It is Love? Yes.

6.2K 430 25
                                    

Jungkook mengambil sebuah payung yang selalu ia bawa dalam backpack-nya. Ia membuka payung itu dengan terburu-buru dan ia berjalan melewati hujan yang begitu lebatnya turun. Meskipun sudah membawa payung sebagai pelingung hujan, namun tetap saja pakaian yang ia kenakan basah.

"Maaf aku terlambat"

Jungkook memberi sedikit ruang disisinya dan membiarkan pemuda manis itu berjala  beriringan dalam satu peneduhan.

"Kau tahu, aku menunggu sepuluh menit, Jeon. Dan asalkan kau tahu saja, Hoseok hyung menawariku pulang bersama namun aku tolak karena menunggu kau." Ujar pemuda manis itu datar tanpa sedikitpun guratan wajah yang tersirat.

"Maaf, aku baru selesai dengan pe-"

"Cukup! Lain kali kalau kau ada pelajaran tambahan bilang padaku, agar aku tidak menunggu!" Ketus pemuda manis itu.

"Ya, maaf" ujar Jungkook pelan namun ia merasakan ada sejalar rasa menyesakan terlampir dihatinya. Sesak hingga membuatnya ingin meringis.

.

.

Taehyung, pemuda manis itu berjalan dengan tumpukan buku tebal di tangannya. Ia harus membawa buku kamus setebal lima ratus lebih halaman itu ke perpustakaan tingkat dua.

"Taehyung?"

Taehyung berhenti sejenak dan menoleh kearah suara yang familiar itu, "oh, kau Jeon. Mau apa?" Ujarnya dan kembali berjalan dan sesekali membenarkan posisi kamus itu agar tidak terjatuh berserakan.

"Perlu kubantu?" Tawar Jungkook dengan senyum yang terukir manis dibibir nya.

"Jika kau punya mata dan hati nurani, untuk apa bertanya seperti itu, bodoh!" Ketus Taehyung.

Jungkook mengambil sebagian kamus dan menyisakan sebagian untuk dibawa Taehyung. Setelah itu Jungkook dan Taehyung berjalan beriringan dalam diam. Sampai Jungkook membuka suaranya. "Taehyung.."

"Hm?"

Sakit. Hati Jungkook sakit. Bagaimana ia tidak merasakan ngilu menggerogoti hatinya? Kekasihnya sendiri bersikap acuh kepadanya, tapi bagaimana bisa Jungkook bertahan mencintai pemuda itu dengan begitu dalamnya, bagaimana?

"Tidak." Hanya itu yang Jungkook ucapkan. Ia hanya takut. Takut akan cintanya yang begitu dalam dan begitu sakit dengan luka sukar hilang. Dan ia takut jika Taehyung tidak mencintainya.

Setelah pembicaraan singkat -sangat singkat- tadi mereka sampai di perpustakaan tingkat kedua yang cukup jauh dari lorong utama.

Jungkook maupun Taehyung menaruh kamus tersebut dimeja yang disediakan perpustakaan. Kemudian mereka memberikan salam kepada penjaga perpustakaan dengan sopan. Lalu bergegas pergi meninggalkan perpustakaan tersebut.

Jungkook diam. Diam bukan karena kehabisan topik pembicaraan, tetapi ia sedang menimang-nimang apakah Taehyung akan menyetujui atau menolak pemikirannya.

"Kau luang malam ini, Tae?" Jungkook menahan nafas sejenak, ia tidak terlalu yakin bahwa Taehyung akan menjawab 'iya'.

Taehyung mengerutkan dahi atas pembicaraan ini, "kenapa kau bertanya seperti itu?" Jawabnya dengan nada datarnya.

"Bukan apa-apa. Aku hanya ingin mengajakmu berjalan sebentar."

Taehyung mengangguk dan menggedikkan bahunya acuh, "baiklah. Dan satu lagi, datanglah sebelum aku datang. Kau tahu aku benci menunggu."

"Ya.." setelah itu Jungkook dan Taehyung berpisah di persimpangan koridor kampus.

Jungkook menahan sakitnya. Mencoba berfikir jernih untuk sikap Taehyung yang kelewat ketus padanya. Padahal ia kekasih Jungkook sendiri, tapi kenapa rasanya sakit seperti ini. "aku yakin ia hanya belum bisa , mungkin nanti?"

[K.V Oneshot] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang