Chapter Five

3K 279 22
                                    

"And with all your magic, I disappear from view. And I can't get over, can't get over you." – Coldplay

-

-

Aku hanya mencuci wajah untuk menghilangkan wajah kantukku, lalu langsung mengganti pakaianku dengan yang baru. Tak peduli dengan kepala yang berdenyut-denyut dan tubuh yang membutuhkan perhatian, aku tetap berjalan menuju Ducker's Café. Satu-satunya informasi yang kupunya dari Thomas yaitu tempat kerjanya di sana. Bodohnya, kami belum sempat bertukar nomer telepon sehingga aku tak punya cara lain untuk menghubungi Thomas selain menemuinya secara langsung. Tadi malam hujan begitu deras sehingga aku tak bisa mendengar pintu diketuk atau ada seseorang yang memanggil namaku.

Atau mungkin memang Thomas tidak benar-benar datang?

Bus yang kutumpangi melesat menuju kafe. Keadaan kafe masih belum terlalu ramai ketika aku sampai di sana. Aku mengedarkan pandanganku untuk mencari sosoknya. Aku tak bisa menemukannya, jadi aku menghampiri seorang gadis muda dengan celemek khas kafe. Rambut cokelat karamel-nya diikat kuda tinggi. Perawakannya kurus, dan dia cantik.

"Permisi?" aku memanggilnya. Dia menoleh padaku lalu tersenyum manis sekali. "Ada yang bisa kubantu, Nona?"

"Aku mencari Thomas Nithercott. Apa dia bekerja pagi ini?"

Raut muka gadis itu seketika berubah drastis; dari manis menjadi sangat masam, dari bidadari menjadi ratu jahat. Aku mengingat-ingat, apakah ada yang salah dengan pertanyaanku?

"Ada keperluan apa dengannya?" tanyanya, mendadak ketus. Hei, apa dia kerasukan atau semacamnya?

"Kau baik-baik saja? Aku hanya ingin bertemu dengannya, apa ada masalah?"

"Waktunya bekerja, nona-nona!" Seorang lelaki berkacamata bulat menghampiri kami. Tingginya tak berbeda jauh denganku, dan wajahnya ramah sekali. Berbeda sekali dengan ratu jahat di hadapanku ini. Tapi aku agak takut mungkin nanti dia akan berubah juga sama gilanya.

"Maggie, aku yakin Cisco butuh banyak bantuan di belakang," katanya dengan penuh isyarat mata. Maggie memutar bola matanya, kemudian dia melangkah gontai ke arah pantry setelah memberiku tatapan sengit.

Aku melihat penanda nama bertuliskan manager di dadanya. Lalu manager  itu bicara padaku. "Jadi, apa yang sedang kau cari? Sepertinya kau kemari bukan untuk minum kopi. Dan, wajahmu sangat pucat, apa kau baik-baik saja?"

"Yeah, aku baik-baik saja. Aku sedang mencari Thomas, tapi sepertinya dia tidak ada di sini."

Dia menggaruk tengkuknya. "Well, dia memang agak sedikit terlambat. Omong-omong, aku Grant. Lalu siapa nama pacar baru Thomas yang manis ini?"

"Aku Jane, dan kau salah, aku bukan pacarnya. Kami hanya teman lama. Teman SMA," jelasku tanpa merasa terbebani dengan kesalahpahamannya barusan.

"Teman SMA? Menarik." Grant menautkan kedua alisnya yang tebal. "Kalian hanya berteman, lalu kau mencarinya sepagi ini?"

Aku menghela nafas. "Aku hanya ingin meminta maaf padanya."

Grant menyilangkan kedua tangannya di dada. "Maaf? Apa kau melakukan sesuatu yang buruk padanya?"

Aku menyadari bahwa perbincangan kami hampir mengarah terlalu jauh. "Ini urusan pribadi."

Grant tersadar. "Oh, tentu saja. Maafkan aku. Mungkin ada yang bisa kusampaikan untuknya?"

Aku menggigit bibirku. "Bilang padanya bahwa aku datang ke sini, dan aku menyesal. Aku tidak bermaksud mengecewakannya."

"Whoah." Grant tampak terkesima. "Apa yang telah kau lakukan padanya, Tommy?"

BloomedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang