Taehyung mengetuk-ngetuk meja dengan pulpennya malas. ia merasa sesuatu telah hilang dengan cepat dan membuat taehyung merasa seperti seorang manusia tanpa jiwa.
"Lihatlah dirimu, Kim. Begitu mengenaskan. Bagaimana kau bisa biasa saja dengan kondisimu yang begitu berantakan?" Hoseok mendudukan dirinya disamping taehyung.
"Sialan. Setelah menghinaku kau datang padaku? Sialan, apa maumu" seru taehyung sakratis.
Hoseok diam tidak menjawab pertanyaan taehyung yang menyindirnya dengan terang-terangan. Hoseok tahu bahwa pemuda manis dihadapannya ini sedang dalam situasi emosi yang begitu kacau.
Terlihat dari kedua bola matannya yang indah mulai meredup. Tidak ada setitikpun cahaya keceriaan yang biasa taehyung tunjukan pada semua orang. Meskipun hoseok orang yang begitu 'jahat' dalam artian lain seperti berkata-kata kurang baik pada taehyung seperti kejadian surat yang ia lempar kemarin. Namun, hoseok masih memiliki rasa kasihan pada sosok pemuda manis dihadapannya ini.
"Taehyung-ah!" Suara familiar memasukki pendengaran taehyung. Dengan otomatis taehyung dan hoseok menolehkan kepalanya bersamaan kearah orang yang memanggil taehyung.
"Namjoon hyung?" Taehyung tersenyum dan berdiri, berjalan menghampiri namjoon yang ada di depan kelasnya.
Hoseok yang melihat namjoon pun hanya menggedikkan bahunya acuh. 'Kenapa taehyung menjadi sedikit lebih tertutup sekarang? Dan tadi saat namjoon memanggilnya ia terlihat, senang? Aneh' pikir hoseok.
....
"Kau benar-benar berkata seperti itu?!" Namjoon terkejut bukan main, setelah mendengar cerita taehyung.
Taehyung mengangguk pelan, kemudian ia menarik nafas pelan. "Aku benar-benar lelah, hyung. Bagaimana ada seseorang yang tahan bila ia terus berlari tanpa lelah mengejar sesuatu yang bahkan susah diraih? Sulit." Ungkap taehyung dengan membuat sebuah origami berbentuk burung ditangannya.
Namjoon terdiam. Namjoon berpikir, bahwa pemuda manis yang menarik perhatiannya ini adalah sosok yang kuat dalam hal apapun. Ya, taehyung begitu kuat dalam segala usahannya yang berujung kegagalan menyakitkan.
"Lalu bagaimana jika jungkook datang dan meminta maaf dan memintamu untuk menjadi utuh miliknya?" Itulah kata-kata yang tiba-tiba terlontar dari mulut namjoon.
Taehyung menaruh origaminya yang sudah jadi dihadapannya. "Tanpa perlu ia datang meminta maaf padaku, aku bahkan sudah lebih dulu memaafkannya. Meski, jujur aku tidak bisa memaafkan perkataannya yang begitu membekas." Taehyung tersenyum kecut.
"Dia mengatakan bahwa aku tidak pantas bersamannya. Itu kata-kata yang benar-benar menyakitkan"
Namjoon mengangguk pelan dan menyelesaikan sentuhan terakhir untuk origaminnya. "Kau benar-benar dengan ucapannmu? Aku masih belum yakin jika kau akan berhenti."
"Aku mungkin yakin." Sahut taehyung sedikit pelan dan terdengar lirih, namun namjoon masih bisa mendengarnya jelas.
Dan tidak mereka duga, sepasang mata memandang pemuda manis itu dengan tatapan pilu dan begitu penuh penyesalan.
"Maafkan aku, tae"
.....
Taehyung sedang membuka lembaran demi lembaran buku yang ia baca dengan serius dan tanpa sadar seseorang duduk di hadapannya. Namun, taehyung sama sekali tidak terusik oleh kehadiran seseorang dihadapannya.
"Serius sekali taehyung"
Deg. Suara ini. Suara yang sangat amat taehyung kenali dan sudah bukan hal asing lagi bila taehyung kembali mendengar suara yang pernah beralun berkata menyayat hati. Suara Jungkook. Orang yang masih dicintainya dalam sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
[K.V Oneshot] ✔
FanfictionJeon JungKook X Kim Taehyung Fiction. Warn!BoyXBoy inside! Don't like it? Don't read it! Simple. [Completed]✔