Alarm dari handphone-ku membangunkan aku dari tidur. Aku melihat jam tanganku. Dan ini menunjukkan pukul empat subuh. Yang lain belum bangun. Hanya aku yang sudah bangun. Aku segera bangun dari kasur tipis di tenda dan duduk sambil membaluti diriku dengan selimut.
Dari telinga sebelah kiri seperti terdengar ada yang membisikkanku. Aku pikir itu sahabat-sahabatku yang jahil. Saat aku menengok ke arah mereka, bulu kudukku tiba-tiba saja berdiri. Mana mungkin mereka, mereka kan masih tidur. Tapi suaranya berbeda. Seperti suara anak kecil.
"Hai." Ada suara. Suara anak kecil. Tapi aku belum bisa melihat wujudnya.
Dengan memberanikan diri, aku menjawab, "Kamu siapa? Jangan ganggu aku!"
"Aku hanya ingin bermain denganmu." Suara itu kembali menjawab.
"Bagaimana kalau aku tidak mau?" Apakah dia hantu? Tapi, bagaimana bisa? Untungnya dia tidak menampakkan dirinya.
Aku diam sesaat. Mataku melirik ke kanan dan kiri. Aku tidak berani menengok. Saat mataku sudah menghadap pintu tenda kembali, tiba-tiba aku melihat seperti ada sekelebat bayangan putih. Saat aku mengedip, dalam satu kedipan ada perempuan duduk di depanku dan kurasa dia sebaya denganku. Rambutnya diikat dua di pinggir kepalanya, dia memakai kacamata bulat yang besar dan sangat manis dan juga cantik. Wajahnya wajah masa lalu yang sudah sangat kuno.
Dia tersenyum padaku.
Aku terkejut melihatnya. Baru pertama kali ini aku melihat hantu dengan sangat jelas dan dekat. Saat aku akan teriak, dia menutup mulutku. Aku merasakan tangannya dingin sekali.
"Sssttt!! Kamu bisa membangunkan mereka," ucapnya sambil melirik ketiga sahabatku yang tertidur pulas.
Perlahan, aku pun menggangguk dengan mulutku yang masih ditutup oleh hantu itu. Dia pun melepas tangannya.
"Oh ya kenalin aku Ella," sapanya. Dia menyodorkan tangannya.
Dengan gugup, aku membalas jabatan tangannya. "Aku Salsa." Dia melepaskan tangannya. "Hmmm, Ella ya?" Dia mengangguk. "Nama yang bagus dan cocok untukmu."
"Semua orang yang bisa melihatku berkata begitu. Ngomong-ngomong, kamu baru datang?" tanya Ella ramah. Sepertinya dia bisa dikategorikan sebagai hantu baik.
Aku mengangguk. "Iya, aku baru datang."
Ella tersenyum lebar kemudian bertepuk tangan dengan girang. "Wah aku dapat teman baru yang bisa melihatku nih. Asyiknya."
Aku hanya mengangguk pelan sambil tersenyum ke arahnya. "Oh ya kenalin, ini semua teman-teman aku. Yang ini Alifia," ucapku sambil menunjuk Alifia yang berada di sebelahku yang sedang tertidur pulas. "Yang ini Raina. Dan yang ini-"
"Berliana. Yang punya villa ini kan?" ucap Ella memotong pembicaraanku.
"Iya benar sekali." Aku mengangguk lagi. "Baimana kamu tahu?" tanyaku sambil mengerutkan kening.
"Aku kan di sini sudah beberapa tahun, jadi aku hafal semuanya," jawab Ella diakhiri senyuman. Kemudian matanya melirik ke arah Berliana yang tidur di paling ujung sebelah kanannya Raina. "Aku mencoba berkomunikasi dengannya tapi sepertinya dia tidak bisa melihatku."
Aku pun ikut melirik Berliana. "Dia nggak bisa lihat hantu, Ella. Karena setahuku, keluarganya nggak ada yang bisa melihat hantu. Jadi otomatis dia juga nggak bisa."
Ella mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali. "Pantesan," sahutnya kecewa. Matanya kembali menatapku. "Ngomong-ngomong, sedang apa kalian di sini?"
"Kita mau liburan. Dan..." Aku sengaja menggantukan kalimatku. Bingung, apakah harus diberi tahu atau jangan.
"Dan?" Ella mulai tidak sabar. Salah satu alisnya terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Rumah Keramat
غموض / إثارةCerita ini isinya cerbung. Jadi bagi para pembaca yang bingung, partnya akan saling berhubungan. *** Pegunungan. Tempat yang dingin dan indah untuk dikunjungi. Cocok untuk mencairkan otak akibat belajar terus-menerus. Jadi, di pagi yang cerah ini, k...