13

2K 228 24
                                    

Semuanya benar-benar hancur saat itu. Terutama Soonyoung. Lelaki itu benar-benar butuh Gyeoul. Demi apapun.

Soonyoung mulai menyukainya… ah, ralat! Bahkan mencintainya.

Sedangkan Gyeoul, gadis itu benar-benar dapat meredam perasaannya dengan baik. Ia bersyukur. Setidaknya masalah didalam dirinya berkurang satu sekarang. Walau dia sendiri masih belum yakin, apa ia sudah benar-benar melupakan Soonyoung atau perasaan lupanya ini hanya sesaat? Entahlah.

□□□

Awalnya memang sedikit sulit meyakinkan kedua orang tuanya. Berbagai omelan dari ibunya Gyeoul terima dengan perasaan yang kelewat sabar. Ya kalau ia tak bisa sabar, semuanya juga tak akan berakhir.

Gyeoul tak bilang alasan sebenarnya yang membuat ia ingin pisah dengan Soonyoung. Dan tentu saja gadis itu tak akan membiarkan orang tuanya tau. Itu gila namanya.

"Ibu, kami tak saling mencintai. Dari pada terjadi hal yang tak di inginkan nanti, bukankah lebih baik ini berakhir saja…" hanya itu yang gadis itu katakan.

Butuh waktu berhari-hari untuk membuat orang tua Gyeoul mengiyakan kemauan gilanya itu.

□□□

Sore harinya, ia menelepon Wonwoo agar menjemputnya. Keduanya mampir dulu di cafe tak jauh dari sana.

"Kau gila, Gye?!"

"Tapi aku sudah benar-benar tak tahan, oppa." Gyeoul menundukkan kepalanya sebentar, kemudian memandangi Wonwoo dengan ekspresi sayu.

"Lalu alasan apa yang akan kau pakai sekarang? Karena kalian tak saling mencintai? Sungguh? Demi apapun alasan itu tak akan di terima nanti." Wonwoo meneguk minumannya sampai habis, kemudian menghela nafasnya panjang.

"Aku pikir kalian semakin hari jadi semakin baik. Tapi malah berakhir seperti ini," ujarnya lagi.

"Ah, oppa!"

"Kenapa lagi?"

"Bantu aku!"

"Aku sedang tak menerima bantuan, Gye. Kau ini tak bisa mengerti perasaanku sekali!" Wonwoo berucap dengan nada sebal.

Tentu saja sebal… lelaki itu baru saja di putuskan oleh kekasihnya tadi pagi. Bahkan hubungan mereka belum genap satu bulan. Dan sekarang Gyeoul malah meminta bantuannya? Oh.

"Mau tidak pura-pura jadi-"

"Tidak! Tidak!!!! Aku tidak akan menerimanya, demi apapun!"

"Ah… oppa…"

"Lebih baik sekarang kau kembali pada Soonyoung dan lakukan sesuatu… dan tak usah ribet-ribet memikirkan ini. Clear. Semua selesai. Mudah kan!?"

"Wonwoo…" Gyeoul mengerucutkan bibirnya sambil memasang wajah paling unyu yang malah kembuat Wonwoo jijik.

"Gye, itu bohong namanya dan aku-"

"Aku tidak menerima penolakan. Ya? Ya ya ya? Yaaaaa? Jebal…"

"Tapi…"

"Tidak ada tapi-tapian. Clear. Semua selesai. Mudah kan!?" ujar Gyeoul menirukan omongan Wonwoo tadi. Membuat sang empunya kata mendengus sebal.

□□□

Malamnya Gyeoul kembali ke rumah. Membawa sebuah amplop cokelat yang lumayan besar. Dengan tampang kalem khasnya, gadis itu menghampiri Soonyoung yang tengah duduk di ruang tengah seperti biasa.

Gyeoul meletakkan amplop itu di meja ruang tengah, pelan-pelan tanpa Soonyoung ketahui.

"Sudah makan malam?" tanya Gyeoul setelahnya.

Never EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang