9 - Mianhe

12 1 0
                                    

"Aku pergi bersama Yoahn, kau mau memarahiku eoh? Silahkan saja", ujar Jieun dengan santai. Jungkook yang sedari tadi mendengarkan pertengkaran itu membulatkan matanya, lalu kembali mendengarkan Jimin dan Jieun yang tengah bertengkar itu.

"Baiklah itu hakmu. Tapi ingat, aku, jungkook, v, dan para hyung tidak akan mempedulikanmu jika kau kenapa-kenapa. Bersenang senanglah dengan lelaki pilihanmu", Jimin berjalan dengan santai melewati Jieun.

Seulas senyuman sinis terbentuk dari bibir Jimin. Ia dan ke-6 temannya itu kembali kekamar mereka. Mengabaikan Jieun yang masih diam mematung.

☆☆☆

Ini sudah hampir minggu kedua. Kejadian dua minggu yang lalu membuat Jieun dan ke-7 lelaki itu tidak berkomunikasi. Hubungan Jieun dengan Yoahn bahkan semakin dekat. Jieun harus memasak sendiri, dan berangkat kesekolah sendiri walau terkadang Yoahn menjemputnya. Suga dan V bahkan rela mendiami Jieun karna Jimin menyuruh mereka.

"Hyung, apa tidak terlalu berlebihan jika kita mendiami Jieun terus menerus?", tanya V. Jimin menggeleng sambil tersenyum.

"Biarkan saja, dia akan tau bagaimana Yoahn sebenarnya", ujar Jimin. V menghembuskan nafasnya.

Mereka kini tengah berkumpul dikelas Suga, tentu saja ini waktu istirahat. Sudah 2 minggu ini mereka berkumpul dikelas Suga agar tidak bertemu dengan Jieun.

Jin menoleh ketika salah seorang hoobaenya datang dengan nafas tersenggalnya. Dahyun, perempuan itu datang kekelas Suga. Entah apa yang akan ia lakukan didalam kelas kekasihnya itu.

"Yak, Jimin sunbae. Jieun.. Jieun menangis didalam kelas. Tolong bantu aku", ujar Dahyun dengan nada sedikit cepat.

Awalnya raut muka Jimin terlihat khawatir, tetapi langsung berubah dengan wajah santainya itu. Bahkan Jimin tersenyum sinis saat Dahyun mengatakan soal adiknya itu.

"Aku tak punya hak untuk itu. Kau saja yang urus dia. Atau kau panggil saja pacarnya itu, siapa namanya? Ahya, Kim Yo Ahn", ujar Jimin dengan santai. Dahyun terkejut atas jawaban Jimin. Lalu ia izin untuk kembali kedalam kelasnya

"Jimin-ah, kau terlalu kelewatan", ujar Jin. Ia menatap Jimin dengan tatapan dalamnya. Ia tidak tega jika Jieun didiami seperti itu.

"Sudahlah hyung, aku bisa melakukannya", Jimin tersenyum tipis. Meyakinkan Jin dan yang lainnya.

---

"Oppa, mianhe. Aku menyesal tidak mendengarkan kata katamu. Jeongmal mianhe oppa", Jieun terus mengetuk pintu kamar Jimin. Sedangkan Jimin dan ke-6 temannya yang ada didalam itu mengabaikan Jieun yang sedari tadi mengetuk pintu kamar mereka.

"Oppa mianhe, oppa. Oppa aku membutuhkanmu. Oppa, bukakan aku pintunya!!!", Jieun terus mengetuk pintu kamar Jimin dengan kencang karna tak ada yang memperdulikannya.

Sedangkan ke-7 lelaki yang ada didalam kamar itu terlihat risih, berbeda dengan Jimin yang terlihat tidak terganggu dengan ketukan dan suara isak tangis Jieun.

"Jim, jangan diami adikmu. Samparlah dia, dia membutuhkanmu", ujar Jin. Jimin menoleh kearahnya, memasang wajah datarnya.

"Hyung, kasihan Jieun. Dia menangis sedari tadi disekolah. Hyung come on. Kasihan Jieun", ujar Jungkook membuat Jimin sedikit goyah. Ia sebenarnya tidak bisa mendiami adik tersayangnya itu.

Jimin berdiri, berjalan mendekati pintu kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya itu, dan melihat Jieun dengan keadaan yang berantakan. Ia masih memakai baju sekolahnya, rambutnya kini sudah tidak serapih sebelumnya, matanya pun sembab.

I Don't Know My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang