It's Cracking

16.1K 1.1K 316
                                    

Hallo lama ngak jumpa, tolong jangan ngambek karena lama update pfft hehehe ini sesajennya huahahahahah

"Tidak boleh!" Naruto terkejut dengan suaranya sendiri. Dia tidak bermaksud membentak Sasuke yang kini memandangnya dengan tertegun. Tapi, permintaan Sasuke benar-benar mengusik penolakan dalam dirinya.

Tangan Naruto hampir meremas formulir aplikasi yang diberikan pemuda itu padanya. "Apa tidak bisa kau berkuliah di sini saja?" pinta Naruto.

"... ada program beasiswa dan jurusan yang saya inginkan di sana. Saya yakin akan dapat diterima. Mohon, Tuan menandatangani persetujuannya," jelas Sasuke. Pemuda itu kembali pada senyum ramahnya. Tidak ada tanda-tanda sakit hati karena bentakan dari tuan sekaligus wali hukum semenjak ayahnya meninggal.

Menilik kemampuan Sasuke, Naruto sama sekali tidak ragu anak asuhnya itu akan mendapatkan tempat di universitas bergengsi itu. Satu-satunya yang memberatkan Naruto adalah jarak yang akan memisahkan keduanya jika Sasuke diterima.

"Kau tetap akan pergi jika aku menolak?"

"...." Sasuke tetap tersenyum, tapi walau ujung bibirnya terangkat, tidak ada tanda-tanda goyah dari keputusan yang dia ambil.

Naruto menjatuhkan diri di kursi kerjanya. Telunjuk dan ibujarinya menekan pelipis yang tiba-tiba berdenyut sakit.

"Kau tahu, aku tidak akan bisa lansung menolongmu jika kau terlibat masalah di seberang lautan sana."

"Saya dapat menjaga diri."

"Persaingannya akan sangat ketat, jangan kira kau akan menjadi satu-satunya jenius yang berusaha masuk Oxford."

"Saya akan terus belajar lagi."

"Usiamu masih dibawah umur, kau butuh wali yang menjagamu di sana."

"Ada Tuan Orochimaru yang bersedia menjadi wali saya."

Naruto kembali menatap Sasuke, sebelah alisnya terangkat. "Kau benar-benar telah mempersiapkan semuanya, hah?"

"Begitulah."

"Apa tidak ada hal yang bisa aku katakan untuk merubah pikiranmu?"

"...."

"Memangnya kau sedang menargetkan untuk memeliki negara sehingga tidak bisa menunggu hingga beberapa tahun lagi untuk pergi ke lain benua?" Naruto telah kehilangan Hinata dan Fugaku, dan bayangan harus berpisah dengan Sasuke membuatnya semakin tidak nyaman.

"Yang saya inginkan lebih berharga dari sebuah negara."

"Apa?"

"...."

Naruto tidak yakin dengan kata-kata terakhir yang diucapkan Sasuke. Ingatan dari bertahun-tahun lalu itu semakin pudar terbawa alam mimpi yang semakin menjauh. Satu-satunya yang tersisa adalah rasa berdenyut di kepalanya yang semakin kuat terasa.

.

.

Naruto mulai merasakan kesadaran kembali. Pusing teramat sangat mendera kepalanya. Rasanya sungguh menyakitkan, saat dia akan memijat kepalanya, Naruto tidak dapat menggerakkan tangan. Semakin kuat dia mencoba, semakin terasa takanan yang mengikat pergelangan tangannya.

Naruto mulai menggeliat, hamparan lembut di bawah tubuhnya menandakan dirinya terbaring di atas tempat tidur. Akibat rasa sakit dan disorientasi yang dialami, Naruto belum bisa menyimpulkan keadannya. Ketika dengan sekuat tenaga Naruto membuka mata, dia melihat sesosok orang disampingnya. Naruto berusaha memfokuskan pandangan, hingga Naruto dapat mengenali sosok itu.

"Sasuke?"

Naruto kembali mencoba memusatkan pandangan, melawan sakit yang kini dirasa semakin menghilang namun masih menyisakan kabut. Banyangan Sasuke semakin jelas, Naruto dapat melihat Sasuke yang duduk di ranjang sebelah kanannya. Wajah Sasuke hanya berjarak sejengkal dari wajah Naruto, membuatnya dapat melihat bulu mata panjang, yang menghiasi mata hitam Sasuke dengan begitu sempurna.

My Only DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang