Bunga di Taman Hati, Bab 22

1.8K 106 13
                                    

Malmingan bersama ian & rey.
Tiga bab terakhir. Tapi bab ini anggap aja endingnya krn cerita kebuka di sini. Dua bab sisa bonus bagaimana mereka setelah .....

_________________________

22

Rey

Pintu kamar mandi terbuka dan aku berhadapan dengan tubuhnya. Dia telentang miring di depan pintu kamar mandi. Berusaha bergerak sambil meremas rambutnya. Handuknya terlepas dari pinggangnya. Menyisakan dia yang telanjang seperti aku.

Mendengar suaraku dan pintu yang terbuka, dia mengangkat wajahnya. Aku terkesiap. Wajahnya pucat seperti mayat, basah dengan air mata. Meringis menahan sakit di kepalanya. Berusaha untuk bangun, tangannya terulur menggapaiku.

"Aakk... akuu—"

Ini bukan déjà vu. Ini benar-benar terjadi lagi. Aku memang sedang marah padanya. Seperti dulu.

Tapi kali ini tidak akan kubiarkan tubuhnya melemah di hadapanku. Aku punya hati yang sayang padanya. Aku punya hati yang tidak akan membiarkannya sakit sendiri seperti itu lagi. Aku punya hati yang teriris tak terurus tapi aku punya sayang.

Aku merunduk menggapai pinggangnya, berusaha membantunya bangun. Tapi tangannya meraih bahuku, aku tertahan oleh lemah tangannya.

"Bunuh aku kalau aku seperti yang ada di kepalamu." Tubuhnya bermandi keringat, rahangnya mengeras, menahan sakit. Bahkan bibirnya berdarah bekas gigitannya sendiri.

Dia kembali mengigit bibirnya. Matanya menatapku dalam tatapan yang teriris. Tatapannya melukai hatiku yang terlanjur sayang padanya.

"Kita ke tempat tidur." Aku kembali bergerak untuk membantunya ke tempat yang lebih layak.

"Ngga perlu." Dia terengah, rahangnya mengeras, matanya terpejam sangat rapat. "Aku harus jelasin sekarang."

"Jangan terlalu keras. Ian sakit."

"Ngga penting."

"Jelasin di tempat tidur." Di saat sayangku bermain, aku kembali harus bermain cantik.

Tubuhnya melemah, bergerak mengikuti arahanku, membanting duduk di tepi ranjang. Tubuh lemahnya berdebum terbaring meringkuk. Kuselimuti tubuhnya, kusambar jubah tidur sekadar menutupi kepolosanku.

Dia berusaha bergerak mencari dan menggapaiku di saat aku menyiapkan obatnya.

"Minum dulu."

Disambarnya kantung obat dari tanganku, sampai obat di telapak tanganku ikut terhambur.

"Ngga perlu." Kantung obat melayang melintasi ruang, berkat lemparannya.

"Kamu mikir seperti itu, hati aku jauh lebih sakit dari kepalaku." Matanya menatapku nyalang tak bisa fokus.

Kupungut obat dari ranjang, "Minum dulu."

"Rey, kamu salah besar, Sayang." Tubuhnya menggigil menahan nyeri.

"Minum dulu."

"Rey!"

"Minum atau Rey pergi." Kutatap matanya tajam.

"Ja... jangan..." dia segera menyambar obat dari tanganku, menelannya tanpa air.

"Jangan pergi sampai aku jelasin semua," menelan ludah, "setelahnya... " menelan getir, "terserah Rey."

Aku tersentak.

Dia membanting tubuhnya, meringkuk menyembunyikan tubuh bergetarnya. Menarik keras rambutnya, meringkuk lebih kecil.

Bunga di Taman Hati, BDTH Bagian 3 [18+ PROMO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang