6. Daddy of Mine

1.3K 108 3
                                    

Pandangan mata James kosong selama perjalanan pulang. Hermione sesekali meliriknya dari kaca depan mobil dengan ekspresi khawatir. Ia menatap Harry yang sibuk mengemudi di sisinya. Berharap Harry melihatnya dan segera membantu James.

Harry akhirnya mengalihkan pandangannya sejenak saat lampu. "Shht, jangan membuat James semakin ketakutan, Mione." Bisik Harry pelan. Tangannya mulai memutar kemudinya memasuki kawasan Church road. Rumah James tinggal beberapa meter lagi.

"Kalian masuk dulu, ya!" pesan Hermione. Martin ikut masuk lebih dulu mengantarkan James yang lemas. Albus mengikutinya dari belakang. Suara pintu mobil dibanting keras membuyarkan rasa takut Hermione yang sedari tadi menatap punggung James. Harry memanggilnya dari arah belakang mobil.

"Kau kenapa, sayang? Kita hanya perlu menjelaskannya pelan-pelan pada James dan juga Mr. Murray. Mereka harus tahu, kau pasti ingat bagaimana dulu profesor McGonagall mendatangi rumahmu untuk menjelaskan keadaanmu sebagai seorang penyihir? Ini sama saja. Hanya lebih cepat—"

"Bukan begitu, Harry. James penyihir. Aku semakin yakin," Hermione menahan kata-katanya, "James adalah—"

"Anak kita? Jangan lagi, Hermione! Sudah berapa kali aku katakan James di sana bukan James putra kita. James. Sudah. Meninggal."

Hermione meraih kantung belanja milik Martin dan membawanya masuk. Meninggalkan Harry tanpa sepatah kata apapun. Lama-lama Harry kesal juga terus menuruti emosi Hermione. "Aku rasa Hermione butuh ke dokter secepatnya. Akhir-akhir ini ia juga susah berkonsentrasi." Bisik Harry mulai khawatir keadaan istrinya.

Di dalam rumah, James menggenggam segelas air putih sambil menatap Albus tajam. Ia baru saja mendapat penjelasan singkat tentang apa yang baru saja ia lihat di stasiun King's Cross. Melihat orang-orang membawa troli dan menembus tembok. "Aku belum tahu banyak. Mum dan Dad akan menjelaskannya." Kata Albus.

Hermione meletakkan kantung belanja Martin dan duduk di samping Albus. Suara cuitan dari arah mobil menandakan Harry akan segera menyusul masuk. Hermione membetulkan blazernya lantas menatap James lembut. "Kau baik-baik saja, James." Katanya membuka.

"Ta-tapi aku melihat mereka menembus tembok itu. Pada beberapa orang." James melirik Martin yang ia punggungi kembali meyakinkan, "aku bersumpah, Dad. Aku melihatnya sendiri." James benar-benar ketakutan.

"James, tenangkan dirimu!" bisik Martin.

Harry pun masuk, membuat mereka semua mengalihkan pandangannya pada Harry. "Kau hanya perlu tahu, jika itu wajar.. bagi seorang penyihir." Kata Harry singkat. James mengulang kata terakhir yang Harry ucapkan dengan pelan. Selanjutnya, ia kembali dibuat syok dengan benda yang tiba-tiba dikeluarkan Harry dari balik jaketnya.

Sebuah tongkat Harry keluarkan. Diarahkannya ujung tongkat itu pada selembar tisu di atas meja. James, Albus, Martin, dan juga Hermione mengikuti gerakan tongkat Harry dan menyaksikan sendiri selembar tisu putih itu melayang perlahan dan bergerak menuju tangan James. Selesai. Harry menurunkan tongkatnya dan mengembalikannya ke balik jaketnya.

"Aku menunjukkanya karena kalian memang harus tahu. Khususnya Mr. Murray sebagai ayah James. Tidak diperbolehkan sembarangan seorang penyihir menunjukkan sihirnya di depan Muggle. Semua ada hukumnya." Tutur Harry.

Martin dan James saling pandang. "Muggle?" tanya James.

"Orang biasa tanpa sihir." Jawab Albus.

Semuanya terdiam. Khususnya Martin dan James. Harry semakin sulit memulai penjelasannya. Ia berpikir, mungkin akan memulainya dengan menguji kemampuan sihir James sendiri. Ia mencari bantuan Hermione untuk ikut berbicara. "Baiklah," kata Hermione singkat. Ia mendapat anggukan pelan dari Harry.

Infinity (harmony fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang