| 29 : kenapa gue |

1.4K 137 1
                                    

Vaira's pov

Gils, gue masih gak nyangka apa yang dia lakuin ke gue tadi di jalan, gue ngerasa sebel tapi seneng juga, arghh ada apa dengan diriku ini?!?

Kita berdua makan dalam diam, gak ada yang ngajak ngomong, sebenernya sih dia udah ngajak ngomong gue tadi,tapi gue hiraukan, gue masih enggak srek sama tadi.

"Are you still mad?" tanyanya.

Gue cuma menggendikan bahu sambil melihat ke arah lain.

"C'mon Vai, you aren't a kid, why you like this?"

"You" singkat, jelas,dan padat bukan?

"Me? Why?"

"Banyak nanya!" pekik gue kesel lalu jalan ninggalin dia dan gue milih buat tidur, ya walau masih sore tapi gue udah ngantuk.

•••••

Shawn's pov

"What happened with her?" Dengusku kesal sambil melahap suapan terakhir makananku.

Tak lupa kucuci piringku dan Vaira lalu aku berinisiatif untuk meminta maaf kepadanya untuk apapun kesalahan yang kubuat hari ini padanya, jujur aku tak terlalu tau salahku, tapi apa mungkin karena tadi?

Shit.

Tapi itu cukup membuat moodku naik, hehe.

Tok tok

"Vai?" panggilku, tapi dia tak kunjung membukakan pintu.

Kuputar knop pintu kamarnya, eh tidak dikunci, mungkin dia lupa karena buru-buru.

Bisa kulihat dia sudah tertidur masih dengan memakai pakaiannya tadi. Ku dekati dia dan duduk di pinggir ranjangnya.

Astaga, dia tetap cantik walau sedang tidur sekalipun, dan bibirnya.....

Shit. Kenapa aku ingin sekali melahapnya, emm mungkin jika aku mencium saat tidur dia tidak akan terlalu merasakannya.

Aku pun berpindah tempat menjadi di atasnya dan mulai mendekati wajah cantiknya, dan akhirnya bibir kami pun bertemu, bibirnya lembut sekali, tidak terlalu tipis maupun tebal, masih sama dengan yang tadi.

Argh. Aku tidak sengaja menggigit bibirnya.

Dia membuka matanya dan menampakkan wajah kaget, dia langsung mendorongku menjauh dan aku terdorong sampai ke ujung ranjang.

"What are you doing?" pekiknya sambil menutupi bibirnya.

"I-i-i j-ju-jus-jus-just..."

"Why you kissed me? I am not your girlfriend?"

Deg.

Deg.

Terdiam.

Dia benar.

•••••

Vaira's pov

Kenapa tiba-tiba gue bangun dengan posisi Shawn ada di atas gue? Jangan-jangan dia.... Ahh Vai lu harus positif thinking dulu, tapi apa yang mau dipositifin dari---posisi itu? Untung kita liburannya cuma berdua, kalo mama gue ikut... Abis deh bisa-bisa gue dinikahin ama Shawn.

Mau sih dinikahin sama Shawn, tapi ehh kok gue mikir gitu sih.

Dih, udah Shawn diem bae lagi.

Apa gue salah ngomong?

Tapi kan bener, gue bukan pacar dia tapi dia nyium gue tiba-tiba, dua kali lagi, kalo Jack sih gapapa wkwk soalnya dia itu first kiss gue. Ahh bibir tipisnya, ngangenin.

"Shawn?" panggil gue, gue pun mendekat ke arahnya. Gue gak tau apa yang dia pikirin,tapi kayaknya nekan dia banget.

"Shawnie?" gue sekarang udah ada di depannya, tepat banget di hadapannya.

Jir mukanya dari deket emang gak bisa diboongin, ganteng buangettt fix gue gak bohong, anjir kok gue sih sekarang yang nafsu pengen nyium dia.

Ahh Vaira, lu bego kalo lu tiba-tiba nyium dia.

"I am sorry, Vai," ujar Shawn pelan, hampir gue gak bisa denger.

Entah atas 'paksaan' dari siapa gue meluk dia, sumpah gue gak bisa marah ke 'temen' gue.

"No problem,Shawnie," dia balik meluk gue, dan karena tadi jarak badan kita terhalang dengan kaki masing-masing, Shawn ngangkat gue buat duduk di antara kakinya, jadinya gue ngelingkerin perut dia dengan kaki gue.

Mungkin ini posisi yang cocok untuk..ya kau taulah, tapi tidak, dia bukan siapa-siapaku.

Di sela-sela pelukan kita, "Let's sleep," ajak Shawn. Gue juga refleks ngangguk, dia pun mindah gue ke ranjang yang kanan dan dia tiduran di yang sebelah kiri.
Gue milih ngebelakangin dia, entah gue takut aja.

Tapi dia juga ada-ada aja, dia malah meluk gue dari belakang, shit.

•••••

fangirl.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang