1
Ian
Tidurku nyenyak sekali. Aku bangun dengan perasaan yang segar. Ada yang lain! Aku berpikir sesaat sampai akhirnya aku ingat. Rey! Oh, Rey... dia masih di pelukanku. Bergelung di dadaku. Tangannya di pinggangku. Aku tak ingin bangun. Aku tak ingin bergerak. Kuelus rambutnya yang tergerai di dada dan leherku.
Aku bahagia.
Terima kasih.
Perlahan kulepaskan dia. Tak ingin. Tapi harus. Aku harus bersyukur atas anugrah ini.
Matahari mulai bergerak naik. Rona merah mulai berarak di timur. Tapi Rey masih bergelung nyaman. Aku tak ingin membangunkannya, tapi matahari tak bisa ditahan. Kubangunkan dia perlahan. Kukecup pipinya, kuelus rambutnya, kubelai punggungnya. Ah, menyenangkan sekali. Tidurnya semakin nyenyak. Aku tersenyum.
"Rey... bangun, Sayang. Sebentaaar aja. Nanti tidur lagi ngga apa-apa." Kubangunkan berkali-kali sambil kugoyang-goyang bahunya atau kugelitiki badannya.
"Rey masih ngantuk, A."
Aku tersenyum.
"Rey... sebentar aja."
"A... iseng deh." Dia berbalik badan, memunggungiku.
"Rey..."
"Rey ngantuk, A..."
"Rey... ini Ian, Sayang."
Berkali-kali. Dan ketika dia tersadar sepenuhnya. Dia langsung duduk. Matanya menatapku linglung. Aku terkikik.
"Matahari udah mau keliatan tuh." Sepertinya, nyawanya belum terkumpul.
"Rey..." Dia malah menjatuhkan kembali badannya. "Eh, ayoo... Subuh dulu..." Kutarik tangannya menuju kamar mandi.
"Rey masih ngantuk, Pak..." Dia cemberut.
"Bentaaar... ngga sampe sepuluh menit. Nanti bobo lagi ngga apa-apa." Kutuntun dia ke kamar mandi.
"Ih, ya udah, jangan ikut dong. Rey mau pipis."
"Oks. Aku keluar ya..."
Dan dia mengunci pintu kamar mandi tepat di depan hidungku.
Owh...
Sepertinya aku harus berhubungan dengan air dingin untuk menghindari pesonanya yang mudah membuatku tersulut dan terbakar. Aku memilih berenang. Kemungkinan dia akan kembali melanjutkan tidurnya. Rumah ini rumah impianku, banyak lahan kosong yang membuatku merasa lapang dan lega. Rindang pepohonan membuat dingin udara pagi dan air kolam semakin menusuk tulang.
Tapi aku suka bermain air.
***
Rey
Aku terbangun kaget. Kukira Aa yang mengganggu tidur nyenyakku. Ternyata Pak Ian. Setelah beberapa detik, aku baru sadar lokasi.
Aahh...
Kubanting kembali badanku, aku masih mau tidur. Tapi Pak Ian menarikku ke kamar mandi. Ya sudahlah...
Selesai kewajibanku, aku melayangkan pandanganku ke sekeliling kamar. Kamar yang luas dan nyaman. Tidak banyak perabot. Hanya tempat tidur, nakas di kedua sisi tempat tidur, meja rias kosong, loveseat, dan stereo set dengan LCD 80". Ada apa pria dengan layar lebar?? Ada tiga pintu. Satu pintu masuk, satu kamar mandi. Pintu yang satu lagi ke arah mana? Kubuka pintu tersebut. Oh, walk in closet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga di Taman Hati, BDTH Bagian 3 [18+ PROMO]
RomansaTadaaa.... Ian's comingggg... aaahhh... #apaseh #plak Ini bagian ketiga Bunga di Taman Hati. Roller coasternya ian. Komen dari yang udah pernah baca, dari tiga bagian BDTH, ya bagian ini yang paling seru. Apalagi bab nya abis di part yang ngeselin...