Sebelumnya minta maaf karna baru update. Soalnya baru ada waktu buat ngelanjutin. Nanti, kalau ada waktu saya lanjutkan lagi. Silahkan kembali menikmati. Jangan lupa di vote, comment dan share 😊
___________________________
Malam itu Gray bermimpi tentang seorang anak laki-laki dan gadis kecil seumuran tengah bermain di padang rumput penuh bunga. Pohon-pohon tinggi menjulang ke udara. Angin sejuk bertiup lembut dan langit berwarna oranye. Gray bahkan dapat mendengar tawa mereka. Jantungnya berdebar keras sampai membuat tubuhnya berkeringat. Walaupun begitu mimpi itu mimpi yang indah dan ini sama seperti kejadian kemarin bersama Claire.
"Aku berjanji. Tapi, aku tidak tau kapan tepatnya akan kembali kesini." Ucap gadis kecil, "Aku akan merindukanmu, Gray."
Dan lagi-lagi perasaan aneh itu kembali. Rasanya memang seperti nyata, tidak hanya sekedar mimpi.***
Knock... Knock... Knock
Suara ketukan pintu membuatnya terbangun. Gray menoleh ke arah jam yang tergantung di dinding. Pukul 07:10. Gray mendesah lega. Masih ada 50 menit lagi untuk bersiap-siap kembali bekerja. Ia tidak akan terlambat hari ini.Gray duduk di atas kasurnya. Angin yang masuk melalui jendela membuat punggungnya terasa dingin. Bajunya basah, bekas keringat dinginnya tadi malam. Tapi, Gray tidak sadar kalau ia berkeringat dingin malam tadi. Satu-satunya hal yang ia ingat hanyalah mimpi itu. Mimpi tentang seorang gadis kecil dan bocah kecil.
Deg....
Satu debaran didada kembali menyambarnya. Membuatnya semakin bingung kenapa bisa begitu.
Krak...
Pintu terbuka. Seseorang memasukkan kepalanya melalui celah pintu yang terbuka dan Gray menoleh ke arahnya.
"Gray, kau sudah bangun?" Tanya seseorang yang ternyata Ann. Begitu melihat Gray yang masih terduduk di atas kasurnya, Ann membuka lebar pintu kamar dan melangkah masuk."Kenapa tidak menjawabku? Aku sudah berkali-kali mengetuk pintu. Kau tidak mendengarku?" Ann mendengus.
"Maaf. Aku baru saja bangun." Jawab Gray sambil berdiri dari kasur. Ia melangkah melewati Ann untuk mengambil handuk yang di halangi oleh gadis itu.
"Gray, kau baik-baik saja? Kasurmu basah dan kau terlihat sedikit pucat." Tanya Ann. Ia tidak jadi marah karena menyadari hal itu.
"Tidak. Aku baik-baik saja, Ann." Gray menjawab ringan.
"Kau yakin?" Tanya Ann sekali lagi dan Gray menjawab dengan sebuah anggukan.
"Baiklah. Mereka menunggumu di bawah. Sarapannya sudah siap." Kata Ann, "Dan kau tau kemana harus mencariku jika kau membutuhkanku."
"Terimakasih atas perhatianmu, Ann. Tolong katakan pada mereka aku akan segera turun setelah bersiap-siap. Kalian duluan saja." Gray lalu masuk ke kamar mandi. Ann turun ke lantai satu dan menemui ayahnya dan Cliff di salah satu meja makan disana.
"Dia bilang duluan saja. Dia akan segera turun." Kata Ann tanpa ditanya.
***
"Terimakasih atas sarapannya. Aku pergi dulu." Gray berpamitan pada Ann dan paman Doug. Kali ini ia tidak perlu tergesa-gesa lagi untuk pergi bekerja. Dan ia tidak perlu repot-repot memikirkan bahwa ia akan menabrak seorang gadis lagi. Gray berjalan santai di kota kecil Mineral Town yang disukainya itu. Udaranya yang bersih dan suasananya yang nyaman selalu membuatnya betah tinggal disini. Gray menarik panjang napasnya dan menghembuskannya kembali. Hari ini ia akan bekerja keras karena banyak yang harus dikerjakannya.
Selama bekerja, Gray mengingat mimpinya tadi malam. Itu mengganggunya. Rasanya seperti menggerogoti otaknya. Pekerjaannya jadi tidak maksimal karena mimpinya itu. Karena Gray bekerja dengan tidak baik hari ini sampai-sampai memecahkan barang, kakeknya marah dan menyuruhnya untuk pulang lebih awal, daripada nantinya semakin kacau. Gray sangat kesal. Ia menggerutu sepanjang hari. Sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke bukit Mother Hill untuk meredakan emosinya. Gray melewati kebun milik Claire, tapi Claire tidak kelihatan. Gray langsung saja menuju bukit Mother Hill.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gray x Claire
FanfictionKisah yang saya angkat dari karakter favorite saya di game Harvest Moon yaitu Gray dan Claire. Kenapa rasanya Gray pernah mengalami hal seperti ini? Tapi, kapan? Ia sendiri tidak tau kapan tepatnya pernah terjadi hal semacam ini. Mungkin dulu. Ia ti...