"It feels like everything is meaningless without her. Your friends and family are there for you and try to make you laugh and be okay again, but the only person that can make you feel better is the only person that won't be there for you"
"Apa tidak ada cara lain Kiera?" Tanya Rose yang terisak isak saat aku mengucapkan pidato perpisahaan ke karyawanku.
Hari ini adalah hari terakhirku di Smarty, aku sudah membereskan barang barangku dan mengundurkan diri dari jabatanku. Kemaren malam aku sudah membuat pesta perpisahaan untuk karyawanku. Kami sudah bersenang senang bahkan hampir menangis. Aku juga sudah berkali kali menjelaskannya kepada Rose tentang situasinya. Namun entah kenapa tetap sangat berat meninggalkan perusahaan yang kubangun dengan keringatku sejak dari awal.
"Hey ambil sisi positifnya. Aku jadi mempunyai waktu luang dan bisa memfokuskan ke perusahaan Dad. Lagipula aku tidak benar benar melupakan Smarty, aku akan terus memantaunya. Aku tetap salah satu pemegang saham tertinggi disini. Namun sekarang kau yang akan lebih bertanggung jawab disini. Aku tau kau bisa melakukannya Rose" semangatku.
Dengan perkataan terkahirku itu, akupun melangkah keluar dengan langkah yang berat. Ketika aku tidak tau harus kemana.
Tiba tiba sebuah pesan masuk dari Tristan
Kami sedang berkumpul di tempat biasa. Kau ikut?
Secercah senyuman akhirnya tersungging di bibirku.
Kebetulan sekali.
Dengan hati yang tidak seberat tadi, aku mulai melangkah lebih jauh dari Smarty. Berharap keempat laki laki sahabatku dapat mengobati rasa sakitku karna meninggalkan Smarty
"Bagaimana Leo?"
Aku yang baru memasuki sebuah restaurant terkenal dan berjalan ke sebuah meja spesial untuk menemui keempat sahabat laki lakiku, langsung berhenti ditempat begitu mendengar pertanyaan yang diutarakan Tristan.
Otakku mengatakan untuk terus berjalan dan pura pura tidak mendengar pertanyaan tadi, tapi entah kenapa aku tidak bisa menggerakkan kakiku dan justru memasang telinga untuk menguping pembicaraan mereka.
"Entahlah, aku merasa seperti tidak mengenalnya lagi" celetuk Derek.
Xander menggeleng gelengkan kepalanya "Apa menurut kalian kita tidak melakukan sesuatu? Apapun itu?"
"Apa lagi yang bisa kita lakukan? Dulu ada Kiera, tapi sekarang bahkan Kiera sudah tidak ada disampingnya" jawab Jace, suaranya keras dan marah "Ia tidak ada disana dan tanpanya, Leo hilang. Apa kalian tidak mengerti? Ia hilang!" Jace menggeleng kepalanya. "Ia tidak mempunyai apa apa tanpa Kiera. Kau ingin memberitahunya Ia memiliki kita, tapi apa yang ia miliki dengan kita?"
"Sahabat! Keluarga!" Teriak Xander, suaranya parau.
"Tidak" jawab Jace, seperti ingin maju dan mengguncang Xander. "Ya kitalah keluarganya, kitalah sahabat sahabatnya. Tapi kita bukanlah Kiera. Kita Bukanlah Kiera yang akan menjadi istrinya. Kita Bukan Kiera yang akan menjadi segalanya bagi Leo" seru Jace, melambai lambaikan tangannya.
"Sinar matahari dan pelangi dan semua cinta shit itu. Tapi bukan apa yang terjadi sekarang. Ini Adalah malapetaka dan kesuraman dan kamar yang gelap. Ini adalah makanan yang hambar dan kekosongan yang mengikutinya kemanapun Ia pergi. Bayangan yang menunggu untuk menelanmu dan keputusasaan yang memakanmu dari dalam. Ini hati yang rusak dan suara didalam kepalamu yang membuatmu gila. Seperti kau ingin menutup matamu dan tidak ingin melihat apapun kecuali kegelapan. Dan k-kau tidak bisa melanjutkan harimu" Jace menganbil napas lalu menghembuskannya perlahan, seperti memeluk dirinya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Hell
DragosteAda begitu banyak hal yang ingin kukatakan, Namun tidak ada sepatah katapun yang mampu keluar dari bibirku. Mataku ingin menangis, meneteskan air mata yang tak kunjung turun, Namun hanya rasa hampa yang memenuhi ruang kosong dalam diriku. Di dalam h...