Part 3

39 9 0
                                    

        Wanita itu sungguh mempesona. Ia tampak berbeda dengan wanita lainnya. Ia begitu istimewa.

         Sebagai public figure tentunya aku juga telah dikenal hampir seluruh kalangan masyarakat.
Itu semua tidak bisa di pungkiri karena kehebatan nya dalam memainkan beberapa adegan yang sering terlibat dengan kehidupan orang lain.
Yang dimana  hal itu tak semurah yang dipikirkan. Bayangkan aku harus berperan sebagai cowok yang sabar, cool dll. Yang terkadang memiliki latar belakang berbeda dengan kehidupan nyata ku yang terkekang oleh keadaan.

Jika kebanyakan orang bangun karena matahari telah terbit. Hal itu mungkin suatu kewajaran.
Tetapi tidak dengan aku, bangun karena dering telepon itu suatu kebiasaan ku di pagi  terkadang menjengkelkan.

" I heat you i love you
I heat that i love you
Dont want you bat i can't  put no body else above you "
Sepengal lagu yang di populerrkan Olivia O'brien and Gnash ini seolah pengganti matahari di hidup ku.
Aku tak lagi dapat melihat matahari sesungguhnya.
Bagaimana tidak aku sudah seperti hewan nokturnal yang bangun di tengah malam untuk menyelesaikan kontrak syuting ku.

"Hallo  Edward sayang kita akan syuting perdana lohh.
Kamu dimana cepat datang ke lokasi. Jangan buat malu dong sayang" seru wanita paruh bayah dari telepon gengam ku. Yang tak lain adalah Mama ku sekaligus manager ku.

Namaku Edward Cullen. Profesi ku sebagai artis atau public figure semata mata bukan keinginan ku tetapi keinginan mama.
Dahulu mama adalah seorang Diva terkenal.
Ia ingin diantara kami bersaudara dapat meneruskan keriernya di dunia entertaiment.
Yahh... faktanya aku lah orang yng ditakdirkan untuk melanjutkan itu, sedangkan 2 saudara ku meneruskan beberapa perusahaan milik keluarga.

Yahh.. begitulah sepengal cerita kehidupanku yang tampak nya menikmati kehidupan tetapi tidak.

Wanita yang baru kutemui itu  begitu berkesan bagi ku.  Dengan wajah lugunya ia mampu mencerminkan kesederhanaan dan kepribadiannya yang idealistis.
Hidup dengan keinginan sendiri tanpa kekangan dari siapa pun.

Aku sangat berharap untuk bertemu dengan nya.

          Setelah menyelesaikan beberapa adegan syuting di daerah puncak tepatnya di daerah Bogor.
Aku pun tertidur. Aku terbangun dan melihat arloji ku yang menunjukan pikul 11 : 30 . Rasa nya kepenatan ku sudah terbayar sedikit dengan waktu tidur ku yang hampir 3 jam.
Selama perjalanan dari puncak bogor hingga jakarta.
Jalanan yang macet mungkin akan meperlambat waktu tempuh kami ke lokasi syuting selanjutnya.

"DIA....." mataku tebelalak
"Aku mimpi atau tidak??" (Membatin)
Yah  aku tidak minpi, karena dengan tidak sengaja aku  kejedot  kaca mobil, dan itu cukup sakit kurasakan.
  
"Tak salah lagi..."    

        Dia adalah wanita yang ku temui di coffee shop kemarin . Akhirnya harapanku untuk menemuinya tercapai.  Dengan cepat aku keluar mobil  yang saat itu berhenti di tegah kemacetan .

" Edward mau kemana??" Teriak Mama.
"Sebentar mau membeli beberapa bunga!"seru ku

DIAN  FLOWERS

"Hayy.... boleh aku memesan beberapa bunga ini?" Seru  Edward.
"Kamu .. Darimana kamu mengetahui ku disini?"Tanya Ray  kembali.
"Toko bunga mu ini terbuka bagi siapa pun dan aku ingin memesan nya. Ku harap kau tak perlu bertanya." Seru Edward lagi.

       Wanita itu terdiam lugu seperti kemarin saat kami bertemu ia tampak cuek dan tak banyak bicara.
"Jenis bunga apa yang akan kau pesan?"Tanya Ray
"Bunga apa saja yang membuat seseorang dapat tersenyum bahagia."Jawab Edward
" Aku tidak tahu Tuan. Kebahagianan itu bukan tergantung terhadap bunga atau apapun yang akan kau beri tetapi bagaimana cara kamu memberi terhadap seseorang!" Jelas Ray.
"Baik lah jika demikian berikan bunga apa saja. Dan jangan memanggil ku dengan sebutan Tuan. Karena  bukan aku yang  memberikan mu upah atas yang kau perbuat! Dan satu lagi aku masih muda!" Seru Edward.

      Di setiap waktu berharga ini aku mencoba mendalami paras wajahnya.
Ia sangat indah seindah bunga- bunga yang menemaninya.

"Ini. Terima kasih sudah mampir kesini!"serunya
Aku tersentak dari lamunku .
"Oh iya trima kasih"  ujarku sambil memberi selembaran uang seratus sebanyak 3 lembar lalu pergi.
"Tunnggu... uang anda berlebih."ujar Ray dan memberikan uang Edward yang berlebih dan berbalik ke flower shop nya.

Aku berjalan kembali kedalam mobil dan setiap langkah perpisahan aku dengan nya terbersit harapan ku untuk dapat bertemu dengan wanita itu lagi.

" Edward sayang.. Kau sama seperti Ayah mu yang sangat romantis. Pasti itu buat Adriana kan?"seru Mama

"Siapa bilang mama, ini buat mama kok! Kenapa aku harus memberikan pada Adriana yang belum pernah berkorban dalam hidupku. Jika ada orang yang berjuang bagi diriku hingga saat ini!"Seru Edward sembari mengecup lembut kening mama

" Trima kasih untuk mu orang yang mengajarkan ku arti kehidupan"

Cerita Cinta tak BerawalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang