Jumat pagi ini di hari ekskul adalah latihan pertama Marching Band sekolah di lapangan untuk mempersiapkan mengikuti perlombaan bulan depan. Kelas 11 IPA 3 yang berada di koridor depan lapangan olahraga berkumpul di dinding pembatas koridor sambil menyoraki teman sekelas mereka yang sedang berlatih. Wondi yang sedang menggendong bass drum dan Lisa yang menari dengan benderanya.
Lisa memutar tongkat bendera mengikuti irama. Matanya bergerak, melirik ke arah kelasnya. Berbeda dengan mereka yang berdiri di balik dinding pembatas, ada seorang pemuda yang duduk di pinggir lapangan dengan bersorak antusias. Lisa agak mendelik melihat cowok itu memandangi para penari lainnya.
'Dasar cowok kerdus,' umpat gadis itu dalam hati.
Merasa gadis itu menatapnya, wajah Hanbin merekah. Ia melambai riang, "joget yang bener Lis! Jangan liatin gue mulu!" teriaknya membuat mata teduh Lisa melotot.
Juga dengan ujung bendera yang mengenai kepalanya membuat Lisa mengaduh kecil. Hanbin justru menertawai itu. Lisa mencibir sebal, membuang muka jauh-jauh dan kembali menari.
Hanbin tertawa riang, hatinya membatin senang. 'Cakep bener sih.'
Tapi senyum riang Hanbin langsung meluntur ketika latihan berhenti dan para anggota beristirahat. Si gadis tinggi itu didatangi seorang pemuda yang menyodorkan sebotol air mineral.
"Cih," pemuda itu mendecih kesal, "aqua doang. Gue bisa beliin dia Sprite," omelnya kesal.
Dan berikutnya Lisa jutsru duduk bersampingan dengan cowok tampan itu, tertawa bersama.
Hanbin nggak bisa diam kalau gini caranya.
Cowok itu langsung berdiri, berlari kecil mendekat.
"OI LILIS KARLINA!" pekik Hanbin riang, langsung melompat ke tengah mendorong Lisa pelan agar menjauh dari si ketos itu, Ezra Adrian.
"Apasih ah," gerutu Lisa kesal juga agak kaget cowok ini mendadak nongol.
"Eh, Ezra!" Tak memedulikan omelan Lisa, Hanbin justru tersenyum menyapa pada Ezra yang sama bingungnya dengan Lisa. "Kok disini? Nggak ngurus OSIS lo? Atau sekarang ikut marching juga?"
Lisa mendelik.
Setau Lisa, Hanbin tuh nggak kenal Ezra.
Tapi kenapa orang satu ini sok akrab banget?
Ekspresi Ezra tenang kembali, "ah, ada yang mau gue omongin sama Lisa."
'APAAN?! HA APAAN!? ANJIR PERGI SANA LO' Hanbin berdehem pelan, menahan diri untuk tidak berteriak di depan cowok ini saat ini juga.
Hanbin tertawa sambil menoleh pada Lisa, "asek Lisa dideketin ketos ecie!"
Lisa mendelik lagi. "lo kenapa sih? Pergi aja sana," usir gadis itu merasa terganggu.
"Nggak," tolak Hanbin singkat, menoleh lagi pada Ezra, "mau ngomong apa Zra?" tanyanya dengan gaya ramah.
Ezra mendesah pelan dengan sabar, lalu kembali memandang Lisa seakan Hanbin manusia tak kasat mata. Atau yang paling simpel Hanbin hanya pot bunga tak bernyawa yang tak perlu dipedulikan.
"Nanti gue ke kelas lo aja, Lis. Makannya di simpang depan, katanya ada restoran bento baru," kata Ezra membuat Hanbin menjilat bibir bawah, menahan diri.
"Emang lo rapat sampai jam berapa sih? Kayaknya latihan gue lama deh," jawab Lisa memandang Ezra. Walau ia langsung mendelik ketika Hanbin tiba-tiba menolehkan kepala padanya dan menggerakkan kepala menghalangi Ezra dari pandangan Lisa.
"Nggak papa, gue tungguin aja daripada lo pulang sendiri."
"Hm?" Tangan panjang Lisa mendorong keras Hanbin menjauh, lalu melebarkan mata menatap Ezra, "oh, mau pulang bareng?"
Hanbin yang termundur ke belakang mendesah keras sambil merapatkan bibir.
Ezra tersenyum, "hm. Udah lama juga kan?"
'Musnah aja sana lo.' Hanbin dengan cuek masih duduk di antara dua orang itu, walau bibirnya gatal sekali ingin menyahuti. Tapi lidahnya jadi kelu karena menyadari Lisa tersenyum tertahan.
"Yaudah, Lis. Sampai nanti ya," pamit Ezra sambil berdiri kembali. "Bin, duluan," katanya menepuk pelan lengan Hanbin membuat Hanbin terlonjak dan hampir saja latah.
"Oh, ya," gumam Hanbin menyahuti. Dan setelah Ezra pergi ia melanjuti, "...jangan balik lagi ya."
"Ck. Elo tuh apasih," amuk Lisa kesal, langsung mendorong lengan Hanbin menjauh. "Sekali aja deh nggak bisa ya biarin gue hidup tenang damai sejahtera?! Seneng banget gangguin orang."
Hanbin dengan masa bodoh menggerak-gerakkan bibir dengan gaya berlebihan.
"Kenapa sih datang ha?! Elo kenapa gangguin gue mulu!?" geram Lisa kesal, sambil memukul Hanbin agar cowok itu kapok. "Elo suka sama gue!? Ngaku aja! Elo naksir sama gue ha?!"
Hanbin mengaduh kecil, lalu dengan sebal menolehkan kepala. "Iya! Gue suka sama lo! Baru sadar?!"
Amukan Lisa langsung berhenti. Gadis itu terkejut, tak menyangka dengan jawaban itu. Apalagi raut wajah Hanbin yang tiba-tiba jadi serius.
Hanbin dengan sebal mendesis pada Lisa sambil berdiri, "Makan sana bento! Makan yang banyak biar perut lo sakit!" ucap pemuda itu kesal, lalu berbalik dan berjalan pergi.
Lisa langsung mendelik, "he, mulut lo ya!" pekiknya sebal. Namun tak membuat Hanbin menoleh ataupun berhenti.
Hanbin dengan sebal mendengus keras dengan wajah mengeruh melewati pinggir lapangan.
"Kak Hanbin," sapa seorang gadis membuat cowok itu menoleh.
Tak seperti biasa, Hanbin hanya memberikan tatapan datar. Kemudian membuang muka dan kembali melangkah menuju kelas. Membuat senyum adik kelas itu langsung meluntur dengan sedih.
Lisa yang memandangi itu dari jauh mengerutkan kening. "Tu anak makin lama makin aneh."
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: That Girl ✔ ✔
Teen FictionSeries Ketiga #2A3Series - Torpe (n) a man who is desperately in love with a woman, but cannot admit his feelings or approach her Philophobia (n) the fear of falling in love - [ Cerita sudah pernah dipublikasikan dari tanggal 12 Juli 2016 sampai...