"Kring...kring...kring..."
Tiba-tiba telpon rumah berbunyi. Berliana segera beranjak dari tempat duduknya yang sedang menonton TV. Dia menjawab telpon itu.
"Sal, ini ada telpon dari ibu kamu" ucap Berliana. Aku segera berdiri dan mengangkat telpon.
"Halo bu, ada apa?" Tanyaku pada ibu.
"Sepertinya ada kejadian lagi"
"Ibu tahu darimana?"
"Ibu punya firasat"
"Sebenarnya ada bu"
"Kamu harus hati-hati sayang... Dia sepertinya ingin berkomunikasi denganmu"
"Apa yang harus aku lakukan?"
"Cobalah untuk mendekatinya. Pasti dia ingin berbicara denganmu bila kamu tenang"
"Baik, aku akan coba. Ta-ta-tapi bu"
"Sayang, kamu harus berusaha. Ini akan menjadi hal yang biasa untukmu. Kamu pasti bisa!"
"Baiklah akan aku coba. Oh ya bu, kenapa telponnya ke telpon rmh? Kenapa gak ke handphone aku aja?"
"Saat ibu mencoba menelponmu, ada yang angkat telponmu dan dia berbicara bahwa kau tidak ada di sana. Jadi ibu-"
Aku memotong pembicaraan ibu. "Hah kok bisa? Padahal handphone aku ada di kantong celana kok"
"Sudahlah, jangan memikirkannya"
"Baiklah bu"
"Oh ya sayang, kamu harus jaga dirimu. Jaga teman-temanmu juga. Ibu khawatir juga pada mereka. Sepertinya ada yang ingin mengganggu mereka dan juga kamu"
Aku menatap teman-temanku yang sedang menonton TV. "Baik bu, aku akan jaga mereka"
Aku segera menutup telpon dan duduk di soffa bersama teman-temanku.
"Ada apa?" Tanya Raina penasaran.
"Ibuku berpesan untuk menjaga kalian" ucapku singkat.
"Kenapa kita harus dijaga?" Tanya Alifia. "Kita kan udah gede"
"Ibuku takut kalau nanti ada yang mengganggu kalian juga-selain aku-" aku menjawab dengan singkat. Aku tak ingin mereka khawatir.
"Hahahaha kita tidak perlu dijaga sayang" ucap Raina sambil mencubit pipiku.
Aku hanya bisa diam. Untung saja mereka tidak khawatir. "Oh ya Ber, aku perlu laptop kamu. Ada?"
"Oh ya ada. Ayo ikut aku" ajak Berliana.
Dan aku pun mengikutinya. Kami ke lantai 3 menggunakan lift. Setelah sampai, kami masuk salah satu kamar. Kamarnya lebih besar daripada kamar Berliana. Berliana membuka lemari, dia mencari-mencari sesuatu.
Aku melihat isi kamar, isinya sangat rapi dan bersih. Sepertinya kamar orangtua Berliana. Aku berjalan melihat-lihat.
Dan aku melihat anak perempuan di sebelah sebuah meja. Dia menunjuk meja tersebut. Aku berjalan mendekatinya. Tapi saat jarak aku 5 langkah kaki darinya, dia menghilang!
Walaupun seperti itu, aku tetap berjalan ke meja itu. Aku yakin anak perempuan itu masih ada. Berliana masih mencari-cari di dalam lemari. Sepertinya dia lupa di mana menyimpan laptop.
Saat aku tiba di meja, ternyata ada tas. Saat aku membuka tas tersebut, ternyata isinya sebuah laptop. Aku tersenyum bahagia.
"Ber, ini bukan laptopnya?" Tanyaku pada Berliana sambil memperlihatkan tas laptop itu ke arah Berliana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Rumah Keramat
Mystery / ThrillerCerita ini isinya cerbung. Jadi bagi para pembaca yang bingung, partnya akan saling berhubungan. *** Pegunungan. Tempat yang dingin dan indah untuk dikunjungi. Cocok untuk mencairkan otak akibat belajar terus-menerus. Jadi, di pagi yang cerah ini, k...