Chapter 3 - Namaku James

1.3K 126 13
                                    

"Ok, fine!"

Albus menutup ponselnya sedikit kasar. Pesan dari Hermione berisi permintaan maaf jika ia dan Harry akan pulang malam hari ini. Albus berjalan lemas dari sekolahnya menuju tempat ia biasa menunggu taksi. Sore ini, ia sudah sangat lapar, ditambah ia sudah berharap ingin sekali menikmati masakan ibunya sepulang dari sekolah. Tapi kenyataannya, bahkan saat ia sampai rumah pun, tidak ada orang yang akan menyambutnya.

"Taksi!" Albus menghentikan salah satu taksi dan masuk.

Taksi yang membawa Al dari sekolah sampai di depan sebuah rumah berwarna merah bata dengan aksen putih sebagai penegas bagian jendela, pintu, dan lubang udara. Memang di depan rumah tak ada halaman yang luas, namun rumah dengan gaya klasik itu berdiri megah di salah satu lokasi terluas di area Lancaster Park. Semua orang tahu bagaimana reputasi orang-orang yang tinggal di sana.

Albus merogoh salah satu lubang di bawah pot besar di sisi pintu. Menemukan benda kecil yang akan menyelamatkannya dari rasa lelah setelah seharian berada di sekolah. "Ini dia," kunci rumah berbandul kastil ia temukan di sana. Sekali putar, pintu pun terbuka.

"Selalu begini. Sepi." Batin Albus.

Surrey tampak cerah sore ini. Batin Albus ingin sekali jika ia dan kedua orang tuanya menghabiskan sore bersama. Sayang, itu hanya angan-angan. Albus bergegas naik ke lantai dua menuju kamarnya. Ditatapnya tiga jendela kaca besar yang berdiri di depan ranjangnya. Tangannya berusaha menarik tirai hingga tampaklah sepanjang jalan di depan rumahnya. Ia akui, rumahnya memang indah, namun ia selalu merasa kesepian. Tidak ada teman, bahkan tetangganya yang juga lebih banyak hidup sebagai pekerja sibuk, jarang berinteraksi dengannya.

Albus sebenarnya memiliki sahabat dari tetangganya sendiri. Namanya Billy, satu tahun lebih muda darinya. Namun akhir-akhir ini ia dan Billy sudah semakin jauh. Billy jarang terlihat karena aktifitasnya yang juga padat. Mereka hanya bisa bertemu jika masuk musim liburan atau akhir pekan saja.

"Seandainya aku punya saudara, aku tak akan kesepian seperti ini." Albus mendesah tak suka.

Perutnya kembali berbunyi setelah ia menyelesaikan mandinya. Berniat untuk mencari makanan, Albus rupanya tak menemukan sesuatu yang membuatnya berselera.

"Oh, Mum. Kau tak meninggalkan camilan apapun? Hanya buah? Puding? Kue? Jus? Susu? Sereal? Ah.. sore-sore makan sereal?" Albus kebingungan meski makanan di rumahnya masih banyak. "Oh, ya, camilan simpanan Dad!"

Albus membuka lemari atas kitchen set berusaha menemukan toples-toples berisi keripik atau kue kering yang diam-diam disimpan oleh Harry. Albus tahu beberapa tempat persembunyian makanan ayahnya karena memang ia pun di ajak untuk bekerja sama, menyembunyikannya dari Hermione yang begitu melarang mereka makan makanan yang tidak sehat.

"Tinggal segini?" Albus menepuk jidatnya keras-keras. Keripik kentang dan makanan ringan lainnya hanya tersisa sedikit di lima toples yang berbeda.

Cling! Suara ponsel Albus berbunyi. Pesan baru dari ibunya.

"Kalau kau ingin camilan, kali ini Mum perbolehkan. Tapi jangan terlalu banyak! Kalau kripik di rumah habis atau makanan simpanan Dad juga habis (Mum sudah tahu semuanya, Daddy sudah mengaku), minta bantuan Mr. Wade untuk membelikannya untukmu. Take care! Love, Mum x."

Tulis Hermione panjang lebar. Al tersenyum geli membaca pesan ibunya yang mengetahui aksi sembunyi-sembunyi makanan bersama ayahnya di rumah. "Kalau membeli camilan saja, aku bisa. Kasihan Mr. Wade kalau harus bolak-balik ke sini. Rumahnya, kan, jauh."

Mr. Wade sendiri adalah pria tua yang sesekali bekerja di rumah Harry untuk membersihkan taman dua kali seminggu. Rumahnya yang berjarak cukup jauh mengingat Mr. Wade telah berumur, Albus tak tega jika harus sering meminta bantuan padanya. "Aku tak mau jadi anak manja."

Infinity (harmony fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang