Jeon Wonwoo.5.

2.2K 250 3
                                    

Alarm handphone ku berbunyi. Masih dengan mata terpejam aku meraihnya, berusaha untuk menghentikan suaranya yang mengganggu. Aku masih mengantuk. Tapi tiba-tiba mataku terbuka lebar.
Aku langsung mengecek pesan masuk dan saat melihat namanya di dalam pesan yang belum ku baca, aku tersenyum kecil. Dia menepati janjinya.

From : Kim Mingyu
Hyung pasti sudah tidur. Aku baru sampai rumah. Kami kebanyakan minum tadi. Jeonghan hyung saja sampai harus menghubungi Seungcheol hyung. Selamat malam hyung. Mimpi indah. Doakan aku dan Hoshi tidak terlambat besok.

Aku tertawa pada bagian akhir pesan itu. Kemudian aku menekan tombol dial lagi. Tidak mungkin anak itu bisa bangun pagi ini setelah pulang jam 12 malam.

"Halo?" akhirnya ada jawaban juga setelah dering ke sepuluh.
Aku tidak menghitung deringnya. Oke?
"Pagi. Sudah bangun?" Tanyaku.
"Mmmmhhh" aku mendengar ia mendengus, mungkin mencoba untuk menyegarkan pikirannya.
"Maaf mengganggu tidurnya, tapi ini sudah pagi, dan masih hari Jumat." Jelasku perlahan.
"Hyung?"
Oh dia mengenal suara ku.
"Mhmm."
"Ah--maaf. Ada apa? Ugh kepalaku."
"Anak bodoh. Minum berapa banyak tadi malam?"
"Ummm...tidak ingat. Hoshi juga minum banyak."
"Bisa bangun?" Tanyaku.
"Mmmmmm." Hanya erangan yang menjadi jawaban.
"Baiklah. Tidur lagi. Nanti aku hubungi lagi."
"Ah...hyung...baiklah." aku menutup teleponnya.

Aku bangun dari tempat tidur, mandi dan turun untuk sarapan.
"Pagi sayang. Sudah mau pergi? Dijemput?"
"Sendiri Ma. Ada tugas, aku perlu ke rumah Jeonghan dulu." Jawabku.
Kami menghabiskan sarapan sambil berbincang singkat. Aku selalu menghindari pembicaraan mengenai Jun hari ini.
"Aku pergi dulu Ma."
"Hati hati dijalan sayang."

.
..
Aku menekan bel. Menunggu seseorang menjawab. 5 menit tanpa jawaban, akhirnya aku mengambil handphone dan menghubungi penghuni rumah.
"Halo?"
"Buka pintunya sekarang." Kataku langsung.
"Eh? Hyung?"
Terdengar suara langkah kaki setengah berlari sebelum akhirnya pintu terbuka.
"Pagi Hoshi." Sapaku pada penghuni rumah yang masih setengah kacau.
"Hyung kenapa pagi-pagi begini?"
"Kalian pasti tidak akan bangun kalau aku tidak kesini kan?"
"Aku sudah bangun, hyung." Hoshi meringis.
"Karena Jihoon membangunkan mu kan?" Tebak ku dan wajah Hoshi memerah.
"Masuk hyung." Hoshi membuka pintu dan kami masuk ke dalamnya.
"Itu kamarnya. Aku mau mandi dulu hyung. Anggap saja rumah sendiri. Oh ya hyung. Dia agak rewel kalau terlalu banyak minum."
Aku tersenyum dan membuka pintu yang ditunjukkan Hoshi.
Dari mana aku tahu nomor Hoshi? Dari Junhui. Aku beberapa kali menghubungi Hoshi untuk mencari Junhui. Aku juga punya beberapa nomor temannya yang lain. Junhui yang memasukkannya ke dalam kontak. Dia bilang pasti akan berguna suatu hari nanti. Benar saja, berguna hari ini.

Kim Mingyu berbaring, dengan kaos dan celana panjang tidurnya. Tidak lagi berselimut. Handphone tergeletak di samping telinganya. Mungkin sejak aku meneleponnya tadi.

Aku bingung apa yang harus kulakukan. Apakah aku harus membangunkannya atau membiarkannya tetap tidur. Dia terlihat sangat lelap.
Akhirnya aku duduk dikasurnya.
"Gyu" panggilku perlahan.
Matanya masih terpejam tetapi mulutnya menjawab.
"Masih ngantuk. Lima menit lagi."
"Gyu, bangun." Aku menyentuh bahunya perlahan.
Dia hanya melenguh.
Saat ia masih tidak bangun, aku guncang bahunya.
"Gyu!"
Kataku sedikit kesal.
Perlahan dia membuka matanya.
Akhirnya.

"Hyung?" Kim Mingyu sadar juga.
"Pagi Gyu." Kata ku cuek. Menutupi telinga ku yang sudah mulai merah.
"Ke-kenapa hyung ada disini?"
"Membangunkan kalian." Kataku sambil mengitari kamar Mingyu.
Kamarnya cukup rapi.
Ada beberapa foto terpajang.
Mingyu, dan keluarganya kalau boleh ku tebak. Juga ada fotonya dengan Hoshi dan beberapa orang yang tidak aku kenal.
Sepertinya foto terbaru adalah foto tim basket nya juga foto angkatan kelasnya.
Aku menemukan foto orientasi di meja dekat tempat tidurnya.
Saat ku perhatikan, aku ada didalamnya.

Aku tengok pemilik kamar, akhirnya dia duduk. Rambutnya berantakan tapi anehnya dia masih terlihat sangat menarik.
"Sudah sadar Gyu?" Tanyaku.
Aku bisa melihat wajahnya memerah.
"Kenapa hyung sampai kesini?"
"Sedikit khawatir dengan adik kelas, tidak apa-apa kan Gyu?" Tanyaku.
"Lebih dari sedikit juga boleh Hyung." Balas Mingyu, sudah bisa menyeringai dia.
"Cepat mandi. Aku akan buatkan sarapan untuk kalian berdua. Kita berangkat setelah Seungcheol sampai." Jelasku.
"Seungcheol hyung?"
"Iya. Dia masih tidak mempercayai Jeonghan untuk berkendara hari ini. Dia sama seperti kalian."
"Mandi. Aku tunggu di ruang makan 10 menit lagi." Aku mengeluarkan perintah sebelum meninggalkan kamar Mingyu.

.
..
Kami berlima tiba di kampus tepat waktu berkat kemampuan berkendara Seungcheol.
"Sampai jumpa jam makan siang, hyung." Mingyu melambaikan tangannya dan berpisah jalan dengan kami.

Sesampainya di kelas, aku ditunggu oleh Jun dengan tatapan ingin tahu.
"Pagi ini kamu berangkat pagi sekali kata Mama. Kemana?" Tanya Jun.
"Oh, ke rumah Jeonghan. Kenapa?" Jawabku.
"Kamu membuatku khawatir, Nu. Seharusnya kamu bilang dulu. Aku kan bisa mengantar kamu."
Aku terdiam sejenak. Memandang wajahnya. Menenangkan diriku.
"Itu sebabnya aku tidak menghubungi kamu. Aku bisa menjaga diriku sendiri, Jun. Terimakasih banyak atas perhatian mu, tapi aku tidak mau merepotkan mu lebih dari itu."
Aku duduk di tempat ku. Junhui menghampiri mejaku sebelum kembali ke kelasnya.
"Kamu tahu, aku melakukannya karena apa. Dan aku tidak pernah merasa direpotkan."

Aku hanya bisa menghela nafas panjang saat Jun kembali kekelasnya.
Aku menoleh ke arah Jeonghan dan tersenyum, mengisyaratkan bahwa aku akan baik baik saja.

.
..
Istirahat makan siang Junhui tidak terlihat.
Joshua mengabari bahwa ia membawa Minghao, teman sekelas Hoshi, pulang karena sakit.
Mingyu menghampiri meja kami.
"Hai hyung."
Aku bergeser, memberikan ruang untuk Mingyu duduk. Tapi dia tetap berdiri.
"Ummm Aku mau berterimakasih atas pagi ini. Sebagai ucapan terimakasih, hyung mau makan es krim bersamaku sore ini? Aku janji tidak sampai malam. Aku juga akan mengantar hyung sampai rumah."
Aku menatapnya terkejut.
Sambil melirik Jeonghan, Joshua dan Seungcheol yang tersenyum, aku akhirnya menangguk.
"Baiklah. Jam 4. Aku tunggu di kelas." Jawabku.
Kim Mingyu mengepalkan tangannya dengan bahagia dan dia kembali ke tempat duduknya.

"Jadi...ada apa tadi pagi?" Tanya Joshua yang hanya dijawab dengan senyuman dari kami bertiga.

May I Know You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang