Harry mematikan ponsel Casey, menaruhnya disebelahnya. Ia mematung, mengubah pandangannya menjadi ke arah depan, tatapannya kosong. Hatinya remuk, seketika otaknya membawanya ke masa lalu. Dimana semuanya baik - baik saja. Dimana Harry belum mengenal apa itu patah hati.
Selesai dari toilet, Casey melihat dirinya dari pantulan cermin. Ia tersenyum, mengingat hal - hal manis ketika ia bercermin.
'Ah udah lo udah cantik Cas, ngapain sih ngaca mulu.'
Kata - kata yang sering diucapkan seseorang seperti terdengar jelas oleh Casey, walaupun orang tersebut tak ada, telah pergi menjauh darinya. Mengingkari janji kedua orang sahabat tersebut.
Casey melangkah keluar, berniat menghampiri temannya tadi. Ia berjalan, menyipitkan kedua matanya melihat sesorang yang biasanya bersikap seperti anak kecil sedang terdiam mematung.
Casey menghampirinya, ia langsung duduk mengambil ponselnya. Ia kira Harry akan mengajaknya berbincang kembali atau sekdar bertanya. Tapi tidak. Casey menoleh ke arah Harry dan mengangkat satu alisnya. Melihat tatapannya yang kosong, Casey langsung melambaikan tangannya di depan wajah Harry untuk menyadarkan dia.
Harry mengerjapkan matanya lalu menoleh ke arah Casey. Ia berusaha bersikap baik - baik saja, tapi hatinya masih runtuh. Harry tersenyum palsu, "Eh Casey, udah?" tanyanya.
Casey menatap matanya berusaha membaca pikiran Harry sambil menganggukan kepalanya. Casey membuka mulutnya, "Har, lo gapapa?" tanya Casey. Harry langsung cepat mengganggukan kepalanya sambil tersenyum palsu.
Casey mengangkat bahunya berusaha tak peduli tentang Harry, lagian apa hubungannya Casey dengan Harry, hanya sebatas teman baru, tak lebih ,pikir Casey.
"Cas, boleh gue peluk lo?" tanya Harry yang langsung membawa Casey kepelukannya tanpa mendengar jawaban dari Casey. Casey terkejut, ia baru melihat sikap yang berbeda dari Harry, seperti Heartbreak Boy .
Casey tak membalas pelukan Harry ia masih terdiam, tidak mengerti apa maksud Harry. "Bentar aja Cas, tolong bales pelukan gue." Gumam Harry tepat disebelah telinga Casey. Casey pun mengikuti kemauan Harry. Dengan tinggi tubuh mereka yang tak jauh berbeda namun, masih tetap lebih tinggi Harry, Casey bisa mencium aroma maskulin dari tubuh Harry. Begitupun Harry, ia mencium wangi aroma bayi yang membuatnya nyaman.
Pelukan mereka yang berlangsung cukup lama pun terhenti oleh seseorang yang memanggil manggil nama seorang lelaki, "Harry! Harr-" teriak seorang wanita yang kemudian terhenti ketika menemui anaknya sehabis berpelukan dengan seorang perempuan. Lelaki yang berasa seseorang sedang memanggilnya segera menoleh ke arah sumber suara. Wanita itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Lalu berjalan menghampirinya.
"Duh anak mamah udah gede ya, main meluk meluk anak orang aja!" Ujar wanita tersebut. Harry yang dimaksud anak tersebut tercengir sambil menggaruk tengkuk kepalanya. Casey tertegun mendengar ucapan dari wanita tersebut yang memanggilnya sendiri dengan sebutan 'mamah'. Casey langsung menatap Harry dengan tatatapan ini-mamah-lo? Harry yang mengerti tatapan dari Casey pun mengganggukan kepalanya.
"Eh mamah, ngapain mah disini?" tanya Harry yang langsung berdiri menghadap ke wanita yang disapa mamah tadi. Wanita itupun tersenyum miring kepada Harry dan menoleh ke arah perempuan yang tadi dipeluk Harry.
Wanita itu terkejut melihat perempuan cantik yang ia kira adalah pacar Harry. "Ya Tuhan ini pacar kamu Har? Cantik sekali!!" Ujar wanita tersebut yang langsung duduk disebelah Casey.
Casey tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "aku bukan pac-"
"Oh yang ini yang sering kamu ceritain bukan? Yang misterius - misterius itu?" tanya Wanita tersebut sambil menarik lengan Harry untuk ikut duduk dikursi bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight//H.S [ON EDITING]
Fanfiction[CERITA SEDANG DIREVISI] "I see pain in her eyes. I know, her empty eyes, her heavy breathe, her cigarettes, the pieces of her heart. She's fragile." - Harry Styles