4 Holly Night

157 10 0
                                    

Eckharizta

Pasukan Werewolf bergerak maju setelah komando dari Fransiscus berdengung. Tanpa sepengetahuan Fransiscus, Frey menarik lengan Frederick.

Awan yang sempat menutupi bulan sabit sudah lenyap tertiup angin berhembus dari pohon Chi.

Frey mendorong Frederick ke jalan yang berbentuk dari sinar bulan dan matahari yang terletak sejajar.
"Holly Night telah terbuka pangeran, hiduplah untuk kami." Frey mengucapkan selamat tinggal kepada Frederick.

Fransiscus baru sadar kalau malam itu adalah malam Holly Night, yaitu keadaan saat sinar bulan dan sinar matahari terletak sejajar sehingga pintu dunia Eckharizta dan Bumi terbuka. Tanpa memperdulikan pasukannya yang sedang bertarung lagi, Fransiscus mengejar Frederick dari belakang dan mengikutinya menapaki Holly Night.
"Jangan biarkan pemimpin Werewolf!Lindungi pangeran Frederick...!"Pekik Frey.

Vampire lain kebingungan, tidak lagi berkonsentrasi pada pasukan Werewolf yang tengah menghadang mereka. Tanpa belas kasihan, para Werewolf membunuh para Vampire dan menghisap darah hitam mereka.

Pintu Holly Night hampir tertutup. Fransiscus mengejar Frederick dari belakang, jarak Fransiscus hanya tingga beberapa langkah.
"Pangeran...Pangeran.." Frey mengkhawatirkan Frederick. Padahal di depannya Werewolf tengah menghadang dengan taring dan kukunya yang tajam.

____Plashhhh...____

Pintu Holly Night tertutup. Pertempuran di Eckharizta masih berlangsung sengit. Frederick menghilang bersama dengan lenyapnya Holly Night.
"Pemimpin Werewolf mengejar Pangeran..." Frey merintih kesakitan sambil memegang lehernya yang sudah koyak. Darah hitamnya habis, tidak ada lagi darah yang mengalir ke jantungnya. Frey meringkuk lemas, terjatuh diatas batang pohon Chi yang ada dihutan Arkill.

######

Adrina membuka matanya lagi dengan darah yang beroacu cepat kejantungnya.
"Ngimpi lagi?" Reva ikut bangun karena kaget. Ini adalah hari kedua Reva tidur dirumah Adrina dengan perasaan tidak nyaman.
"Ada Vampire dan Werewolf yang dateng ke dunia manusia." Adrina megap megap.

Reva memegang kening Adrina, "Nggak panas sih sebenernya."

Adrina jengkel, memasang muka kecut. Sedikitpun sobatnya itu tidak pernah percaya pada mimpi dan ceritanya.

Malam itu Adrina tidak sadar kalau dihalaman rumahnya ada serigala yang menyalak nyalak, memandangi kelelawar yang menggantung diatas pohon jambu.

Bulan sabit tertutup awan. Fransiscus dan Frederick berubah menjadi seperti bentuk semula, yaitu serigala dan kelelawar. Perubahan dunia membuat mereka belum bisa kembali ke wujud semula dalam waktu cepat.

Reva berjalan dengan badan membungkuk. Berat ranselnya semakin menambah beban dipunggungnya. Ada kantung mata hitam disekeliling mata Reva.

Kemarin malam, lagi lagi Adrina berteriak saat orang lain sedang asyik asyiknya berlayar dipulau kapuk. Sampai waktu menunjukkan pukul 4 pagi, mata Reva belum dapat terpejam lagi. Dengan setia (Padahal terpaksa) Reva menemani Adrina yang terus mengerang kesakitan karena telapak tangannya berwarna merah menyala lagi.

Awalnya Reva juga tidak percaya dengan cerita Adrina mengenai tanda ditelapak tangannya yang sering menyala, tapi saat dia melihat sendiri, mau tidak percaya tetapi kedua matanya telah melihat kejadian sesungguhnya. Luka itu benar benar menyala tiap kali Adrina bilang tekah mimpi buruk.
"Reva, semalam kamu habis begadang sampai jam berapa?" Bu Rafina mulai jengkel saat murid kesayangannya itu meletakkan kepalanya di bangku dengan beralaskan kedua tangannya. Mata Reva terpejam, rapat sekali.

Adrina yang sejak tadi menyenggol siku Reva akhirnya pasrah, bingung membangunkan Reva yang sudah terlelap.

Bu Rafina berjalan menuju bangku Reva, membentuk lingkaran dipunggung tangan Reva, "Poin 5 buat reva...." katanya jengkel.

E+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang