8

131 11 0
                                    

"Sialan waktunya nggak tepat lagi.." Adrina jengkel.
...
"Erick..erick.." gerombolan cewek yang kira kira terdiri dari enam orang itu histeris malu maluin ditoko alat musik sambil mendekati Erick.
"Lagi ngapain ditoko ini ? Cari referensi buat ngasih tugas baru untuk kita ya?" tanya salah satu seorang dari rombongan itu, keliatan banget belagunya.

Adrina dengan hati hati mengendap endap. Pintu toko tinggal beberapa langkah lagi. Hatinya was was ingin segera mencapai pintu dan berlari keluar.
"Ngomong ngomong kamu ke sini sendiri aja?" tanya cewek lain. Mereka berenam memberondong Erick layaknya wartawan yang mengincar berita koruptor dari kelas kakap.

Erick celingak - celinguk, "Nggak sendirian kok, tadi ada seseorang," jawabnya berusaha ramah, padahal hatinya jengkel setengah mati dikerubuti cewek cewek centil itu.

Adrina terus merapat kedinding, pintu toko tinggal dua langkah lagi. Dengan susah payah Adrina mengatur nafasnya agar tetap tenang dan tidak ngos ngosan sehingga terdengar oleh pendengaran ultrasonik Erick. Erick masih berkutat didalam toko dengan para fansnya.

Sebentar lagi Drin...

Adrina memberi semangat pada dirinya sendiri.

Lalu ketika pintu tinggal beberapa langkah lagi, Adrina mempercepat langkahnya...
"Akhirnya bisa keluar..." Adrina puas "Good Bye Erick!!!" Adrina sangat senang saat kakinya benar benar ada diluar toko tanpa sepengetahuan Erick.

Adrina melepas topinya, lalu mengibas ibaskannya di depan wajah yang banyak peluh karena terlalu banyak memikirkan cara untuk melepaskan diri dari Erick.
"Perlu bantuan?" Tanya seorang laki laki yang tiba tiba berdiri dibelakang Adrina.

Adrina menengok kebelakang, dibelakangnya berdiri seorang laki laki tua yang usianya kira kira menginjak kepala 3 dan tinggi badannya lebih 18 cm daripada Adrina.
"Keliatannya adik capek sekali. Habis lari lari ya?" Tanyanya

Adrina diam, sepertinya dia sudah lama mengenal lelaki itu. "Apakah sebelumnya kita pernah bertemu."

Lelaki itu tersenyum, berusaha tersenyum seramah mungkin padahal senyumnya dingin sekali, "Mungkin de javu." Jawabnya.

Adrina terus mengamati laki laki itu.
"Adik perlu bantuan?" Tanyanya membuyarkan lamunan Adrina.

Adrina menggeleng kemudian segera menjauh dari laki laki itu. Tangan Adrina nyeri lagi dan juga panas
"Kambuh di jalan. Nyebelin banget!" omel Adrina. "Nggak ada air panas, ataupun...." Adrina tak meneruskan kalimatnya.

Jangan bilang kalau aku butuh Erick. Dia ada jauh dibelakang bersama cewek cewek kecentilan itu.
Adrina merutuki dirinya sendiri.

Adrina tidak sadar kalau laki laki itu terus mengikutinya dari belakang sambil mendesis pelan pelan.

#####

Erick memandang kesekeliling. Tapi sosok Adrina tidak ada dimana mana. Cewek cewek yang ada disekitar melihat gelagat aneh Erick.
"Ada yang lagi kamu tunggu ya?" cewek cewek itu ingin tau melulu.

Erick menggeleng sambik tersenyum (Masih dengan terpaksa, garis bawahi TERPAKSA)
"Tapi kok celingukan gitu?"Cewek cewek itu sok ngurus.

Erick tersenyum lagi, "Keliatannya aku harus pulang dulu deh. Dirumah masih banyak silabus yang harus aku kerjakan."
"Pasti sibuk banget ya?" tanya cewek cewek itu lagi.

Erick mengangguk lemas.
"Ini anak kok ngurus melulu kenapa sih?" batin Erick

"Yaudah aku cabut dulu ya!" Erick melambaikan tangan pada cewek cewek itu.

Cewek cewek itu mengangguk bersamaan dengan antusias. "See you!" mereka kompak.

######

Adrina semakin menjauh dari pusat pertokoan, melewati kompleks pabrik yang sebagian sudag sepi karena para pekerja sudah kembali ke rumah masing masing.

E+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang