Gray sedang berjalan-jalan di kota kecil bernama Mineral Town, kota kecil yang damai dengan orang-orang yang ramah di dalamnya. Saat itu usia Gray masih 5 tahun. Gray tinggal bersama kakeknya, Saibara. Orangtuanya tinggal di pusat kota jauh dari Mineral Town. Gray lebih suka tinggal di kota kecil berudara bersih di bandingkan dengan kota berpolusi.
Sore itu, seperti biasanya Gray berjalan melewati kebun luas milik seorang kakek tua. Mereka memanggilnya Mr. James. Untuk menuju tempat pemandian air panas di bukit, Gray lebih memilih jalan melewati kebun luas itu karena itu jarak terdekat untuk menuju ke tempat pemandian air panas. Keuntungan lainnya, ia juga bisa melihat beberapa pemandangan yang indah.
Sesampainya di tempat pemandian air panas ia tidak mengira bahwa ada anak gadis seumuran dengannya yang juga sedang bermain disana. Gray memperhatikan ke sekelilingnya dan tidak mendapati seseorang yang cukup dewasa untuk mengawasi gadis kecil itu. Dan juga gadis kecil itu terasa asing karena Gray tidak mengenalnya. Gadis kecil itu berambut emas pendek dan bermata biru.
"Kau juga suka bermain disini ya?" Ucap gadis kecil itu dan yang pasti di tujukan pada Gray, "Aku suka berada di sini."
"Hmm.. Iya." Jawab Gray.
Sejak saat itu mereka sering bertemu dan bermain bersama disana. Dan menjadi teman dekat.***
2 bulan kemudian.
Sore itu Gray mengajak gadis kecil itu mengunjungi padang bunga di bukit Mother Hill. Anak perempuan suka bunga, setidaknya itu yang di pikirkannya. Dan benar saja. Ketika mereka sampai disana, gadis kecil itu tampak sangat gembira melihat lapangan hijau yang cukup luas dengan bermacam bunga tumbuh disana. Mereka memetik bunga, menangkap serangga, bahkan sudah dua kali melihat kelinci berkeliaran di sana.
Hari sudah semakin gelap, tetapi Gray mengajak gadis kecil itu ke puncak bukit Mother Hill.
"Tapi, ini sudah gelap. Aku tidak ingin kakek mengkhawatirkanku." Ucap gadis itu penuh penyesalan.
"Hanya sebentar saja. Aku berjanji kau pasti tidak ingin melewatkan ini."
Setelah berpikir sejenak akhirnya ia menyetujui ajakan Gray. Gadis kecil itu tertawa kecil saat memegangi ujung hidungnya yang terasa dingin. Udara di atas puncak memang dingin tapi, mereka tidak peduli. Mereka menyaksikan matahari tenggelam yang indah bersama-sama. Lalu, gadis kecil itu bersenandung tanpa lirik, hanya mengucapkan kata 'Lalala'. Tapi, senandungnya sangat menyentuh walaupun tidak memiliki lirik, Gray menyukainya.
"Aku harus pulang sekarang." Gumam gadis kecil itu setelah selesai bersenandung.
"Baiklah. Aku akan mengantarmu sampai ke rumah."
"Bukan itu maksudku," gadis itu diam sejenak "Aku harus pulang. Bukan ke rumah kakek tapi, kerumahku yang lain di luar kota ini."
"Kapan kau akan berangkat?"
"Besok."
***
Hari ini Gray bangun lebih awal karena ia ingin menemui gadis kecil itu untuk terakhir kalinya, mungkin. Gray memperhatikan gadis kecil itu dari kejauhan. Gray berteriak memanggilnya dan berlari menghampirinya.
"Jaga dirimu baik-baik," Gray memegang tangan kanan gadis kecil itu lalu meletakan sebuah bros di telapak tangannya, "Kuharap dengan ini kau bisa terus mengingatku. Berjanjilah kau akan kembali."
Gadis kecil itu mengangguk, "Aku berjanji. Tapi, aku tidak tau kapan tepatnya aku kembali kesini."
"Aku bisa menunggumu." Gray
tersenyum dan gadis kecil ikut tersenyum."Aku akan merindukan tempat pemandian air panas, padang bunga, matahari tenggelam di bukit Mother Hill. Aku akan... Merindukanmu, Gray."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gray x Claire
FanfictionKisah yang saya angkat dari karakter favorite saya di game Harvest Moon yaitu Gray dan Claire. Kenapa rasanya Gray pernah mengalami hal seperti ini? Tapi, kapan? Ia sendiri tidak tau kapan tepatnya pernah terjadi hal semacam ini. Mungkin dulu. Ia ti...