Yuangka Pov
Aku mengucapkan hal yang bertolak belakang dari yang kurasakan sebenarnya. Berbohong itu menyakitkan, dan aku benar-benar merasakan rasa sakit itu. Aku sangat tak tega melihat ekspresi wajah Algha tadi, ia kecewa.
Tadi ingin sekali aku memeluknya, mengucapkan perasaanku sebenarnya, tapi aku tak berdaya. Aku berfikir, jika Algha tahu perasaanku ia takkan menceraikan aku, dan jika Alghapun tahu aku sakit parah, Algha juga akan tetap bersikeras tak menceraikanku. dan yang kutahu, mungkin itu akan terjadi karena rasa kasihan, karena kini Algha mencintai orang lain, Yuki.
Dan jika Algha terus berada di dekatku, Yuki yang akan tersakiti, aku tak bisa mengatakannya.kalau ku katakan, Algha -karena kasihan- akan terus bersamaku dan itu sama saja aku egois, menghadang kedua orang yang saling mencintai tuk bersatu. dan setelah itu, ia akan merasa sangat sakit setelah kepergianku. Biarlah semuanya seperti ini, Algha mencintai Yuki. Dan aku.. Hanya memendam perasaanku ini hingga kematianku tiba.
Tanpa sadar, airmataku tumpah, aku merasa sakit. Jika kau yang ada diposisiku, mungkin kau akan merasa hal yang sama.
Aku membaringkan tubuhku, aku berusaha menutup mataku, berusaha melupakan rasa sakit ini untuk sementara. Kapan kematian itu muncul, agar aku tak lagi merasakan rasa pedih ini.
Algha Pov
Aku mempunyai firasat yang aneh. Sungguh, aku merasa Yua sebenarnya mencintaiku. Tapi ucapannya tadi? Ah, aku tak tahu.
Aku berjalan, hampir saja melewati kamar Yuangka. Karena penasaran, akupun mengintip, kebetulan kamarnya tak dikunci dan terbuka lebar. Aku perlahan masuk. Aku duduk di pinggir ranjang, kuperhatikan wajah Yuangka lekat.
Yuangka sedang tertidur. Tapi kenapa wajahnya basah? Seperti..baru saja usai menangis. Dan hei! Sebuah airmata turun dari matanya yang tertutup. Ia menangis dalam tidurnya? Apa ia bermimpi buruk?
Aku perlahan menyentuh wajahnya, mengusap setetes airmatanya. Yuangka..
Seketika, tangannya menyentuh tanganku yang tengah mengusap wajahnya. Sementara matanya masih tertutup rapat.
"Aku takut..aku takut suatu saat nanti.. Aku tak juga mati...aku tak bisa terus-terusan berbohong di depan..itu menyakitkan. Aku..aku takut. A-adakah..obat yang bisa membuatku segera..mati?"
Aku kaget dengan ucapannya. Apa maksudnya? Ia ingin segera mati dan berbohong? Apa selama ini Yuangka berbohong? Tapi pada siapa?
"A-aku..aku..mencintai dia, tapi aku.. Aku membohongi diriku sendiri..aku.."
Dan airmata itu jatuh lagi, apa maksud Yuangka? Apa ia bermimpi? Aku tak tahu, tapi aku yakin ada sesuatu yang disembunyikannya, aku akan menyelidikinya.
Aku tidak tega melihat Yuangka seperti ini, Yuangka nampak sangat ketakutan, aku tak tahu apa sebab sebenarnya, mungkin hanya karena mimpi atau..memang ada hal yang mempengaruhinya hingga ke alam tidur. Aku mengusap kepalanya, wajahnya yang tadi pucat pasi kini sudah terlihat tenang.
Aku tersenyum, kemudian berdiri.
Hampir saja aku melangkah, namun tangan Yuangka mencekal tanganku, seakan melarangku pergi. Baiklah, kurasa aku akan menemaninya.
Hoamm..
Rasanya aku mengantuk sekali. Apakah aku bisa tidur disamping Yuangka? Atau kutinggalkan saja.
Dia masih istrimu, tidak mengapa kau tidur saja di dekatnya, hanya tidur dan tak melakukan apapun. Batinku.
Kurasa ya, aku akan tidur disamping Yuangka.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is My Wife
FanfictionKarena istriku tidak pernah menganggapku ada, aku jadi menyewa seorang wanita desa yang kusuruh untuk menjadi istriku untuk sementara, ini semata hanya untuk membuat istriku itu tahu bahwa aku ada, ingin dianggap olehnya. Tapi siapa sangka, wanita...