05. Foto

2.6K 73 0
                                    

Suara bunyi alarm di kamar Berliana membangunkanku dari tidurku yang lelap. Tapi saat aku lihat, di sebelahku tidak ada siapa-siapa. Teman-temanku sudah tidak ada di kasur. Aku pikir mereka sudah bangun dan masih marah padaku, jadi mereka tidak membangunkanku. Atau mereka tidak mau membangunkan tidurku yang lelap.

Aku segera bangun dari tempat tidur dan saat membuka pintu mbo Wina sudah berada di depan pintu. Pembantu yang masih muda itu sudah berada di depan pintu sambil membawa sarapan untukku.

"Tidak perlu ke ruang makan, ini sarapannya sudah aku siapkan" ucap mbo Wina sambil membawa nampan masuk ke kamar. Aku mundur beberapa langkah, membiarkan mbo Wina masuk.

"Yang lain ke mana?" Tanyaku.

"Mereka ada di ruang makan"

"Aku di sana saja"

"Jangan, aku dengar dari mereka, kau sedang sakit panas. Jadi aku bawakan sarapan untukmu"

Aku segera mengecek kening dan leherku. Ternyata benar, aku sakit panas. Aku segera menuruti perintah mbo Wina untuk makan di kamar tidur. Aku segera duduk di kasur dan mbo Wina memberikan sarapan.

"Ini makanannya, hati-hati masih panas" ucap mbo Wina sambil memberikan 1 mangkuk penuh berisi bubur.

"Wah kelihatannya enak sekali" ucapku tak sabar untuk memakannya.

"Oh ya, mereka menyampaikan sesuatu untukmu"

"Apa itu?"

"Mereka bilang, bahwa mereka tidak marah lagi padamu"

"Huh syukur kalau begitu"

"Mbo tinggal dulu ya. Ini susunya jangan lupa diminum"

"Iya mbo"

Aku pun segera memakan bubur itu dan rasanya sangat enak. Tapi tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dan membuka pintu kamar. Ada anak perempuan yg sebaya dgnku, rambut panjang, dan memakai piyama merah. Itu seperti perempuan yang ada di lift kmarin!

Dia berjalan melewati kamarku. Karena aku penasaran, aku pun mengikutinya. Dia tidak menaiki lift, tetapi memakai tangga dan dia berjalan dengan santai menuju ruang makan.

Dia masuk ke ruang makan. Aku mengikutinya. Dan saat kulihat, ke-3 temanku telah tergantung-digantung-di atas meja makan dengan wajah yang mengenaskan. Seperti bunuh diri dengan gantung diri. Perempuan itu berdiri di ujung meja makan dan menunjuk ke-3 temanku.

Lalu, perempuan itu menggerakkan tubuh ke-3 temanku dan setelah selesai dia tersenyum padaku dan mulai mendekatiku. Karena tinggi kami sama, aku bisa melihat wajahnya. Sebagian wajahnya terkena bercak darah. Sepertinya dia dibunuh, karena tepat di perutnya ada bekas tusukan. Jika dia tidak seperti itu, dia akan sangat cantik dan imut. Dia memelukku dengan erat sampai aku tidak bisa bernapas.

Dan dia berkata, "Jika kau biarkan, maka akan berakhir seperti ini." Dia terus memeluk eratku hingga jiwa dia masuk ke dalam tubuhku. Aku menutup mata dan tiba-tiba aku terbangun.

Misteri Rumah KeramatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang