Mr. Loverboy 6

1.2K 139 29
                                    

Cuman mau ngingetin kalo cerita ini alurnya maju-mundur ya jadi kalo nggak baca mulai awal jadi bingung hehe

Oke, happy reading!

*****

1 new message from 089620xxxxxx (chapter 3)

Dek, buruan ke kamar gue. Penting!

Dasar, Bang Ardan! Mau apasih dia. Awas aja kalo cuman ngerjain gue!

Tok tok tok

"Masuk aja dek, gak dikunci kok," seru Ardan dari dalam kamarnya.

Ara langsung menghempaskan badannya di kasur hitam putih milik Ardan, "Apaan sih bang nyuruh gue ke sini. Kenapa lo gak langsung ke kamar gue aja!"

"Mager tau."

"Gue juga mager!"

Ardan melempar sebuah notebook kecil berwarna ungu ke arah Ara, "Tuh, gue mau kasih itu."

Ara membuka notebook itu dan di halaman pertama bertuliskan Tika's Diary. Ara ingat, satu minggu yang lalu Tika dan Ara mengerjakan tugas kelompok mereka di rumah Ara. Dan yang terakhir beres-beres rumah adalah si Ardan. Pantesan buku Tika ada di dia.

"Gue nemuin notebook itu di bawah meja ruang tamu. Punyanya Tika, ya?"

Selama Ara bersahabat dengan Tika sejak kelas X, Tika tidak pernah menceritakan tentang laki-laki yang disukai. Tika selalu menceritakan tentang keluarganya, mantan yang masih mengejarnya, dan cogan-cogan semacam Shawn Mendes.

"Sumpah gue nggak buka-buka notebooknya, loh Ra. Lo jangan suudzon ama gue."

Lagi-lagi Ara menghiraukan ucapan Ardan karena terlalu serius membaca notebook Tika. Lembar demi lembar ia baca, banyak sekali kisah yang Tika tuliskan, apalagi tentang kebersamaannya dengan Ara. Ara tertawa kecil, hatinya terlonjak senang.

"Gila ya lo dek senyum-senyum sendiri. Baca apa sih, liat dong!" Ujar Ardan

Ara menjauhkan catatan Tika dari Ardan

"Kepo, lu!"

Tepat di halaman 23, jantung Ara terpompa dengan cepat. Matanya terbelalak lebar.

Ardan yang menyadari perubahan raut wajah Ara langsung bertanya apakah ia baik-baik saja. Sayangnya, Ara terlalu kaget dan air mata yang telah ia tahan, tanpa diminta langsung turun dengan derasnya.

"Ra, lo kenapa? Eh, kok lo nangis? Yaampun, Ara!"

Ardan langsung mendekap erat adik perempuannya. Hangat pelukan seorang kakak. Ia mengusap pelan rambut Ara. Dan berada di pelukan Ardan adalah tempat ternyaman ketiga setelah bunda dan ayah Ara.

"Ssshh..ssh udah ya, jangan nangis lagi, Ra. Abang nggak tau apa yang lo baca tadi, abang juga nggak akan tanya apa-apa. Percaya sama abang, everything will be alright. Trust me. Dont cry my baby boo." Ucap Ardan menenangkan Ara.

11 Juni 2016

Love at the first sight? Haha, funny. Dalam diam, gue suka sama dia. Dalam diam, gue mengagumi dia. Dan dalam diam, gue menyimpan semuanya sendiri.

Cowok yang selama satu tahun gue kagumi dari jauh, udah nyatain perasaannya ke sahabat gue, Ara. Zidan suka sama Ara. Lagi-lagi gue nangis dalam diam.

Gue gak bisa bilang Ara penghianat. Bahkan gue yang pengecut karena nggak pernah bisa jujur tentang perasaan gue.

Mau ngrebut Zidan dari Ara? Haha, gue nggak sejahat itu. Gue sayang Ara. Gue lebih milih sahabat daripada cowok. Gue gak mau persahabatan gue sama Ara renggang cuman gara-gara cowok.

Apa gue harus mengubur perasaan yang udah jatuh terlalu dalam ini? I have to try.

'Jadi selama ini Tika suka Zidan?'

29 Juli 2016

Rasa ini belum sepenuhnya hilang. Pura-pura bahagia itu sakit. Banget. Maafin gue, ra. Gue pengen liat orang yang gue sayang bahagia. Gue bakal nge-support Ara sama Zidan. Gue seneng bisa liat Zidan bahagia. Semenjak Zidan pacaran sama Ara, dia jadi banyak senyum. Beda dari Zidan waktu kelas X. Meski bahagianya Zidan itu Ara, gue ikhlas.

'Gue nggak sepenuhnya suka Zidan, Tik. Coba lo ngomong ke gue dari dulu'

***

Ara terdiam sejenak. Now or never.

"Zidan, aku mau ngomong sesuatu."

'Bismillah.. bismillah gue pasti bisa!'

Zidan menatap mata Ara, dalam. Sangat dalam.

"Jangan sekarang, Ra." Sergah Zidan

Zidan menarik Ara ke dalam pelukannya. Ara kaget melihat reaksi Zidan yang tiba-tiba. Namun, ia membalasnya. Pelukan Zidan menjadi semakin erat seakan itu pelukan terakhirnya.

"Heh eh eh! Ini nih masih di sekolah. Dilarang keras buar pacaran!"

Ara dan Zisan terlonjak kaget dan melepaskan pelukannya.

"MALIK?! Lo ngapain di sini?" Tanya Ara sedikit berteriak.

Malik tersenyum mengejek, "Lah? Emang ini sekolahan punya nenek moyang lo? Suka-suka gue lah."

Zidan langsung menyeret lengan Ara lalu pergi dari hadapan Malik.

******

HAIIII! Menurut kalian gimana part kali ini? maaf ya kalo mengecewakan, tapi semoga suka😊

VOTE SAMA COMMENTNYA DITUNGGU YA HEHE KRITIK DAN SARAN SANGAT DIBUTUHKAN

SEE YOU, LOVE YOU

Mr. LoverboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang