Kamu dan hujan

162 12 14
                                    

Ntah darimana dan kapan aku mulai suka padamu. Mungkin berawal saat aku melihatmu, kamu yang memakai sweater coklat dengan porsi badan yang pas dan hidungmu yang mancung. Ya, mungkin dari situ.

■■■

Senin 25 januari 2009, setelah libur panjang semester 1 dan ditambah dengan libur tahun baru sekarang aku masuk ke semester 2 di kelas 12 dan mulai hari ini sekolahku akan terus mengadakan PM(pendalaman materi), meskipun sudah dari bulan November sekolahku mengadakan kelas tambahan agar lebih siap saat menghadapi UN nanti, katanya.

Aku berjalan menuju kursiku yang terletak di pojok, barisan nomer tiga "hhh, jam pertama siapa yang ngajar?" tanyaku kepada teman sebangku sekaligus sahabatku dari kecil, Lea, Aleandra Putri, aku dan lea sudah bersahabat dari kecil meskipun waktu TK sampai SMP sekolah kita berbeda tapi kita selalu menghabiskan waktu bersama dari mengerjakan pr, bermain, tidur bahkan mandi. Dan saat SMA aku ingin sekali lea satu sekolah denganku entah ini kebetulan atau memang sudah takdirnya, aku dan lea bisa satu sekolah, satu jurusan, bahkan satu kelas dari kelas sepuluh.

"Tante ri,mama kamu ra" Ah ternyata jam pertama diisi dengan pelajaran fisika. Oh iya, asal kalian tahu tante ri alias bu riama yang alea sebutkan tadi itu bukan mamahku, itu hanya becandaan soalnya kata teman-temanku aku ini pintar fisika dan katanya aku ini anak kesayangan tante ri alias bu riama tadi, Ih.

"Apaan sih kamu le, masih pagi ini jangan bikin aku kesel deh" aku mendecak sebal, Ah yang benar saja masa aku dianggap anak kesayangan dari guru yang super duper menyebalkan itu.

Saat aku sedang asik mengobrol dengan alea tiba-tiba guru fisika, alias tante ri ,alias bu riama datang dengan setumpuk kertas ditangannya, pasti dia akan mengadakan ulangan lagi dan pasti sebentar lagi namaku akan di panggil untuk membantunya membagikan kertas-kertas soal itu, aku yakin.

"Ara, coba bantu ibu membagikan kertas-kertas soal ini" tuhkan benar, pantas teman-teman sekelasku sering meledekku sebagai anaknya. Toh, dia lebih sering memanggil namaku dibanding yang lain.

"Baik, bu" aku berjalan dengan langkah gontai sambil membagikan kertas-kertas soal fisika tersebut. Saat semua kertas soal sudah ku bagikan aku kembali menduduki kursiku.

"Ya, mulai kerjakan dari sekarang" kata bu riama dan aku dengan cepat langsung mengerjakan semua soal itu.

Jam istirahat pun akhirnya datang juga aku segera menarik lea keluar kelas untuk menuju ke kantin, karena rasanya perutku ini sudah lapar, belajar fisika sampai empat jam ditambah harus mengerjakan soal-soal UN tahun lalu, jangan coba-coba membayangkan karena itu akan membuatmu pusing. "Ga nungguin ela dulu, ra?" astaga aku lupa, bagaimana bisa aku melupakan sahabatku yang satu lagi, Ela, Gabriela Larasita, teman sekaligus sahabat yang ku temui waktu kelas sepuluh,tapi sayangnya saat kelas sebelas ela tidak sekelas dengan kami karena kami mengambil jurusan ipa dan ela menggambil jurusan Ips.

"Yaudah, ayo samper ke kelasnya" sampai dikelasnya aku langsung menghampirinya yang sedang asik mencatat di tempat duduknya "Ela, ayo kantin, aku lapar tau" badannya langsung menegang mungkin dia terkejut karena aku yang tiba-tiba datang dan langsung melemparkan pernyataan. "Ara! kebiasaan deh, aku kaget tau! Aturan sapa dulu kek apa kek udah tau lagi nyatet, ih" aku dan lea langsung terbahak melihat mukanya ela saat sedang marah karena aku.

"Ayo deh ra, le" ajaknya.

Saat sedang di kantin tiba-tiba aku mendengar suara gemuruh mungkin hujan akan datang kataku lalu dijawab dengan anggukan oleh mereka.
"Udah belum makannya ra,le ? Mau hujan nih, takutnya pas hujannya turun kita belum sampai kelas" memang, gedung sekolah dan kantinku itu bersebrangan, jadi kalau sewaktu-waktu hujan turun dan kita para murid masih berada di kantin maka yang akan terjadi adalah seragam kita akan basah "Yah, padahal istirahat masih lama banget, kenapa harus mendung sih"kataku, ah padahal aku ingin sekali berlama-lama di kantin siapa tau nanti bisa bertemu dengan dia.

"Mau liat doi pasti, ya kan, ra?" entah ini keberuntungan atau kesialan memiliki sahabat yang menurutku sangat--- peka, andai saja aku bisa menjawab "yaiyalah le, aku mau liat dia aku kangen banget sama dia, udah lama ga ketemu". Tapi kata kata itu hanya bisa ku tahan dan ku balas dengan senyuman.

Untungnya aku sudah sampai digedung sekolah jadi tidak akan kebasahan karena tepat saat aku berdiri didepan kelas hujan turun dengan derasnya, hujan membuatku jadi merindukan dia sampai sekarang aku belum menemukan sosoknya, saat aku sedang memikirkannya tiba-tiba saja Ela menyikut tanganku "Eh ra, Riel tuh, main hujan-hujanan masa" ah iya, itu dia Riel, Azriel Pratama, sedang bersama teman-temannya dan asik bermain bola ditengah hujan "Udah ra jangan diliatin aja, bilang gih Riel jangan main ujan-ujanan nanti kamu atit loh" kata lea dengan nada manja dan itu terdengar menggelikan di telinga ku, tapi aku tidak memperdulikan ucapan lea aku tetap memperhatikannya dari jauh sampai tiba-tiba matanya bersitatap dengan mataku lalu tersenyum kepadaku, aku merasakan panas di sekitar wajahku dan seakan-akan duniaku dibawa pergi olehnya yang entah kemana, Dan aku kembali ke duniaku saat aku mendengar teriakan bu Dj guru biologi yang menyuruh agar anak-anak laki itu segera naik keatas dan berganti baju.
Baru saja aku ingin kembali ke kelas tapi suara Ela membuatku berhenti lagi "Ara, riel kehujanan nih, ga mau ngasih handuk atau apa gitu?"katanya dengan suara yang di keras-keraskan sambil menunjuk ke arahnya. Ah rasanya aku ingin sekali menjawab "yah, aku ga bawa handuk tapi aku bawa sweater kalo kamu mau pake juga gak apa-apa kok sweater aku juga bukan sweater cewek, itu sweater kakakku" andai aku bisa berkata seperti itu, tapi lagi-lagi ku tahan dan lagi-lagi ku jawab dengan senyuman.

■■■■

Sesampai dirumah aku langsung merebahkan diriku di kasur, aku langsung tersenyum mengingat kejadian di sekolah tadi, bagaimana dia menatapku dan dia yang tersenyum kepadaku. Asal kalian tau ya, ini kali pertama dia tersenyum padaku. Ah rasanya aku ingin sekali menuliskan tentangnya di diaryku, aku segera membuka diaryku lalu menggerakan tanganku di atas buku itu.

------------------oooooooooo------------------




Haiiiiiii, aku ngelanjutin cerita ini lagi ini, entah kenapa inspirasi selalu datang di malam hari.
Oh ya,sekali lagi maaf kalo ada salah dalam penulisan kata atau bahasa yang kurang enak di baca karana aku sedang dalam proses belajar tulis-menulis hehe. .
Jangan lupa vote+komen ya, satu vote dari kalian sangat berharga buat ku:')(:
-xy

20/08/2016

Diari ClaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang