Mobil sedan hitam milik Raina sudah menunggu di depan rumahku. Alifia dan Berliana sudah duduk manis di dalam mobil. Sepertinya mereka telah menungguku terlalu lama. Karena dari jendela kamarku di lantai dua, mereka terlihat cemberut dan bosan. Tapi aku malah santai-santai saja. Hihihi. Lagian ini kan ini bukan liburan formal yang kalau kesiangan bakalan ditinggalin. Aku yakin mereka pasti ngerti kok.
"Salsa cepetan! Kita udah telat nih," teriak Raina tak sabar dari dalam mobil.
"Iya tunggu sebentar," teriakku melalui jendela kamar kemudian melanjutkan kembali memasukkan barang-barang penting yang belum aku masukan tadi malam ke dalam koper. Selanjutnya aku membawa koper besarku keluar.
Lalu aku pamit pada kakakku yang cantik. Tak lupa pada ayah dan ibuku. Segera aku pun berlari ke mobil Raina. Pak Malik membantuku memasukkan koper ke bagasi. Setelah itu, aku pun langsung masuk ke dalam mobil Raina. Duduk di belakang bersama Alifia dan Berliana sedangkan Raina sendirian di depan menemani pak supir.
"Eh sorry ya aku telat," ucapku pada Alifia, Berliana, dan Raina sambil cengar-cengir nggak jelas.
"Dasar lelet," sahut Berliana sambil menjulurkan lidahnya. Aku pun langsung cemberut dan menatap Alifia supaya dibelain. Biasa, sahabat kita satu ini sedikit berjiwa keibu-ibuan. Panggilan di kelasnya saja memakai nama "Bunda".
"Iya di maafin. Tapi lain kali, jangan kayak gitu lagi ya," sahut Alifia sambil tersenyum tipis.
"Iya, iya," ucapku sambil membenarkan posisi duduk senyaman mungkin.
"Awas loh kalau telat lagi!" ancam Raina sambil mengepalkan tangannya ke udara dan mengarahkannya langsung kepadaku.
"Iya, iya janji! Bawel ah," ucapku sambil mengacak-acak rambut Raina.
"Ih apaan sih?!" protes Raina. Dan kami semua tertawa bersama. Raina hanya cemberut sambil menyilangkan tangannya melihat kami tertawa.
Selama perjalanan, kami bernyanyi, mengobrol, dan menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah dialami. Dan tentunya gossip-gossip terhangat yang ada di sekolah.
Kami tuh paling suka sama petualangan, apalagi ke pegunungun seperti ini. Dan kami juga suka banget sama cerita tentang hantu. Apalagi kalau lihat hantu asli, pasti seru banget-kayak yang berani aja!.
Ya kata Berliana sih, di dekat villa nya pernah ada kejadian yang menakutkan. Dan katanya pernah ada pembunuhan yang belum tahu penyebabnya. Mungkin saja sisa-sisa pembunuhan itu bisa kami pecahkan! Jadi itu salah satu penyebab kami buat ikut ke villa nya Berliana.
Berliana juga bilang, di depan villa nya pernah ada penampakan cewek berbaju putih yang sering ganggu tukang sate dan nasi goreng yang lewat.
"Oh ya, nggak jauh dari villaku ada rumah kosong yang udah tua banget. Dulunya yang punya rumah itu nenek-nenek yang umurnya mungkin lebih dari setengah abad. Suaminya telah meninggal dan sayangnya dia gak punya anak. Dan beberapa tahun lalu, dia menghilang! Kayaknya dia stress lalu bunuh diri. Tapi ada yang bilang dia di bunuh dan mayatnya dibuang ke tempat jauh yang tersembunyi. Oh ya di rumah itu juga, ada pohon beringin, pohon sawo dan pohon bambu yang sering terjadi penampakan membentuk wajah nenek-nenek itu. Oh ya ada lagi," ucap Berliana sambil mengingat-ingat kejadian yang ada di dekat villanya.
"Apa? Ada apa lagi?" tanya Raina penasaran.
Saking tak sabarnya, aku menepuk-nepuk paha Alifia lumayan keras. Untung aja bunda kita satu ini nggak marah sedikit pun. Bibirnya cemberut doang sih, tapi itu hal yang wajar kok.
"Iya ayo ceritain! Kita pengen tahu nih," ucap Alifia semangat setelah memukul tanganku yang daritadi menepuk-nepuk pahanya. Dan alhasil, aku kesakitan dan langsung mengibaskan tanganku beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Rumah Keramat
Mystery / ThrillerCerita ini isinya cerbung. Jadi bagi para pembaca yang bingung, partnya akan saling berhubungan. *** Pegunungan. Tempat yang dingin dan indah untuk dikunjungi. Cocok untuk mencairkan otak akibat belajar terus-menerus. Jadi, di pagi yang cerah ini, k...