~ Digo Point Of View~
Bukan hanya tak sabar ingin menikah dan menjadi satu dalam sebuah ikatan yang suci. Bukan juga karna pikiran ingin terus memeluk Sisi semalaman sampai Sisi sesak napas. Bukan pula tak kuat menahan hasrat karna aku tak pernah terpikir hawa napsu saja. Tetapi aku hanya ingin mengikat hubungan ini dengan harapan cinta yang disatukan tak dapat dipisahkan oleh manusia karna Tuhan lebih kuasa.
"Saya terima nikahnya Sisi Radhisa binti Imam Radhitya dengan mahar seperangkat alat sholat dibayar tunai."
Berulang-ulang kalimat ijab kabul itu aku ucapkan untuk melatih lidahku agar pada saat akad nikah terdengar lancar dan tegas. Aku sudah yakin akan meminangnya menjadi pendamping hidupku. Aku akan menjadi orang yang bertanggung jawab padanya, melindungi, memanjakan dan membahagiakannya. Catat janjiku.
Allah memberikan jalan padaku untuk segera mengikrarkan kami sebagai suami dan istri dibalik berbagai kejadian. Kegagalan panen tambakku tak serta merta membuat aku mundur menggenggamnya. Meskipun terpaksa harus mendahului jadwal pernikahan Jabar dan Nesha.
Mundur adalah harapan para pembenci, sedangkan para penyayang pastilah mendoakan dan berharap yang terbaik. Tentu lebih baik membahagiakan dan melegakan hati para penyayang dari pada harus terpaku para pembenci yang tak memahami perasaan kami. Paham artinya pembenci? Tentu saja pembenci itu aku sebutkan bagi orang-orang yang tak suka dan tak ingin kami bersama lalu hidup bahagia selamanya. Sedangkan penyayang, aku sebut bagi orang-orang yang menyayangi dan berharap yang terbaik untuk hidup kami kelak.
"Kamu serius pingin segera nikahin aku, ncit?" tanya Sisi dihari terakhir kami bertemu karna setelah itu kami tak boleh bertemu sebelum akad nikah. Terbayang rasa rindu yang ada didalam hatiku dan rasa tegang menunggu saat ijab kabul itu tiba.
"Duarius malah," sahutku dan menatap matanya yang sepertinya bingung dan ragu menatapku.
"Jangan bercanda," tukasnya manja.
"Iya, aku serius, janji suci pernikahan itu sakral, nggak mungkin aku main-main!" Sahutku sambil menyisihkan rambutnya.
"Bukan karna apa-apa nih?" tanyanya dengan nada tak yakin.
"Apa-apa gimana? Kamu kan pikirannya negatif mulu, mbem," jawabku sambil memencet pipinya.
"Siapa tau kamu cuma buktiin sama orang-orang sirik itu, bukan karna kamu cinta sama aku," balasnya.
"Justru karna aku cinta aku buktiin dengan nikahin kamu," sahutku lagi membuatnya terdiam.
"Apa kabar Une? Kenapa kamu nggak pernah cerita ada pengagum rahasia?"
"Aku nggak nganggap dikaguminya itu istimewa, baik sama semua orangkan wajar apalagi dia baik sama kita, masalah niat aku mah nggak tau, tapi setiap saat aku waspada dan tak mudah terpengaruh dengan ketidak wajaran!"
"Jadi benar dia ada hati sama kamu?"
Aku menggedikkan bahu. Entahlah. Tak paham dengan Une. Kenapa dia? Tak salahkah sampai harus segitunya menghalangi pernikahanku? Menghalangiku untuk bahagia? Begitukah caranya mencinta?
Tapi biarkan saja itu hanya menjadi cerita yang tinggal cerita. Sepandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga."Dan bersyukur Tuhan masih berpihak pada cinta kita, mbem," aku meraih bahu dan mengusapnya.
"Yakin dia takkan mengganggu lagi?"
"Mengganggu suami orang adalah sikap paling bodoh seorang wanita apalagi dia berhijab, ups," aku menutup mulutku yang refleks dipukul Sisi.
"Jangan menghujat orang, nanti kamu dibully kalau ada yang dengar," tukas Sisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Love 2 (Setia & Jaga Hati)
RomantikFaithfull and Keep The Geart, that's All "Jika tanpa aku lagi membuatmu lebih merasa nyaman, tak apa..." ~Sisi "Aku sudah sering bilang, setia dan jaga hati, itu saja...." ~Digo Ketika Setia & Jaga Hati menjadi sebuah komitmen dalam hidup, tentu aka...