Harry yang mendengar pertanyaan itu langsung menggelengkan kepalanya, "E-eh engga."
"Gue sama lo gak sodaraan kok, tante Lauren itu temen deket mamah gue yang dulu ngurusin gue pas kecil, makanya udah kaya gue anggep mamah kedua gue."
Casey mengangguk mengerti.
Kemudian, Casey mengambil ponsel dari dalam tasnya karena merasa ponselnya bergetar. Alisnya bertaut ketika melihat siapa yang menelponnya.
Karena penasaran, Harry pun melihat sekilas ke layar ponsel milik Casey. Dilihatnya terdapat nama seseorang sedang menelpon Casey.
Luxie Anderson is calling yo
Lalu Casey menjawab telepon itu, bangkit dari duduknya dan meninggalkan Harry yang sekarang sedang terdiam.
Harry lalu meneguk ludahnya.
"Anjir Luxie? Luxie yang itu bukan sih? DIH? GIMANA BISA? Gak deh Har, gak, masa Casey kenal sama Luxie? Lucu lo Har. Gak kenal pastinya. Nama Luxie kan banyak." Harry menggelengkan kepalanya sambil meyakinkan dirinya kalau dugaanya salah.
Setelah beberapa menit, Casey kembali menghampiri Harry dan duduk. Dilihatnya Harry yang sedang berkutat dengan pikirannya.
"Siapa Cas?" Tanya Harry untuk meyakinkan kalau itu bukan Luxie yang ia maksud.
Casey menatapnya dengan tatapan bingung. Apa urusannya dengan Harry?
Refleks Harry mengganti pertanyaan ketika melihat tatapan Casey seolah bingung. "E-eh, gak. Gakjadi nanya itu deh. Uhm udahan nelponnya?"
Harry lalu refleks menepuk mulutnya, 'lu kalo nanya pinter dikit kali Har. Bego banget sih gue' batinnya.
"Udah...?" Casey menaikkan alisnya, kalau ia belum selesai mengapa ia kembali duduk dan mematikkan ponselnya.
Harry menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal, ia merasa salah tingkah.
Casey pun menghiraukan Harry, ia menjetikkan jarinya melihat sekitarnya. Dilihatnya kebelakang, gedung yang terlihat sudah ramai. Dentuman musik - musik yang sedang dites, mic yang sedang dites. Casey merasa mulai tak nyaman dengan keadaan yang akan sangat ramai.
Untuk menghilangkan rasa tak nyaman dan bosannya. Casey menyalakan ponselnya, dan memasang earphone ditelinganya, lalu memutar lagu Halsey - Hold Me Down. Kemudian, membuka aplikasi game favoritnya.
Harry lalu mengusap wajahnya. Setelah itu ia melirik kearah ponsel Casey.
"Slither.io!!!" Pekiknya, "Cas, gue pernah rank 1 loh. Asalnya kan ya, gue mau dikalahin sama yang namanya malik-malik apalah-- itu, tapi dia malah nabrak uler yang kecil. Eh tapi abis yang namanya malik itu mati, gue juga ikut mati. Kurang sebel apa coba gue? Terus gue malah dimarahin sama mamah gara-gara hpnya jadi gue banting. Mainan laknat ih itu. Tapi rame anjir. Lo--"
"Hah? Lo ngomong apa?" Tanya Casey sambil melepas sebelah earphonenya ketika mendengar Harry berbicara sesuatu, tetapi pandangannya masih tertuju pada permainan diponselnya itu.
Harry berdecak, kemudian mengganggu Casey dengan menyenggol tangannya supaya uler nya menabrak ular lain.
"ANJIR HARRY KALAH KAN GARA GARA LO!" Teriak Casey lalu menggigit ponselnya sebal. Dan menatap Harry dengan tatapan tajam.
"Gue udah rank 71 anjir ih tau ah!" Casey berdecak.
Harry tertawa melihat tingkahnya, "Ya abis orang lagi ngomong ga didenger."
"Emang lo tadi ngomong apa?" Tanya Casey.
"Ngga ah, gajadi." jawab Harry, ia yakin bahwa pada akhirnya Casey hanya menghiraukanya. 'Jago banget emang ngacangin orang' ucapnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight//H.S [ON EDITING]
Fanfiction[CERITA SEDANG DIREVISI] "I see pain in her eyes. I know, her empty eyes, her heavy breathe, her cigarettes, the pieces of her heart. She's fragile." - Harry Styles