Jeon Wonwoo.6.

1.9K 223 15
                                    

Jam makan siang.
Seharusnya aku sedang duduk manis di kantin bersama Kim Mingyu dan makan pizza atau apapun yang masih ada di kantin, tapi kenyataannya aku disini, duduk berdampingan dengan Kim Mingyu, dan dikelilingi oleh tiga sahabatku dengan tatapan ingin tahu.
Ugh aku tidak suka ini.

"Jadi, ulangi lagi kenapa kalian memanggil kami kesini?" Tanyaku lagi.
"Kami hanya ingin memastikan mengenai kalian, tentang apa yang sudah terjadi dan apa yang akan terjadi."
"Kalian benar-benar sahabat yang aneh. Aku lapar. Biarkan aku dan Mingyu makan dulu."
Aku bangun dan menarik tangan Mingyu, mengajaknya pergi dari taman ini.
"Tapi Nu~" Jeonghan merengek.
"Beri kami waktu 30 menit dan aku akan kembali." Jawabku sambil terus menggandeng Mingyu, tidak menoleh.

"Apa apaan mereka itu. Sesukanya aja. Sahabat paling aneh yang bisa didapatkan di dunia ini. Paket lengkap. Tiga orang. Untung masih ada yang normal. Ya. Untung Junhui masih normal. Ya masih ada dia."
Aku tidak sadar bahwa Kim Mingyu melepaskan genggamanku. Aku berhenti dan menoleh.
"Gyu?"
Kim Mingyu, berdiri di belakang ku, dengan wajah ditekuk. Oh ayolah. Kenapa dia?
Aku menghampirinya.
"Gyu? Kenapa? Karena teman-temanku ya?" Aku memandanginya.
Dia menggeleng. Aku menggigit bibir bawahku. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana cara membaca pikiran seseorang, seperti yang Jeonghan dan Junhui selalu lakukan.
"Gyu, kita bicara sambil makan dulu ya, please?" Aku mencoba untuk tetap tenang.
Mingyu mengangguk dan aku raih lagi tangannya, kami menuju kantin.

Kami duduk berhadapan.
"Kim Mingyu ada apa?" Tanyaku sambil menggigit cheese burger ku.
"Hyung, sebenarnya kamu dan Junhui ada hubungan apa?"
Aku hampir tersedak. Setelah minum dan bernafas kembali, aku menatapnya.
Wajah Kim Mingyu tidak seperti biasanya. Wajahnya kaku. Keras. Rahangnya mengatup kencang. Tidak ada tatapan manis yang biasa ia berikan.

"Gyu kenapa tiba-tiba--"
"Jawab saja pertanyaanku hyung." Ia berkata. Aku mendengarnya seperti perintah, tapi aku tidak kuasa untuk menolak. Ku letakkan burgerku, minum dan balas menatapnya dengan serius.

"Aku dan Junhui bersahabat entah sejak kapan aku lupa. Sama seperti aku bersahabat dengan tiga orang yang menyebalkan tadi. Kami berlima selalu bersama bahkan hingga saat ini."
"Hanya sahabat?" Tanyanya tajam.
Aku mengerutkan alisku.
"Apa maksud pertanyaan mu itu?"
"Aku hanya bertanya apakah kamu dan Junhui hyung hanya sebatas sahabat." Jawabnya dingin.
"Dan apa dasar pertanyaanmu itu?" Tanyaku kesal.
"Banyak. Tapi yang paling penting adalah aku butuh kejelasan mengenai hal ini, karena aku tidak mau menjadi orang ketiga atau perusak hubungan orang lain."
Aku memejamkan mataku. Tiba-tiba rasanya lelah.
Aku membuka mataku dan menatapnya.
"Kim Mingyu, kamu bukan orang ketiga dan bukan perusak hubungan orang lain karena aku saat ini tidak berhubungan dengan siapapun kecuali kamu." Jawabku serius. Aku bahkan menggenggam tangannya saat mengatakan ini.

Aku bisa melihat wajahnya melunak.
"Maaf hyung...aku nggak bermaksud untuk...marah. ya aku tadi marah. Tapi aku tahu aku ga punya hak untuk marah..."
Aku menggeleng.
"Kamu punya hak untuk marah. Karena kamu masih menunggu jawabanku. Dan bahkan setelah aku memberikan jawabanku, kamu jauh lebih berhak. Tapi marahlah untuk hal-hal yang jelas. Yang ada dasarnya."
Mingyu terlihat sedikit berpikir.
"Apa yang mendasari pikiranmu bahwa aku dan Jun adalah sesuatu?"

"Dari cara dia menatapmu, perhatian dia padamu. Aku tahu dia mengawasi mu dari jauh. Aku bahkan tau kalau dia sudah mendapatkan restu dari tante untuk mendampingi mu. Terlebih kamu melarang ku untuk bercerita kepada sahabat mu. Apakah itu belum cukup bagiku untuk merasa khawatir?" Dia menatapku dengan sendu. Aku tidak suka ini. Aku tidak suka Kim Mingyu yang sedang marah, tapi aku lebih tidak suka melihat Kim Mingyu yang sedih.
"Dan aku merasa bahwa dia salah satu alasan mu belum bisa memberikan jawaban kepada ku."

Aku menatapnya dalam. Sepertinya sekarang ini kegiatan kami hanya saling pandang.
"Kim Mingyu bukan begitu. Aku sudah akan memberikan jawaban padamu, tapi tiga orang menyebalkan itu membuatku...kesal?"
Mingyu cemberut.
"Lalu apa jawaban mu?"
Aku tertawa kecil. Entah kenapa anak ini menggemaskan.
Dan entah kenapa aku tidak marah saat dia tidak memanggilku hyung.
"Masih perlu jawaban eh?" Goda ku. Dia makin cemberut.
"Ayolah. Jangan menggoda ku."
"Kim Mingyu, kamu adalah pacarku." Jawabku.
Dia mengerenyit.
"Yah Jeon Wonwoo. Aku memang menunggu kata-kata itu tetapi bukan itu yang ku harapkan. Ga bisa ya jawab secara normal aja?"
Aku hanya tertawa. Menyenangkan melihat dia seperti ini.

"Dengarkan aku Kim Mingyu. Apapun yang kamu pikirkan tentang aku dan Junhui, lupakan. Memang benar kami dekat, dan dia menyukaiku, itu juga benar. Tetapi kami sudah membicarakan hal ini dan sepakat bahwa kami hanya sahabat, karena aku memilih seorang Kim Mingyu."
Kali ini Mingyu menggenggam erat tanganku.
"Terimakasih banyak hyung. aku sangat bahagia."
Aku tertawa melihat wajahnya. Seharusnya momen ini romantis, tapi wajahnya malah terlihat lucu.

"Bisa kita makan sekarang?" tanyaku sambil menatap burger yang memanggil-manggilku.
Dia mengangguk dan kami langsung makan.
"Hyung."
"Mmm?"
"Boleh aku panggil kamu dengan nama kecil? Panggilan sayang gitu?"
Pipi ku memerah dan mengangguk.
"Gimana dengan babe?"
Aku tidak bereaksi.
"Baby?"
Aku menatapnya malas.
"Sayang? Wonu sayang?" Dia menyeringai. Aku menggigit bibir bawahku. Entah mengapa mendengar dia memanggilku begitu membuat jantungku berdebar.
"Baiklah. Wonu ku sayang. Aku cinta kamu."
Aku memukul lengannya.
"kita ada di kantin." Kata ku sambil menutup wajah. Malu sekali mendengarnya. Rasa malu yang menyenangkan.
"Trus kenapa? Biar aja. Biar semua tau kalau Jeon Wonwoo ini resmi milik Kim Mingyu."
Kami menghabiskan waktu makan siang sambil mendengarkan rayuan gombal Mingyu.

Telepon ku berdering dan Mingyu yang menjawab.
"Ya hyung. Kami akan kesana."
Pasti dari trio menyebalkan itu.
Dengan enggan aku bangun dan menggandeng Kim Mingyu ke tempat tujuan.

*
Sesampainya di taman, tiga sahabatku yang konyol itu sedang bermain tebak tebakan.
Joshua tertawa hingga bersandar pada Seungcheol, yang mengelus rambutnya, sementara Jeonghan sedang memperagakan sesuatu yang konyol.
"Ehem."
"Oh, kalian sudah kembali."
"Jadi apa yang mau kalian tanyakan."
"Semuanya." Jawab mereka bertiga.

"Baiklah. Pertama, aku dan Wonu hyung sudah resmi berpacaran. Kedua, kencan hari minggu kemarin sangat menyenangkan." Kim Mingyu yang mengambil alih menjawab pertanyaan mereka.
"Kencannya seperti apa?" Tanya jeonghan dengan penuh semangat.
"Kencan singkat di bioskop, ditambah makan malam pastinya."

-tbc-

May I Know You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang