Bab 9 : Pemuda Pantai Berkulit Gelap (pt. 2)

244 17 8
                                    

    Esoknya ketika waktu luang, Gray langsung pergi kekebun Claire untuk mengajaknya menemui Kai. Dan kebetulan pula Claire punya waktu luang. Saat tiba di kebun tadi, Gray terpukau karena Claire mengalami kemajuan pesat. Claire benar-benar mengeluarkan semua usahanya untuk memajukan kebun warisan milik kakeknya itu. Gray kagum dengan usahanya.

    "Dia bilang dia akan memberi diskon untuk kita."

  Mata Claire langsung berbinar-binar, "Benarkah?" Gray mengangguk mengiyakan. Dan tanpa berpikir panjang, Claire menarik lengan Gray dan menyeretnya ke restoran yang ada di pantai kota Mineral Town.

 Dan tanpa berpikir panjang, Claire menarik lengan Gray dan menyeretnya ke restoran yang ada di pantai kota Mineral Town

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti kemarin, Claire mencium bau sedap di depan restoran. Bel kecil di atas pintu berbunyi ketika mereka masuk kedalam restoran. Aromanya semakin menusuk hidung dan membuat perut mereka meraung-raung. Dan karena saat ini bertepatan dengan jam makan siang, jadi restoran agak ramai.

    "Gray? Kau kah itu?" Teriak Kai dari dalam dapur.

    "Ya. Ini aku." Sahutnya

    Tak lama dari itu Kai keluar dari dapur sambil mengelap tangannya ke serbet, dengan celemek yang masih di kenakannya.

    "Jadi, ini Claire?" Tanya Kai memastikan sambil memperhatikan Claire dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan teliti.

    "Aku Claire. Salam kenal." Claire mengulurkan tangannya dan di sambut hangat oleh Kai. Senyumnya yang begitu lebar tersungging di wajah Kai.

    "Panggil saja Kai. Aku tidak menyangka ternyata kau gadis yang sangat cantik." Sanjung Kai. Kai memang pria seperti ini. Suka merayu wanita tapi, sebenarnya dia pria yang baik. Kai merayu dengan kata-kata manis maka jangan heran kalau banyak gadis yang menyukainya. Sikapnya pun menawan. Untungnya Claire orang yang tidak mudah tergoda oleh rayuannya.

    "Hee?? Terimakasih." Jawab Claire malu-malu.

    Kai mepersilahkan mereka duduk di kursi dekat meja kasir.

    "Kupikir kau akan mengajak Mary juga." Gumam Kai yang ditujukan pada Gray. Gray yang nampaknya tidak mendengarkan mereka berbicara saat berkenalan tadi pun menoleh.

    "Kenapa aku harus mengajaknya?"

     "Bukankah kalian dekat? Semua orang di desa pun menyadarinya."

    "Aku memang suka mengunjungi perpustakaan untuk membaca tapi, aku dan dia hanya teman." Ungkapnya terus terang.

Claire hanya menyimak. "Baiklah, baiklah. Kalian ingin pesan apa?" Akhirnya Kai mengalihkan topik pembicaraan.

    "Aku seperti biasa." Jawab Gray dan Kai mencatat pesanannya.

    "Kau harus mencoba masakan yang aku pesan, Claire. Kau mungkin tidak percaya." Bisik Gray kepada Claire yang duduk di sampingnya.

    "Aku sama seperti Gray." Timpal Claire akhirnya.

    "Baiklah aku akan segera membuat pesanan kalian." Kemudian Kai melesat ke dapurnya selama beberapa menit.

Bau harum yang semerbak sangat menggugah selera. Claire benar-benar tidak sabar untuk mencicipinya. 25 menit kemudian pesanan mereka datang.

    "Pesanan sudah siap. Silahkan dicicipi."

    "Baked Corn? Makanan favoritemu Baked Corn? " Tanya Claire setelah Kai melesat kembali ke dapur untuk membuat pesanan yang lain.

    "Kenapa? Kau tidak suka?"

    "Tidak. Aku suka." Sementara dalam hati Claire menggumamkan sesuatu. Kedengarannya seperti, ternyata seleranya cukup simpel. Namun, setelah ia mencicipi baked corn buatan Kai, ia menarik ucapannya. Memang baked corn dihadapannya itu terlihat biasa saja tapi, soal rasa tidak bisa di ragukan. Sepanjang hidupnya saat ini baked corn inilah yang terlezat. Rasanya gurih dan sedikit manis. Ada tambahan keju mozarella di atasnya. Membuat rasanya semakin menggiurkan.

    "Ini lezat." Gumam Claire semeringah. Gray tertawa kecil melihat tingkahnya.

    "Kau seperti anak kecil yang baru dapat permen."

Claire menggembungkan pipinya sambil berpura-pura cemberut, "Biar saja."

    Setelah cukup lama di restotan Kai, mereka pamit pulang. Restorannya masih di kunjungi pelanggan jadi, Kai tidak bisa banyak mengobrol dengan Claire. Terutama tentang bisnis yang ingin ia rajut bersama Claire.

    "Bisakah aku mengobrol denganmu lagi besok? Masih ada yang ingin ku bicarakan bersamamu."

    "Tentu. Aku ada di kebunku kalau kau mencariku."

    "Baiklah, Nona." Kai mengedipkan sebelah matanya.

Apa yang ingin dibicarakan mereka berdua? Apapun yang ingin di bicarakan oleh mereka berdua itu bukan urusan Gray. Namun entah kenapa kali ini Gray tidak suka melihat Kai mengedipkan sebelah matanya kepada Claire. Walaupun itu hanya candaan dan Kai sering melakukannya untuk wanita-wanita yang pernah membuatnya terpikat.  Beberapa waktu lalu pula ia dikabarkan dekat dengan Popuri. Apa Popuri saja tidak cukup?

    "Baiklah sampai berjumpa besok, Kai. Terimakasih atas hidangannya. Itu lezat."

    "Datanglah kapanpun yang kau mau selama aku masih di sini."

Gray x ClaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang