Bab 1

3.1K 205 3
                                    

       

"Benar-benar lelaki yang tidak ada bagus-bagusnya! Kenapa juga sih kau masih tidak bisa melupakan dia?" seru Natsuki lantang hingga mengalahkan deru musik elektronik yang menyelimuti seisi kelab.  "Jadi maksud dari perkataannya adalah bahwa orang-orang sepertiku yang menginginkan hak yang sama di masyarakat ini adalah sesuatu yang dungu? Huh, dia pasti belum pernah melihat pasangan gay yang sudah menikah. Makan tuh pernikahan hetero! Paling ujung-ujungnya juga ia cerai paling cepat."

Padahal Haru yang datang ke sini untuk mencurahkan rasa frustasinya, tapi seperti biasa, Natsuki yang temperamen merebut panggung Haru yang sudah kecil itu. Natsuki sendiri sudah menikah dengan seorang ekspatriat Belanda selama 2 tahun. Meski mereka tidak menikah di Jepang, tapi semenjak tahun 2009, pemerintah Jepang mengakui pernikahan sejenis yang dilakukan di negara yang mensahkan. Jadi selama mereka melakukan segala proses dokumennya di luar negeri, kembali ke sini pun mereka tetap sepasang yang sudah menikah. Karena itu tentu saja curahan hati Haru hari ini sama sekali tidak tepat jika diarahkan ke pria bersurai oranye itu. Memang tadinya Haru hanya ingin bicara dengan Hiruma, sang bartender muda yang juga teman lingkaran mereka. Tapi siapa sangka Natsuki berkunjung ke tempat ini lagi setelah sekian lama. Padahal sudah menikah, tapi masih saja bermain-main di sini.

"Aku juga tidak tahu kenapa. Tapi kau pasti tidak akan bisa membencinya kalau melihat caranya bicara. Ia itu super naif, bahkan dalam membenci sesuatu sekali pun. Sesuatu yang baik dan juga buruk.."

"Naah, kau cuma buta, Haru. Percaya padaku, ia akan kembali ke depan pintu apartemenmu setelah menikah. Sejak awal juga ia percaya bahwa ia seorang homoseks, bukan? Nama Sagami itu setidaknya satu atau dua kali pernah datang dari teman-teman gay-ku yang lain. Pokoknya pria macam dia itu rakus dan seenaknya, memang pernah ia memikirkan perasaanmu? Janji padaku kau jangan mau menerimanya lagi."

"Natsuki, kalau itu sih aku juga tahu. Tapi kau tahu sendiri aku itu.. Memangnya sudah berapa kali aku berusaha lupa dan menyerah? Selalu saja ia datang lagi dan semuanya jadi berantakan."

"Itu karena kau sendiri tidak pernah mengajaknya untuk serius," celetuk Hiruma yang sedari tadi repot meracik minuman untuk pengunjung lain. Pria jangkung berambut hitam diikat itu menatap Haru dengan pandangan menilai. "Kau sendiri yang bilang ia itu naif, tidak peka, terlalu dungu untuk perasaan, bukan? Kalau bukan kau yang bilang, mana pernah ia memulainya?"

Haru menghela napas panjang. Ia menggoyang-goyangkan segelas wiski di tangannya hingga es di dalamnya pun lumer. "Ya, aku tahu itu salahku. Aku selalu merasa ia akan menjawab 'tidak' jika kuminta untuk serius. Tapi kalian sendiri tahu, kan? Ia tidak percaya dengan hubungan gay yang selamanya! Jadi buat apa aku-"

Lidah Haru tertahan ketika kedua maniknya menangkap sesosok salaryman necis dengan jas kerjanya yang terlipat di lengan kiri. Rambut hitamnya yang tebal disibak ke belakang, memamerkan struktur wajahnya yang tegas. Tulang-tulang mukanya sedikit menonjol, tapi tidak membuatnya terlihat seperti tengkorak. Kedua matanya tak berjajar seimbang, walau binar-binar manis yang menyihir itu menutupi kekurangannya. Di dagunya yang runcing tak tersisa sedikit pun rambu-rambut pendek. Kemejanya tak lagi terkancing sampai atas, menyisakan dasi garis-garis longgar menghiasi lehernya yang panjang. Ini Tipeku! jerit Haru keras dalam hati.

"Hiruma, buatkan dua gelas Gin Tonic, cepat!"

Natsuki dan Hiruma serentak melirik ke arah objek yang menambat hati Haru, lalu mereka berdua mengangguk-angguk tanda paham. "Ya, dia memang tipemu," gumam Natsuki. "Sekalian saja kau jadian dengannya, biar tidak usah memikirkan si Sagami itu."

"Hahah! Kau tahu aku tidak pernah mencari pasangan tetap di malam aku patah hati, Natsuki. Hari ini ia cuma jadi pelipur lara saja." Haru bukannya tidak pernah memiliki hubungan yang serius dengan pria-pria lainnya. Ia sering sekali mencoba dan ia tidak gagal karena perasaannya pada Sagami. Ia gagal karena pasangan-pasangannya tak pernah mengasihinya dengan perasaan yang setimpal. Selalu seperti itu. Ia selalu memberi terlalu banyak, dan tak ada kembalian yang adil. Untunglah pada dasarnya Haru adalah seseorang yang mudah lupa, bahkan sampai ia bertemu lagi dengan Sagami lima tahu sejak kelulusan SMP-nya, ia sudah lupa siapa nama kecil Sagami! Tapi karena ia mudah lupa, ia juga mudah untuk jatuh cinta lagi, meski kepada orang yang sama berkali-kali.

Parallel: Koi Ha Muzukashii [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang