Bab 13

1.3K 153 13
                                    

Ryosuke mengutak-atik pulpen cuma-cuma yang baru saja diterimanya dari perwakilan perusahaan perhotelan di meeting-nya pagi ini. Hari ini entah kenapa terasa luar biasa senggang. Semua janji hari ini sudah dituntaskannya dan sebagian besar proyek yang ia kerjakan sudah sampai tahap akhir. Bawahan-bawahan langsungnya pun semua sudah bisa bekerja mandiri, tidak perlu lagi konsultasi yang memakan waktu. Tentu saja ada sederet proyek yang harus ia jalankan setelah ini, tapi semuanya masih akan terjadi paling cepat minggu depan. Pria yang biasa melupakan kekosongan dalam hidupnya dengan bekerja itu pun semakin gelisah. Apa jarum jam tidak bisa juga segera tiba di pukul 5?

"Kalau mau pulang, pulang saja, senpai." Tokui masuk ke dalam ruangan yang tak tertutup itu. Ia membawa beberapa berkas yang baru saja didiskusikannya dengan klien dari perusahaan angkutan umum. "Kau kan atasannya, kalau kau pulang tidak bakalan ada yang protes."

"Enak saja, nanti kalian semua pasti cabut-cabutan. Biarpun aku sudah beres, kalian kan masih punya banyak pekerjaan."

"Makanya bantu dong.."

"Ogah."

"Hiih, kukira kalau percintaanmu berhasil, kau akan jadi lebih lembut.. Ternyata sama saja."

"Apa hubungannya? Keduanya kan hal yang terpisah. Pribadi ya pribadi, pekerjaan ya pekerjaan."

"Loh..." Tokui menggelengkan kepalanya pasrah hingga kacamatanya seakan hampir lepas. Tak kuasa melihat atasannya yang tak kunjung berubah ia pun duduk di hadapannya. "Memang hal yang berbeda, tapi tetap ada hubungannya. Coba kutanya, sudah berapa kali kalian bertukar pesan hari ini? Ah tidak usah hari ini.. Seminggu terakhir!"

"..Hm, terakhir tiga hari yang lalu, waktu aku minta titip belikan tisu dapur."

"Sudah?"

"Kan kita ketemu juga di rumah, buat apa kirim pesan panjang-panjang.."

"Argh! Konyol! Dalam berkencan itu ada yang namanya perhatian! Per-ha-ti-an! Perhatian itu tidak cuma diberikan kalau kau atau dia ada perlunya. Akan lebih berarti bukan kalau ia tahu kau memikirkannya di saat-saat yang acak seperti ini.. Meski terkesan remeh dan sia-sia, tapi yang penting itu adalah niatnya!" Tokui menjelaskan dengan berapi-api.

"Tapi dia juga tidak kirim apa-apa ke aku dan tidak ada tanda-tanda ia tidak suka dengan kepasifanku di luar rumah."

"Meski kenyataannya memang ia baik-baik saja, tapi siapa sih yang tidak senang diberi 'perhatian'? Kan dia juga perempuan, jelas tidak akan berani ngomong duluan.. Bagaimana, sih." Mendengarnya, sesuatu seakan tersangkut di tenggorokan Ryosuke. "Pokoknya ingat kata-kataku, jangan cuma memberi kalau ada kesempatan saja, tapi kau sendiri juga harus menciptakan sendiri kesempatan itu. Disitu orang akan menilai seberapa besar kau peduli pada mereka, ok?"

Setelah mantan adik kelasnya yang kelewat percaya diri itu meninggalkan ruangannya, Ryosuke pun mulai merenungkan masalah yang sebenarnya tak pernah dikhawatirkannya. Sudah hampir dua minggu ia berbagi ruang yang sama dengan lelaki lain. Meski banyak adu mulut yang terjadi, tapi Ryosuke selalu yakin kalau itu hanya sekedar bagian dari adaptasi. Lagipula masalahnya semua hanya masalah tentang kehidupan bersama, seperti masalah pembagian ruangan, penggunaan kamar mandi, atau masalah sampah seperti tadi pagi. Kalau soal masalah sepihak, mungkin Ryosuke sedikit tidak nyaman melihat kemampuan memasak Haru yang lebih mahir darinya. Mereka berdua sepakat memasak untuk diri masing-masing karena selera yang tidak sama (dan Haru punya banyak jenis sayur yang tidak ia sukai), tapi Ryosuke tak bisa menyangkal kalau ia penasaran ingin mencicipi masakan pasangannya tersebut. Bukan sekedar satu suap tapi sampai ke piring-piringnya! Tentu saja orang lain bisa dengan mudah mengatakan: 'Tinggal bilang minta saja apa susahnya, sih?' tapi bagi Ryosuke yang seumur hidup tidak pernah memasuki dapur orang selain kepunyaan ibunya, atau bahkan membiarkan orang lain masuk ke dalam miliknya sekali pun, kehadiran seseorang yang memasak hidangan yang rasanya tak ia kenali adalah hal yang seakan tidak nyata.

Parallel: Koi Ha Muzukashii [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang