Bab 3

2.1K 178 2
                                    

Pria berusia 33 tahun itu membenarkan posisi duduknya di Doutor Shinjuku. Janjinya dengan Mamiya Haru masih 20 menit lagi. Karena sebelumnya baru saja berdiskusi dengan rekan bisnisnya di tempat yang sama, ia mengusulkan untuk bertemu dengan Haru untuk masalah yang lebih personal itu di sini. Ketika akhirnya ia sadar bahwa kantor Haru berada di Odaiba, ia merasa sangat bersalah menyuruhnya jauh-jauh ke sini.

Adachi Ryosuke mungkin memang tidak memiliki kapasitas yang tinggi dalam menghadapi alkohol, tapi tidak mungkin hanya dengan segelas Gin Tonic pemberian Haru ia bisa menjadi hilang kendali hingga membuat 'janji' tidak lazim seperti itu. Berkali-kali semenjak malam yang tidak direncanakannya itu, Ryosuke mencoba bertanya kepada dirinya sendiri. Apakah ia benar-benar butuh pacar pura-pura? Apa mungkin sebenarnya kedua orang tuanya masih mau mendengarkannya? Lagipula ia bukan pria yang nyaman membohongi orang yang ia kenal.

Tetapi beras sudah dimasak, meski belum terlanjur menjadi bubur. Mungkin sebenarnya letak masalah juga ada di Haru.. Ya, karena pasangannya adalah dia lah aku makanya jadi muncul ide aneh seperti ini.

Ryosuke sendiri bukan seorang gay murni. Ketika ia merasa tertarik dengan seseorang, ia tidak pernah memikirkan apa jenis kelamin orang tersebut. Sebuah ciri-ciri yang membuat pasangan mana pun akan merasa khawatir. Tapi bukan berarti Ryosuke selalu memuaskan keinginannya ketika tertarik dengan seseorang. Bahkan ketertarikannya itu akan menguap jika targetnya malah memaksakan 'hubungan romantis' kepadanya. Seorang panseksual yang aromantik, tidak heran jika kedua orang tuanya pusing tujuh keliling memikirkan masa depannya nanti.

Tapi Ryosuke tetap lebih menyukai berhubungan dengan pria daripada yang lainnya. Baginya mereka simpel, tidak sering terbawa perasaan dan yang peling penting—tidak akan bisa hamil. Sayang sekali, tak jarang ekspektasinya tak sejalan dengan yang seharusnya. Ia punya banyak pengalaman buruk dengan pria-pria berwajah seleranya mengejarnya hingga ke tempat kerja. Penampilan dan kemampuan di peraduan saja tidaklah cukup, pria yang benar-benar ideal baginya adalah mereka yang tidak akan memaksakan cintanya, seberapa jauh pun mereka telah jatuh. Ya, pria-pria pasif seperti Haru.

Realistis saja lah.. Perasaan adalah sesuatu yang tidak bisa diatur-atur. Tapi orang dewasa mana yang menyebut dirinya dewasa kalau mengatur perilaku saja tidak bisa?

Walau sebelumnya ia sangat yakin dengan pendapatnya, Haru tidak menolak Ryosuke ketika pria itu akhirnya menukar posisi bercinta mereka. Ia tidak berdebat lebih jauh, malah kelihatan sangat menerimanya. Bahkan ketika ia melontarkan ajakan kerjasama yang janggal, Haru tetap mengiyakannya! Seakan-akan ia akan melahap apa pun yang disuguhkan di atas sendok. Racun sekali pun. Hanya saja, Haru tidak akan pernah meludah balik apa yang telah ditelannya. Ketika keadaan ternyata tidak berakhir dengan baik, ia akan menelan dalam sepi lalu maju pada kata lupa. Selama ini Haru sendiri sudah curiga bahwa ia adalah masokis dengan kunci rendah. Tapi sebenarnya ia juga adalah seorang pemalu. Bukan dalam arti tidak percaya diri, tapi bahwa ia adalah seorang yang punya definisi unik soal harga diri. Baginya.. Jatuh cinta adalah salah satu perbuatan yang mencoreng harga dirinya. Jika ia jatuh lebih dulu.. ia kalah. Makanya ia tak pernah menyatakannya lebih dulu. Jika perasaan tidak akan pernah bersambut, maka ia lebih memilih agar perasaannya tidak pernah diketahui. Daripada ia harus hidup mengetahui bahwa orang yang ia sukai mengetahui perasaannya (atau kekalahannya) lebih baik ia menjadikan tubuhnya sarang racun.

Sedikit banyak Adachi Ryosuke bisa membaca sisi tersebut dari seorang Haru. Bukan karena malam itu ia sengaja memperhatikannya, tapi karena memang Ryosuke tidak bisa tidak membaca seseorang. Membaca perasaan dan tabiat seseorang adalah pekerjaannya sebagai pengusaha dalam bidang pariwisata. Apa yang pelanggannya rasakan sekarang? Letih? Lapar? Jika ya, makanan seperti apa yang orang-orang seperti ini suka? Apa mereka seorang vegan? Tidak bisa makan daging babi? Atau mereka lebih tertarik pergi belanja daripada makan? Sejak masa mudanya, Ryosuke tidak pernah absen melakukan ritual ini setiap hari. Tak heran ia selalu bisa selangkah lebih dulu dalam mengenal seseorang. Dan karena ia selalu memberikan respon yang diinginkan oleh yang bersangkutan, tak heran jika banyak yang menganggapnya memberikan perhatian istimewa.

Parallel: Koi Ha Muzukashii [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang