Lemas, pipiku di penuhi banyak bulir bulir. Aku bingung apa yang membuat ku menjadi sesegukan begini.aku gak sanggup liat wajah yeolli lagi. Sakit, hanya sakit yang kini kurasakan. Yang anehnya lagi, sakit itu hampir sama dengan rasa sakit yang kurasakan saat kehilangan papah. Aku lelah. Ya kini aku sudah sampai di apartemen. Bahkan aku sama sekali tak sanggup memandang pintu kamar nya. Aku sangat ingin amnesia sekarang. Aku ingin melupakan kejadian ini.
Ceklek
Harum, aku sangat tau ini aroma apa. Bau yang sudah lama tidak kucium, tapi masih ku ingat. Rasa yang manis dari aroma ini membuat ku tenang seketika. Aku pun pergi berlari, aku sangat ingin tau siapa yang membuat teh hangat itu. Tapi hasilnya nihil. Di dapur hanya ada secangkir teh hangat dan secarik kertas yang berisi kata "rindu" dalam bahasa korea. Aku terus berfikir. Hingga tebakan ku menuju ke yeolli. Tapi aku berusaha menyingkirkannya. Kenapa? Dia sudah membuat ku sakit. Aku sangat tak ingin mengingatnya dulu. Hingga seseorang memelukku. Tingginya yang melibihi ku membuat ku sedikit seperti anak kecil. Basah, bahu ku basah, dia menangis. Orang ini menangis. Segukannya membuatku mengurungkan niat untuk bertanya siapa dia. "noona, bo...gosipeo (kakak aku rindu kamu)" kata katanya hanya itu, tapi berhasil membuatku menurunkan bulir bulir bening ini lagi. Aku gak tau dia siapa, aku gak tau kenapadia bisa ada disini, aku juga gak tau kenapa dia panggil aku kakak. Tapi aku bisa merasakan bagaimana rasa rindunya hingga ia menangis seperti ini. Aku tidak menghidari kemungkinan ia menganggap ku Nara, karna yang kutahu rasa rindunya hampir sama dengan rasa rinduku kepada papah.
************
"jeongsohamnida, sunghami utduke dweshimnikka? ( maaf, nama anda siapa ya?)" ucap ku kepadanya. Dan sekarang tampak jelas wajahnya kecewa. Ia pun berjalan ke arah ku dan berlutut. Aku gak tau apa yang ingin ia lakukan yang pasti ia sangat kecewa sekarang. "k-kau, tak tau nama ku?" aku tak menjawab pertanyaan pria ini. Aku sangat bingung apa yang harus aku jawab sekarang. Hingga suaranya mulai berkicau lagi. "aku benar benar gila sekarang. Mana mungkin kak Nara masih hidup. dia kan sudah mati." Ucap pria itu dengan senyuman yang memaksa. Hingga tiba tiba ia terduduk di lantai. Itu sangat membuat ku terkejut. Aku pun menyamakn tinggi tubuh ku dengan dirinya. Dia menangis lagi. Kini tangisnya benar benar pecah. Bahkan dia terus menunduk. Entah dapat kekuatan apa, aku pun memeluknya, memeluk orang yang sama sekali tak ku kenal. Ku kira dia akan memberontak dan meminta ku melepaskan pelukan itu, tapi dugaan ku salah. Ia justru membalas pelukan ku dan terus menangis. Aku membiarkan baju ku basah karena kristal bening yang keluar dri matanya. Aku tau bagaimana perasaannya sekarang. Bahkan perasaan yang ia rasakan saat ini tidak sia sia, di banding aku yang merasakan nya karena seorang pria yang sama sekali tidak berarti dalam hidup ku.
**********
Malam yang gelap menyelimuti ku dan seorang pria. Bukan lebih tepatnya aku sendiri. Pria ini tertidur saat menangis di pelukannya. Wajahnya yang di penuhi air mata itu ku hapus dengan sehelai tisu. Perlahan ku angkat tubunya yang besar ke atas sofa merah. Tak lupa ku selimuti dia dengan selimut yang berwarna senada dengan sofa tersebut. Dan sangat tampak jelas kalau dia sangat lelah sekarang.
Messeges
From : Lukman
Riell, apakah ada seorang pria dirumah mu? Dia adikmu, jangan terkejut jika dia menyebut nama Nara ya, kapan aku kesan akan ku jelaskan.
08.00.PM
Mataku benar benar bulat sekarang. Dugaan ku selama ini sangat benar, ya ini sangat aneh sejak palyan itu memanggil ku Nara, aku sudah yakin jika dia yang berkata kepada pelayan itu. Aku pun membalas pesan ayah ku ini.
To :lukman
Iya ayah, tapi boleh aku bertanya, siapa nama pria itu, aku gak berani tanya sama dia, soalnya dari tadi dia nangis terus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Popularity
Ficção AdolescenteAku ingin kisah hidup ku seperti secangkir teh hangat. Manis dan hangat. Tidak seperti kopi, walau pun hangat tapi pahit. Aku tak ingin itu. -riell- Dari pada aku melihatnya menangis, lebih baik ia melihat ku sakit saja -andre- ************* Annyeon...