"When you're in pain, when you think you've had enough. Don't ever give up." – Coldplay
-
-
Hal pertama yang selalu datang ketika kau baru saja kehilangan seseorang, adalah kau akan sulit tidur pada malam hari. Dia merangkak ke dalam pikiranmu seperti seekor laba-laba besar, mengacaukan waktu istirahatmu tanpa permisi. Dia bahkan bisa menghantuimu dalam mimpi setidaknya untuk satu minggu penuh. Sebab, kau terbiasa memiliki setiap hari bersamanya, lalu tiba-tiba kau melakukan segala sesuatu sendiri tanpanya. Dan itu cukup untuk membuatmu frustrasi. Kau terus bertanya-tanya dalam pikiranmu, apa yang sedang dia lakukan? Apakah dia sedang bersama orang lain? Atau dia juga memikirkanmu juga saat ini?
Apa dia baik-baik saja tanpamu?
Jadi begitulah yang kurasakan. Aku bisa tidak memikirkannya ketika sedang bersama orang banyak, tapi ketika aku sedang dalam ruang sendiriku, bayangan tentangnya akan muncul seperti mimpi buruk. Sekeras apapun aku berusaha mengenyahkannya, pikiran-pikiran kecil tentangnya selalu menyelinap masuk mengangguku.
Pengalihan. Aku membutuhkan pengalihan. Jadi aku melakukan segala kegiatan positif yang bisa kulakukan. Aku menyimpan foto dan semua hal yang bisa mengingatkanku padanya hingga lenyap dari pandanganku. Aku fokus pada pekerjaanku. Mrs. Carter patut mendapat terimakasih untuk deadline-nya yang gila. Aku juga banyak bicara pada Vern, juga melanjutkan komunikasiku pada Tina. Bahkan pada kegiatan kecil seperti membersihkan rumah, apapun yang membuatku tak banyak memikirkannya.
Saat aku tengah membereskan rak di bawah televisi, aku melihat album dengan dasar hitam dan pola-pola penuh warna di sekelilingnya. A Head Full of Dreams. Album Coldplay yang dirilis belakangan ini. Ya ampun, aku bahkan lupa pernah membelinya.
Aku teringat. Dulu, aku dan Thomas sering membicarakan Coldplay. Kami berdua menyukai musik-musik mereka. Sebenarnya, Thomas-lah yang menunjukkannya padaku. Menurut kami, mereka memberi banyak pengaruh. Setiap lagunya punya cerita tersendiri. Aku tidak tau begitu banyak tentang musik sebelum Thomas menunjukkanku 'Parachutes', dan memperdengarkanku Yellow.
Sebuah lagu terkadang mengingatkan kita pada perasaan tertentu. Aku tidak tau bagaimana lagu itu bisa terdengar begitu penting. Tapi saat aku mendengar Yellow, lagu itu terdengar.. penuh rasa cinta. Lagu itu membawaku pada perasaan cinta, yang anehnya aku tidak pernah paham tertuju pada siapa.
Lalu ketika Coldplay memiliki 'Fix You', aku tau aku perlu memiliki semua albumnya.
Aku memesan album terbaru mereka secara online sebelum albumnya benar-benar dirilis, dan aku sama sekali belum mendengarkan sepenuhnya. Mungkin Thomas sudah mendengarkan semuanya, atau mungkin juga tidak. Aku merindukan perasaan menggebu-gebu saat membicarakan grup band favorit kami. Aku belum pernah lagi menemukan orang lain yang bisa kuajak bicara tentang Coldplay selain dirinya.
Thomas tidak menghubungiku selama dua hari terakhir. Aku juga tidak berusaha menghubunginya karena pekerjaanku. Mungkin dia juga sama sibuknya. Aku sadar bahwa Thomas telah menjadi pengalihanku yang pertama. Tak sepantasnya aku melewatkannya begitu saja hanya karena aku sudah menemukan pengalihan lain.
Jadi aku mengambil ponselku, lalu menghubunginya untuk sekedar menanyakan kabar.
Setelah nada sambung, aku mendengar suaranya di ujung sana. "Hei, Jane. Ada apa?"
"Hei, Thomas. Um, bagaimana kabarmu?"
"Aku baik, kau?"
"Ya, aku baik." Ini terkesan sangat kaku di antara kami, tapi aku memang tidak tau harus mengatakan apa. "Jadi.. apa kau sibuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloomed
Romance[Wattys 2018 Winner: The Change Makers!] Adalah sebuah dosa jika Jane O'Reilly meminta Thomas yang hadir dalam reuni kecil mereka, untuk menemaninya ketika hatinya baru saja diretakkan oleh mantan kekasihnya. Jane tak pernah bermaksud memanfaatkan T...