"Tumben lo dikuncir," komentar Rosi saat Lisa baru datang pagi itu.
Lisa yang hari ini menguncir kuda rambutnya hanya mengangkat alis tak menyahuti dan duduk di samping Rosi. Rosi malah makin menatapinya lekat.
"Kok... beda ya?" komentar Rosi lagi.
"Apasih?" jawab Lisa malas. Rambut cokelat itu dikuncir kuda dengan poni rata yang disisir rapi. Perubahan kecil tapi entah kenapa membuat Lisa jadi sangat berbeda.
Rosi menatapi Lisa dengan mata agak menyipit. Ia lalu tersenyum menggoda, "a... kan sekarang ada yang ditaksir ya. Jadi dandan-dandan," ejeknya mencolek dagu Lisa.
Lisa segera melotot dan menjauhkan diri. "Diem deh lo," ancamnya dengan galak. Ia tanpa sadar melirik ke belakang, memastikan pemuda itu tak mendengar kalimat Rosi tadi.
"Nggak ada orangnya," kata Rosi di samping Lisa membuat Lisa terkejut karena tertangkap basah. "Tadi sih baru datang langsung buru-buru keluar gitu."
"Kemana?"
"Dih. Mana gue tahu, emang gue mamanya," sahut Rosi sewot. Lisa dengan sebal menjitak kepala temannya itu.
**
"Lis, ayo," ajak Rosi sudah berdiri membuat Lisa mendongak.
"Duluan deh, gue nyalin punya Jay dulu," kata Lisa sibuk membuka buku dan mengambil pulpen.
Rosi mencibir pelan, "yaudah. Nanti nyusul ya!" katanya mengingatkan, lalu berbalik dan segera bergabung bersama Jesya dan Jane menuju kantin.
Lisa membuka buku Jay, lalu mulai menjiplak tulisan rapi cowok itu.
Sampai tiba-tiba ada yang menepuk kepalanya membuat gadis itu mengaduh dan menoleh sebal.
"Elo tuh kapan belajarnya sih ha?"
Lisa mencibir, ketika Hanbin mendudukkan diri di sampingnya.
"Karena itu gue nyalin catatannya Jay tadi," kata Lisa membela diri. "Biasanya kan gue nggak nyatat. Sekarang udah mau insap tahu!"
Hanbin balas mencibir. Hapenya bergetar membuat cowok itu merogohnya. Lisa tak lagi peduli dan kembali menyalin tulisan Jay, mengejar waktu karena sudah berjanji pada Rosi untuk menyusul.
Hanbin tiba-tiba berdiri, membuat Lisa mengernyit dan menoleh. Cowok itu tak sadar meninggalkan hape di atas meja, berlari keluar tanpa pamit. Membuat Lisa bingung dan terus memandanginya. Lisa tersentak, bisa melihat sosok berambut panjang menyambut Hanbin di depan kelas. Keduanya menjauh, membuat Lisa tak bisa lagi melihat.
Lisa diam. Lalu tak lama mendengus sendiri. Ia dengan sebal melepaskan ikatan rambutnya begitu saja. Lisa sendiri tak paham kenapa ia begitu ingin meledak sekarang.
Layar hape Hanbin menyala, membuat Lisa otomatis menoleh. Gadis itu mengangkat alis, melihat pop-up message di sana.
Erin: Gue tunggu di kelas ya bin
Bibir bawah Lisa tergigit. Gadis itu lalu mendengus. Membuang muka dengan tangan mengepal begitu saja.
Ada yang terasa patah di dalam dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: That Girl ✔ ✔
Dla nastolatkówSeries Ketiga #2A3Series - Torpe (n) a man who is desperately in love with a woman, but cannot admit his feelings or approach her Philophobia (n) the fear of falling in love - [ Cerita sudah pernah dipublikasikan dari tanggal 12 Juli 2016 sampai...