"Theo kumpulkan PR kemarin," perintah Mr Simon dari meja gurunya. Dengan sigap sang ketua kelas berdiri, mulai mengambili buku-buku tugas para murid.
Hanbin dengan tenang membuka buku tulisnya, mengecek sekali lagi. Tanpa sengaja ia melirik ke meja di sisi dinding. Mata pemuda itu melebar, melihat gadis berponi rata tersebut nampak panik dan memucat merogoh tasnya.
"Mampus. Punya gue ketinggalan," bisik Lisa gelisah, masih bisa didengar Hanbin yang menajamkan pendengaran.
"Lah? Gimana sih?" tanya Rosi ikut panik, membantu mencari ke tas Lisa.
"Bin, mana?"
Hanbin terkejut Theo sudah ada di samping mejanya. Pemuda itu tak menjawab, kembali memandangi Lisa yang kini melengos pasrah dan menempelkan kepala ke meja sambil merengek kecil.
Hanbin perlahan menutup buku tulisnya, lalu mendongak memandang Theo. "Punya gue ketinggalan, Yong," kata pemuda itu dengan wajah memelas.
Theo mengangkat alis, "elo mah otak aja nggak dibawa," ucapnya menepik kepala Hanbin dengan salah satu buku, lalu berjalnjut pada Jesya di belakang Hanbin.
Hanbin hanya mengerucutkan bibir saja.
"Siapa yang nggak ngerjain?" tanya Mr Simon tenang, memandang ke para murid kelas.
Lisa menghela nafas berat, mau tak mau berdiri. Gadis itu agak tersentak saat ia tak sendirian. Hanbin justru mendahuluinya mendatangi Mr Simon.
Mr Simon memandangi kedua muridnya itu, lalu mendesah pelan. Tak mau pelajaran tertunda terlalu lama, ia langsung meraih buku cetaknya. "Kerjakan latihan soal di halaman 36, nomor 1 sampai 20," kata Mr Simon membuat Lisa dan Hanbin mendesah lega karena itu adalah pilihan ganda. "Jawab dengan penjelasan."
Mampus.
Hanbin merutuk kecil, begitupula Lisa yang merapatkan bibir berusaha tidak manyun di hadapan guru berwajah dingin ini.
"Kerjakan di perpustakaan." Dan setelah itu Mr Simon menerima tumpukan buku dari Theo, tak lagi mengurusi Hanbin dan Lisa yang sama-sama mendesah pelan sambil berbalik mengambili buku dan perlengkapan menulis mereka.
Yoyo mengangkat alis melihat Hanbin mendekat meraih bukunya. "Nyet, ini apa?" tanyanya mengacungkan buku PR Hanbin.
Hanbin dengan tenang merebut itu, segera memasukkan ke dalam tasnya. Tanpa kata pemuda itu mengambil pulpen dan buku, lalu berbalik pergi.
Yoyo memandangi kepergian Hanbin, lalu tersenyum samar.
Andai saja cowok itu bisa lebih serius, mungkin Lisa bisa mengerti.
**
Hanbin mengetuk-ngetukkan jemari pelan, melirik gadis beponi rata di sampingnya yang mengerutkan kening membaca buku cetak. Hanbin menghela nafas pelan, mencoba menenangkan jantungnya yang bertalu terlalu cepat.
"Ehm," Hanbin berdehem, "Lis."
"Hmm?" Lisa bergumam, kemudian menoleh. Menatap Hanbin tepat.
'Anjis.' Hanbin refleks mengalihkan wajah. Cewek ini cuma gumam 'hmm' dengan mata membulatnya sudah mampu membuat tungkai Hanbin melemas.
"Apaan?" tanya Lisa lalu kembali membaca ke buku cetak.
Hanbin berdehem kecil lagi, "pulang nanti... elo masih latihan?"
Lisa mengangguk.
"Oh..." Hanbin mengalihkan wajah lagi, diam sejenak. Lalu kembali menoleh, "Li-"
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: That Girl ✔ ✔
Fiksi RemajaSeries Ketiga #2A3Series - Torpe (n) a man who is desperately in love with a woman, but cannot admit his feelings or approach her Philophobia (n) the fear of falling in love - [ Cerita sudah pernah dipublikasikan dari tanggal 12 Juli 2016 sampai...