Prolog

10.3K 692 34
                                    


Malam dingin dan hujan mengguyur kota Seoul, suara alunan hujan deras mengiringi perjalanan yang penuh ketegangan pun terdengar begitu jelas, bahkan mobil mewah berwarna hitam melaju dengan begitu cepatnya. Di dalam sana terdengar suara wanita meringis menahan rasa sakit sepertinya, wanita cantik itu terus menerus meremas perut besarnya. Wanita itu hendak melahirkan, melahirkan anak pertama mereka yang sangat dinanti selama ini.

"Sebentar lagi kita sampai sayang, ku mohon bersabarlah." Ujar sang pria tampan yang nampak begitu cemas melihat kondisi istrinya tersebut. Tak ada sahutan dari sang istri, hanya ringisan saja yang terdengar begitu memilukan.

Akhirnya mereka pun sampai di Rumah Sakit besar di kota Seoul tersebut, beberapa dokter sudah menyambut kedatangan orang ternama di Rumah Sakit tersebut, kalian jangan heran jika pasangan ini sangat di istimewakan. Pemuda berwajah tampan dengan garis wajah keras ini bernama Jung Jihoon, ia adalah pewaris tunggal Jung Corp, bahkan ia adalah pemilik 90% saham dari Rumah Sakit mewah ini, jadi wajar saja bukan perlakuan pegawai Rumah Sakit tersebut kepadanya.

Sang istri pun sudah di bawa ke ruang bersalin, Jihoon mengusap kasar wajahnya, ia sangat mencemaskan kondisi istrinya dan juga calon anaknya tersebut, bagaimana tidak? Taehee memiliki rahim yang cukup lemah, bahkan sebelumnya ia sering mengalami keguguran, Jihoon sangat berharap besar akan kehadiran sang buah hatinya kali ini. Ia sangat menanti, sangat menginginkan anak dari wanita yang begitu ia cintai.

.

.

Tak jauh dari sana, seorang wanita menangis menyaksikan kematian adik tercinta, adik yang selama ini ia sayangi. Ia mengguncang tubuh kaku sang adik berharap keajaiban ada untuk membangunkan adiknya, tapi itu nihil, nyawa yang pergi tak akan kembali lagi.

"Nyonya, maaf kami harus memindahkannya ke ruang mayat." wanita itu pun terdiam kaku, ia benar-benar tak bisa melindungi adiknya, adik kecil kesayangannya.

Ia pasrah untuk melangkahkan kaki lemahnya keluar, semua ingatannya tentang sang adik kembali muncul pada otaknya.

"Unnie, aku tidak sabar menunggu kelahiran bayiku, ahh senangnya." ujar wanita manis sambil mengusap lembut perut besarnya, sang kakak pun tersenyum dan mengusap lembut helai rambut sang adik tersebut.

"Sebentar lagi kau pasti dapat melihatnya, dan aku sangat yakin dia akan menjadi anak yang bahagia memiliki umma seperti mu." wanita itu tersenyum lembut.

"Ya, seandainya Hyun Joong masih hidup, pasti ia akan sangat bahagia."

"Hyun Joong senang, ia tersenyum di surga sana melihatmu."

.

.

"Adik anda mengalami pendarahan hebat, kita harus segera melakukan operasi. Kami tidak bisa melakukannya, ini hanya klinik kecil."

"Aku-hiks aku mohon, selamatkan adik dan keponakanku."

"Hhh, kami akan melakukan rujukan ke Rumah Sakit."

"Ta-tapi aku tak punya cukup biaya, di sini hanya ada satu Rumah Sakit, dan itu pun Rumah Sakit mahal, hiks."

"Aku akan berusaha, aku harap kita punya banyak waktu. Tuhan akan melindunginya. " Min ah pun mengangguk paham, tangannya sudah mengepal kuat kalung salib miliknya, mulutnya tak berhenti untuk berdoa agar Tuhan menyelamatkan adiknya. Ia berharap Tuhan mendengar doaNya.

.

"Maaf, adik anda sudah tak dapat di selamatkan, bayinya saat ini sudah berada di ruang bayi. Kami turut berduka Nyonya."

Lies✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang