Chapter 4

11.5K 1K 234
                                    

~ Flashback ~

"Leo, boleh aku ke toilet sebentar?" Tanyaku secara tak sadar menggigit bibirku.

"Hmm pergilah. Pesawatnya belum siap hingga beberapa menit lagi" jawabnya memberiku senyuman yang sangat kucintai.

Why Leo? Why? Kenapa kau memberikan senyuman itu?

Aku berjalan dengan langkah cepat menuju toilet, tubuhku keringat dingin hingga aku berdiri di kaca wastafel.

Aku memejamkan mataku dan membukanya lagi. Bayangan yang kulihat di kaca adalah diriku. Mata cokelat yang membosankan balik memandangku, rambut cokelat kemerahan yang terkuncir asal di belakang leherku, kaos kebesaran dan ripped jeans yang biasa kukenakan.

Tetapi ini bukan diriku!!!!

Ini bukan Kiera!!!

Dan ingatan ingatan muncul secara bersamaan seperti film di pikiranku.

"Tapi Kiera, aku mengetahui prinsipmu berbeda denganku. Kau adalah gadis independent yang kuat dan bisa berdiri sendiri tanpa seorang cowok. Apapun keputusan yang kaubuat aku akan terus mendukungmu" seru Luna.

"Aku memang tidak pantas mengatakan ini. Tapi Kiera, jangan buat kesalahan sama yang seperti kuperbuat" kata Lily menatap mataku.

"Entahlah, mungkin aku salah menilaimu. Tapi jika aku sendiri, It's hard to change your way of life without a purpose" seru Jace dengan serius.

"Dengar Kiera, setiap keputusan pasti ada positif dan negatifnya. Mom tahu kau mencintai Leo, Ia adalah laki laki yang baik untukmu. Tapi, tapi apapun yang terjadi. Mom akan selalu disini mendukungmu" tambah Mom.

OMG selama ini aku sudah mengetahuinya diotakku. Mereka sudah mengingatkannya! Tapi aku baru terasadar sekarang!!!

Sekolah di Oxford bukanlah impianku. Tapi impian Leo. Menetap di Inggris bukanlah kemauanku, namun kemauan Leo. Aku tidak bisa hidup dengan Leo sebagai satu satunya pilihanku.

Aku harus menggapai impianku sendiri sebelum membantu menggapai mimpi orang lain.

Aku harus memberitahu Leo sekarang juga!!

Sekilat semua kesadaran itu datang menghampiriku....

Tiba tiba pandanganku terasa gelap, satu satunya yang bisa menggambarkannya adalah segala sesuatu tampak jauh, keringat bercucuran dari leherku, jantungku berdetak tidak karuan, daun telingaku berdering seperti akan pecah.

Aku merasa sangat mual dan merasa seperti akan pingsan, kakiku terasa seperti jelly membuatku tak mampu menahan berat tubuhku lagi, sehingga aku tersungkur ke lantai dengan berpegangan pada tembok sebagai penopang hidupku.

Aku tahu apa yang terjadi denganku saat ini, aku pernah membacanya sekali di internet tentang serangan panik. Memang tidak separah seperti yang kuperkirakan saat membaca, Tapi aku tak pernah mengira aku akan merasakannya.

Aku tak bisa!!!

Sambil mencoba mengendalikan napasku yang tak beraturan, aku membuka tasku dan mencari hpku dengan tangan bergemetar.

Unexpected HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang