Chapter 2 - Insiden Albus

1.5K 123 7
                                    

Ini lanjutan chapter 1 sebelumnya, ya.. Penasaran? 

Langsung saja, happy reading!

*****

Sekeliling Hermione gelap. Tidak ada sisi yang menunjukkan dinding maupun pintu keluar. Hermione terjebak. Ia tak tahu di mana. "Harry.. Harry! Albus! Di mana kalian?" panggilnya terus mencari dan memanggil suami serta putranya.

Duk! Duk! Duk!

"Siapa di sana?"

"Tolong! Panas! Tolong aku!"

Suara seseorang kesakitan tertangkap di indera pendengaran Hermione. Ia berlari mencari dari mana asal suara itu. Terus menggerakkan kakinya berharap ada petunjuk yang bisa mengantarkannya pada suara itu. "Kau di mana?" panggilnya. Beberapa kali mencoba berjalan, Hermione sontak dikejutkan dengan sebuah pintu yang berdiri sepuluh langkah di hadapannya.

Pintu. Hanya sebuah pintu besi yang memiliki lubang panjang di bagian atas dengan penutupnya. "Tolong aku.. panas.. Tolong!" teriak suara itu lagi.

"Bertahanlah.. kau siapa? Aku tak bisa membantumu. Pintunya terkunci!"

Hermione berusaha mencari benda-benda apa yang mampu membantunya membuka pintu besi itu. Tapi percuma, tak ada apapun di sana. suara minta tolong itu terus berteriak. Meminta tolong dan mengatakan jika ia kepanasan. "Kenapa kau bisa kepanasan? Hey, coba buka lubangnya.. maafkan aku, aku tak bisa membukanya. Bertahanlah—"

"Tolong.. tolong—" tidak ada kata lain selain kata 'tolong' dan 'panas'. Hermione mendekat dan mengetuk bagian lubang pengintai. Sekali lagi Hermione tak bisa melihat apapun di balik pintu itu. Ia tak tahu siapa di dalam sana. Hermione tak mengenal suara itu. Bukan Harry ataupun Albus.

Hermione menghela napas panik. Ia berusaha mengetuk pintu besi itu lebih keras dari teriakan seseorang yang terperangkap di dalam sana. "Siapapun kau, buka lubangnya. Aku—"

Dan lubang itu terbuka. Sepasang mata beriris coklat menatapnya sendu. Tergenang air mata lantas kembali bersuara. Sangat lirih memohon belas kasihan, "tolong aku!"

"Kau—"

"BANGUN, MIONE!"

Penuh keringat, Hermione terbangun. Ia masih memakai piama lengkap dengan rambut acak-acakan. Di sisinya ada Harry, menggoyangkan kedua bahunya menyadarkan jika ia masih berada di..

"Kamar?" kata Hermione ketakutan.

"Merlin, kau mimpi buruk, sayang. Tak apa, kau aman. Aku dan Al aman. It's ok, you safe, Hermione!" Harry memeluk tubuh bergetar sang istri menenangkan.

Ini adalah mimpi buruk yang kesekian kali dialami Hermione. Mimpi yang sama tentang seseorang yang terperangkap di dalam kamar, meminta tolong dan kepanasan. Hanya sesekali tempat yang Hermione lihat berbeda-beda. Terkadang gelap, terkadang terang.

"Dia seperti meminta tolong, Harry. Tapi aku tak bisa membantunya." Ujar Hermione dalam pelukan Harry. Mengatur napasnya terus dan terus. Rasanya sesak dan lemas.

"Sudahlah.. kau sendiri tak tahu siapa dia. Itu hanya mimpi, Mione." Kata Harry sambil mengecup puncak kepala Hermione.

"Dia putra kita, Harry." Kata Hermione dalam hati.

Harry menyingkap selimut yang masih menutupi badan mereka bersiap turun, "kau hanya terlalu lelah jadi terbawa mimpi. Sekarang sudah pagi, kita bangun. Al pasti sudah bersiap-siap, kasihan kalau dia terlambat ke sekolah. Aku juga ada rapat dengan Kingsley pagi ini. Kau berangkat ke Kementerian juga, kan?"

Infinity (harmony fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang