Chapter Thirty-Five

1.7K 155 7
                                    

"Soldiers, you've got to soldier on. Sometimes even the right is wrong." – Coldplay

-

-

Entah karena sebab apa, aku merasa begitu gelisah. Jadi pada akhirnya, aku pergi ke rumah Thomas. Aku menginginkan pelukannya, berharap dapat menenangkan hatiku yang agak kacau. Mungkin itu karena nanti aku akan membiarkan diriku menemui Glenn untuk mengucapkan perpisahan. Atau entahlah. Aku ingin bertemu dengannya untuk membuatku lebih mantap, jika saja nanti aku bisa goyah.

Aku memasuki rumahnya yang tidak terkunci. Rumah dalam keadaan sama rapinya dengan kemarin. Langkahku membawaku menuju lantai atas, ke kamarnya. Baru saja aku membuka pintu, aku teringat bahwa hari ini Thomas pergi bekerja, tentu saja dia tidak ada di rumah. Aku menghela nafas. Betapa bodohnya.

Pandangan mataku terpaku pada sesuatu tepat di bawah ranjang. Sebuah kotak yang separuh masuk ke dalam kolong ranjang dengan penutupnya yang sedikit terbuka seperti habis dibongkar isinya. Aku masuk ke dalam untuk mengambil kotak itu dan meletakkannya di samping ranjang. Tanpa berpikir panjang bahwa semua ini adalah barang pribadinya, aku membukanya. Isinya benar-benar jauh di luar dugaanku.

Aku mengambil tumpukkan foto-foto. Salah satu foto teratasnya adalah Thomas dengan rahang yang terlihat lebih kurus dan penampilan yang lebih berantakan. Wajahnya juga terlihat masih muda di tengah latar temaram. Matanya sayu, menatap remeh ke arah kamera. Di sebelahnya, Diana merangkulnya dengan ekspresi sama. Kemudian aku membalik lagi foto lainnya. Thomas dan Diana lagi, namun dengan ekspresi yang konyol. Kemudian Thomas dan Diana lagi. Berbeda tempat, tapi masih mereka berdua. Thomas dan Diana lagi. Thomas dan Diana lagi.

Benda-benda diantaranya seketika teralihkan oleh tumpukkan sketsa kusam. Tanganku gemetar, dingin. Kuraih sketsa-sketsa itu. Tak sebanyak milikku ku rasa, tapi sketsa itu ada. Sketsa dari tangan Thomas. Sketsa Diana.

Ini kotak kenangannya. Kotak kenangan mereka.

Thomas masih menyimpannya.

Benarkah? Atau ini hanya sebuah jebakan? Aku memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain. Bahwa mungkin saja ini ulah Diana untuk menghancurkan hubungan kami. Mungkin saja ini bukan milik Thomas. Mungkin Diana hanya baru saja mengembalikannya? Atau mungkin saja ini benar milik Thomas tapi dia berniat segera membuangnya. Mungkin saja. Tapi mengapa ada di sini? Mengapa masih ada? Bukankah berarti kenangan-kenangan itu masih ada? Masih hidup? Aku sungguh tak dapat berpikir jernih. Mengapa Thomas tak menceritakan apapun tentang ini?

Apa lagi yang dia sembunyikan dariku?

Aku menutup kembali kotak itu. Sudahlah, sudah cukup. Aku akan pergi. Ini terlalu menyesakkan. Aku tak mau memikirkan ini. Aku hanya tinggal menemui Glenn tanpa perlu Thomas ketahui. Dia sudah cukup banyak menyembunyikan banyak hal dariku.

Aku akan mencari kejelasan dari semua ini. Namun sebelum itu, ada satu hal yang perlu kuselesaikan dahulu.

***

Sempat terpikir olehku tentang apa yang perlu aku kenakan atau apakah aku perlu berdandan. Apa aku harus terlihat cantik agar dia menyesal meninggalkanku, atau apakah aku membiarkan diriku kumal agar dia cepat tersadar dan berhenti menghubungiku. Aku tau, aku seharusnya tak perlu memikirkan itu. Jadi aku berdandan sewajarnya, tak peduli dia seperti apa dia melihatku.

Aku membawa kotak berukuran sedang berisikan barang-barang yang pernah ku pinjam darinya. Saat ini juga kotak ini mengingatkanku pada Thomas. Mungkin saja Thomas juga ingin mengembalikan kotak itu, hanya saja Diana tidak menerimanya? Oh, sudahlah, Jane. Simpan urusan itu untuk nanti.

BloomedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang