren!"

"Terus kamu mau apa lagi? Aku tetap nggak mau berhenti. Kalau kamu mau punya istri yang cuma diam di rumah, itu bukan aku! Maaf, lebih baik kamu cari yang lain!"

"Iren! Jaga mulut kamu!"

"Udah Joe! Pulanglah! Aku capek!"

"Kita harus bi-"

"Pulang Joe! Pulang!"

Brakk!

Iren turun dari tempat tidurnya,  dan mendorongku keluar.  Setelah itu,  hanya suara benturan keras dari pintu yang aku dengar.

Aku mengacak rambutku sendiri. Aaaargh!  Kenapa jadi seperti ini? Pagi - pagi,  agu bangun dengan semangat empat lima,  baik - baik menjempunya untuk fitting baju pengantin. Dan aku mendapatkan perlakuan seperti ini?

Aaarghh!

Sial! Sial sekali! 

..............

Satu minggu aku tidak menghubungi Iren.  Dan dia,  juga tidak menghubungiku sama - sekali. Aku sudah seperti orang gila memikirkannya,  juga pernikahan kami nanti. Sudah sejauh ini,  dan dia memintaku mencari wanita lain?

Apa dia memang tidak berniat menikah denganku? Memang dulu aku memaksanya, tapi tidak begini juga. Dia masih bisa menolak walaupun aku memaksa.

Aku tidak mau menjatuhkan harga diriku dengan menghubunginya terlebih dulu.  Harusnya dia datang pada ku dan meminta maaf.  Atau setidaknya mengirimiku pesan,  menanyakan kabarku.

Benar - benar tidak peka perempuan satu itu!

"Baby Joe,  kamu ada masalah?" Dady masuk ruang kerjaku dengan membawa beberapa map dokumen.

"Tidak." jawabku singkat. Aku masih suka kesal,  kalau Daddy memanggilku begitu. Dia pikir usiaku masih lima tahun? Udah gitu,  istrinya ikut panggil - panggil begitu lagi. Ah,  moodku semakin buruk.

"Yang benar? Lalu, kenapa kerjaanmu berantakan? Hampir semua data yang kamu masukkan tidak match.  Kamu ada masalah sama Iren?"

"Enggak,  Dad.  Kami baik - baik saja." Aku tidak mau Daddy ikut campur urusanku dengan Iren.  Aku rasa,  aku masih menyelesaikan masalah ini.  Tanpa bantuan orang lain.

"Baiklah,  kalu begitu.  Kalau ada masalah ceritakan. Perbaiki laporanmu!  Serahkan besok pagi ke ruangan Dady."

"Ya." jawabku singkat.

"Oh ya! Kamis malam, ajak Iren makan malam di Rumah.  Mommymu,  merindukannya." kata Daddy sebelum meninggalkan ruangnku.

"Ya,  nanti Joe kabari Iren."

"Kerjakan dengan baik laporanmu!" aku hanya mengangguk sekipas. Setelah itu,  Daddy menghilang dari pintu ruanganku.

Semua gara - gara Iren!  Pekerjaanku jadi berantakan semua.  Bahkan Daddy sampai mau repot - repot datang ke ruanganku sendiri.

Bagaimana caranya aku mengajak Iren makan malam?  Sedang aku masih berseteru dengannya.  Egoku benar - benar melarang untuk menghubunginya terlebih dulu. 

Harga diriku terluka!

Aku tersakiti!

.......

Udah dulu yaa..
Buat mengobati kangen kalian sama baby Joe.

Hayo tebak,  ini sapa yang nulis

Ketahuan kan? 

See ya next part.

Vote sama komennya jangan lupa yaa!

Sekalian promo, jangan lupa mampir ke profilnya SinnaDwi ..  Baca ceritanya juga yaa 😁😁😁

20022018

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MenikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang