"Digoo, kenapa lo diem aja?!"
Bentakan Flo mengagetkan Digo yang terpaku melihat kepergian Sisi. Digo tak menyahuti Flo tapi melangkah cepat sampai kakinya menendang bungkusan yang tadi terjatuh dikaki Sisi. Digo membuka pintu dan melihat punggung Sisi yang terguncang karna sedikit lari menjauhi beranda rumahnya.
"Sisiii....Si...."
Digo mengejar dan begitu dekat tangannya meraih bahu tapi ditepis Sisi lalu akhirnya Digo memeluknya dari belakang hingga tak bisa bergerak menjauh lagi.
"Mau kemana?" Digo mempererat dekapannya.
Sisi tak meronta karna entahlah, tiba-tiba rindunya lebih menguasai hati. Ia justru sangat sedih kenapa dalam keadaan seperti ini dia bukannya bisa melepas rindu tapi malah merasa sakit hati Digo memiliki tempat bersandar yang lain. Sisi menahan isakan hingga dadanya terasa sakit."Mau pergi dari hatimu!"
"Karna Flo?"
"Kamu terlihat lebih nyaman bersamanya," jawab Sisi cepat tapi sedetik kemudian otaknya merespon sesuatu. Flo?
Sisi memegang lingkaran tangan Digo didepan dadanya. Flo, kakak Digo yang di Inggris? Sisi merasa tolol sekarang.
Dadanya berdegup ketika sesaat hanya diam diantara mereka. Digo melepas pelukan dan meraih bahu lalu memalingkan tubuh Sisi menghadapnya. Sisi rasanya tak sanggup menatap Digo. Tangannya menghapus airmata dan menyusut hidungnya hingga Digo menyisil ujung hidung Sisi dengan ibu jari dan telunjuknya.
"Ya sama dia nyaman, dia kakak aku yang paling memahami aku, aku percaya semua omongannya tidak pernah mempengaruhi kearah kejelekan tapi membuat aku bisa bertahan sama seperti Umi!" Digo memandang Sisi yang tak juga memandangnya meski mereka sedari tadi berhadapan.
"Berarti sama aku sudah nggak nyaman?" tanya Sisi menatap batu bata yang dipijaknya.
"Nggak ada yang bilang begitu." sahut Digo lirih.
"Buktinya kamu sedang ada masalah nggak nyari aku lagi, udah nggak nyaman cerita sama aku?" tanya Sisi datar.
"Bukan begitu, aku takut..."
"Takut apa?"
Digo diam sejenak dan menghela napasnya pelan. Tangannya terangkat menyentuh bahu Sisi.
"Aku takut respon kamu tak sesuai harapanku, takut nggak dijawab, takut nggak dipeduliin," ucap Digo meremas bahu Sisi.
Sisi melihat kearah remasan tangan Digo dibahu kanannya. Tangannya terangkat menyentuh punggung tangan Digo yang berada disana.
"Kita ini terlalu banyak salah paham dan nggak dikomunikasikan dengan baik," ucap Sisi dengan nada lirih dan menatap Digo.
"Kamu lebih banyak berpikir dan menduga-duga sendiri," Digo menyentuh pipi Sisi dengan kedua tangannya. Menangkup dan mengangkat hingga mata mereka bertemu.
"Kamu juga," balas Sisi.
"Apapun yang kamu pikir tentang aku, aku nggak bisa nyalahin kamu," ucap Digo lagi membuat tatapan Sisi meredup.
"Meski aku berpikir kamu sudah nggak peduli sama aku?" tanya Sisi.
Digo menggeleng, "aku terlalu peduli sama kamu."
"Kalau orang berpikir kamu telah nyakitin aku, gimana?"
"Aku nggak peduli pikiran orang lain, mereka nggak tahu apa-apa, yang tahu aku gimana ya kamu, yang tahu kamu gimana ya aku," Digo menekan ibu jarinya dipipi Sisi.
"Apa kamu nggak peduli karna sikap kamu orang jadi berpikir kamu nggak bahagiain aku, nggak memperjuangkan cinta?" Sisi bertanya lagi.
Sisi ingin tahu bagaimana sikap Digo menjawab tanyanya dan menjawab tanya Meica yang mengira dia tak pernah merasa bahagia bersama Digo?
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Love 2 (Setia & Jaga Hati)
RomanceFaithfull and Keep The Geart, that's All "Jika tanpa aku lagi membuatmu lebih merasa nyaman, tak apa..." ~Sisi "Aku sudah sering bilang, setia dan jaga hati, itu saja...." ~Digo Ketika Setia & Jaga Hati menjadi sebuah komitmen dalam hidup, tentu aka...