14. Dijengukin

61.9K 9.6K 608
                                    


"Makanya, lain kali jangan sok jagoan," omel sang mamah sambil menyodorkan sebutir pil dan segelas air putih ketika pemuda itu sudah menuntaskan makan siangnya.

"Laki-laki harus jadi jagoan untuk wanita yang dia cintai," balas Hanbin serak dengan wajah sungguh-sungguh membuat sang mamah memutar bola mata.

"Padahal bisa kan nepi aja dulu. Malah ujan-ujanan. Kenapa nggak sekalian nyanyi lagu India?!" omel Mamah Hanbin dengan kesal.

Hanbin agak menarik diri, menipiskan bibir. "Nggak hapal liriknya..."

Sang mamah kembali menoleh dan mendelik, lalu tak tahan untuk tidak mengetuk pelan kepala anak sulungnya itu. "Kamu ini nurun siapa sih? Papa kamu dulu jaman SMA justru jadi most wanted cool loh!" kata Mama Hanbin dengan raut serius. "Nggak ada centil-centilnya gini nih."

"Ya berarti aku nurun mamah dong?"

Mamah menoleh, melotot geram siap meledak membuat Hanbin langsung terbatuk-batuk dan memasang wajah memelas.

"Aduh, pusing banget kepala Hanindra," keluh pemuda itu lebay lalu meminum air putihnya dan juga meminum obatnya.

Mamah melotot, sudah ingin menjitak anak sulungnya itu kalau tidak ingat wajah pucat dan suara serak lirihnya menandakan ia masih sakit.

"PERMISI!"

Hanbin dan mama tersentak dan menoleh. Walau berikutnya Hanbin merapatkan bibir.

"Ngapain dia pulang sekolah langsung kesini?" tanya Hanbin menggumam.

"Ya jengukin kamu kali. Dijengukin temennya kok ngomel," kata mamah sambil berdiri mengemasi alat-alat makan Hanbin. "LANGSUNG MASUK AJA WAN!"

Hanbin merapatkan bibir. Mamahnya ini memang punya kepribadian meledak-ledak. Pantes kan Hanbin jadi begini.

"Hanbiiinnnn!" panggil Jay dengan nada riang seperti anak TK menjemput temannya untuk main layangan di lapangan depan.

Hanbin tak mau menoleh. Pemuda itu mendenguskan hidung. "Gue pusing, Wan. Mending lo pulang sana," tolaknya begitu saja. "Biasa juga datang cuma buat brownies."

Mama Hanbin geleng-geleng kecil mendengar itu. Selesai mencuci piring ia berbalik dan mendekat, melihat Jay datang dari balik skat antar ruang.

"Jinwan mau brownies? Tante belum buat nih hari ini."

Jay tersenyum, "nggak tante. Jinwan kan temen yang baik jadi mau jenguk Hanbin," sahutnya dengan manis.

Hanbin mencibir, lalu berdiri dan berbalik. "Gue mau tidur Wan abis minum obat. Entaran aja ma-"

Ucapan Hanbin terhenti di udara. Ketika sosok gadis tinggi kurus mengintip kecil, kemudian melangkah ke samping Jay. Mata sayu Hanbin membelalak dengan bibir terbuka kecil tanpa suara.

Mama Hanbin melebarkan mata juga, langsung mendekat dan berdiri di samping Hanbin memandangi gadis berambut cokelat lurus dengan poni rata itu. Tubuhnya langsing atletis, sempurna untuk anak usianya. Matanya teduh dengan bibir bulat merah.

"Oh, lo mau tidur, Bin?" tanya Jay mengangkat alis. "Yaudah Lis, pulang aja yuk."

"EH!" Hanbin tanpa sadar sudah memekik kecil menahan membuat Jay menoleh. Hanbin berdehem, lalu menegakkan tubuh dan agak membusungkan dada. "Nggak sih. Gue... udah agak baikan," katanya dengan suara seraknya yang berusaha ia buat normal.

Sang mamah menoleh, "udah baikan?" tanyanya menggoda, langsung tanpa dosa mendorong lengan anaknya itu, "kalau gitu mah tadi nggak usah beli obat!"

Hanbin agak terdorong kecil. Hampir saja jatuh karena tubuhnya masih lemas. Cowok itu melotot kecil pada sang mamah, memberi tanda lewat tatapan.

"Elo udah nggak papa?" tanya Lisa membuat mereka menoleh segera.

"Nggak papa," jawab Hanbin kembali menegakkan tubuh, "gue... Cuma masuk angin aja tadi pagi," pemuda itu mendenguskan hidungnya, menahan bersin. "Gerimis gitu doang mah-Hm-bukan-Uhuk."

Mama Hanbin dan Jay jadi memandangi Hanbin prihatin, kasihan melihat pemuda satu ini gagal jaga image.

Lisa merapatkan bibir khawatir. "Maaf ya tante," katanya membuat Mama Hanbin menoleh, "saya yang bikin Hanbin sakit kemarin."

Mama Hanbin tersenyum ramah, "dia emang nggak tahan ujan sebenarnya, tapi katanya laki-laki harus jadi jagoan untuk—"

"Wan? Mau brownies? Makan dulu ayo!" potong Hanbin segera, tertawa canggung dan menyikut pelan mamanya yang jadi tersenyum lebar menahan tawa.

Lisa berikutnya agak canggung saat Jay melangkah maju, dipersilahkan Mama Hanbin untuk makan di sana. Ia duduk di meja makan samping Hanbin, mencoba menanggapi Mama Hanbin yang mulai bercerita heboh tentang Yoyo, Miya, Jesya, yang juga sekelas dengan mereka.

Mata Lisa melirik, melihat Hanbin kini sudah melipat kedua tangan di atas meja dan menaruh kepala di atasnya. Ia mendesah pelan, entah kenapa kali ini tak tega melihat wajah pucat pemuda itu.

Sementara itu Hanbin tak ikut serta pembicaraan. Walau matanya memberat, ia tak mau menutupnya. Karena sibuk menikmati paras cantik gadis ini yang tertawa riang di sebelahnya mengobrol dengan Jay dan Mama.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
2A3: That Girl ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang