IX

5.7K 486 36
                                    


"Aku mencintaimu Jae...."

"Aku akan terus mencintaimu sampai kapanpun..."

Yunho sudah dibawa ke Rumah Sakit, Jaejoong dan Min ah bahkan Taehee sangat mencemaskan kondisi Yunho, mereka tak ingin sesuatu buruk terjadi pada Yunho. Jaejoong tak pedulikan tubuhnya yang berlumuran darah Yunho saat ini, ia hanya takut terjadi sesuatu yang buruk pada Yunho, ia sangat takut.

Sesaat setelah kedatangan Taehee, Min ah dan Jaejoong membawa Yunho, Jihoon datang dengan wajah yang sangat cemas, ia mendapat berita dari Dongwook akan kejadian ini, Jihoon pun segera menuju Rumah Sakit tanpa mempedulikan pekerjaannya di kantor, apa yang sebenarnya terjadi sampai Yunho mengalami hal ini, mengapa lampu itu bisa terjatuh? Apakah selama ini tidak ada pengecekan?

"Bagaimana Yunho?" tanya Jihoon cemas, Min ah dan Jaejoong hanya tertunduk, bahkan fikiran mereka tetap terfokus pada keselamatan Yunho.

"Entah, dokter belum keluar memberi kabar. Bagaimana kau bisa tau kejadian ini?" tanya Taehee heran.

"Dongwook memberitahuku, ia mendapat berita kejadian ini dari rumah, maka dari itu aku segera kemari." Jelas Jihoon pada Taehee, Taehee pun mengangguk paham. Tak lama dokter pun keluar dengan wajah yang cukup cemas, Jihoon pun menghampirinya di ikuti oleh Jaejoong, Taehee dan Min ah.

"Bagaimana Yunho?" Tanya Jihoon penasaran.

"Yunho kritis, ia banyak kehilangan darah." Mereka tampak shock mendengarnya,apalagi Jaejoong dan Min ah. Mereka tidak ingin ini terjadi, mereka belum sempat meminta maaf atas perlakuan mereka.

"Tuan Jung, bisa kita bicara sebentar?" Jihoon mengangguk. Taehee, Min ah, dan Jaejoong hanya dapat melihat Jihoon yang pergi bersama dokter, apa yang terjadi dengan Yunho? Mengapa dokter tersebut tidak memberiahukan langsung kepada mereka semua? Mengapa hanya harus dengan Jihoon saja?

Jihoon menatap sang dokter.

"Apa terjadi sesuatu pada anakku?" tanya Jihoon cemas, sang dokter pun mengangguk.

"Seperti yang aku katakan tadi tuan, anak anda kehilangan banyak darah, kondisinya kritis sampai saat ini."

"Selamatkan anakku, lakukan yang terbaik untuknya. Kerahkan seluruh dokter terbaik di Rumah Sakit ini, jangan buat aku kembali kecewa akan Kinerja kalian." Ujar Jihoon, dokter itu pun mengangguk.

"Kami akan lakukan itu Tuan, kami akan melakukan yang terbaik untuk anak anda. Aku mendapat laporan kesehatan anak anda dari dokter Kang, anak anda pernah mengalami trauma otak karena benturan keras di kepalanya, bahkan menyebabkan ia sempat tidak mampu berbicara. Seharusnya anak anda masih menjalani pengobatan sampai saat ini. tapi nyatanya tidak. Trauma otak yang anak anda alami memicu kanker tuan." Jihoon terkejut mendengarnya.

"Kanker?" Dokter itu pun mengangguk.

"Ya, saat ini sudah menginjak stadium tiga, tidak saya sangka sangat cepat berkembangnya. Mau tidak mau kita harus melakukan operasi agar kemungkinan hidup anak anda sedikit lebih besar."

"Lakukan yang terbaik untuknya, buat anakku hidup. Kau mohon selamatkan anakku." Jihoon sudah seperti pengemis saat ini, ia mengemis demi kelangsungan hidup sang anak yang selama ini tak pernah ia ketahui. Sang dokter mengangguk, ia kembali ke Ruang UGD. Jihoon hanya mampu mengusap kasar wajahnya, ia berharap Tuhan tidak mengambil nyawa anaknya, bagaimana ia bisa memberitahu Taehee? Jika Taehee tau Yunho anaknya dan kini nyawa Yunho sedang di ujung tanduk, ia tidak dapat membayangkan bagaimana sedihnya Taehee. Jihoon tak tau apa yang harus ia lakukan saat ini.

Jihoon mengusap serta mencium lembut perut Taehee yang besar, mereka tersenyum mendapati setiap pergerakan bayi yang ada dalam perut Taehee.

Lies✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang