[Part 4] Am I Pregnant?

36.4K 1.3K 9
                                    

Gadis bernama Jinsol itu berjalan lemas saat keluar dari ruang spesialis kandungan. Ia membawa sebuah surat pernyataan di tangan kanannya. Wajahnya terlihat begitu sedih. Air matanya mengalir. Bagian di ulu hatinya terasa begitu sakit.

.
.
.

Jinsol baru saja sampai di rumah yang ditinggalinya sejal 4 bulan terakhir. Gadis itu menatap kembali surat pernyataan dokter yang diberikan tadi. Memastikan bahwa dokter itu hanya bercanda. Tapi sayang, semuanya benar. Hiks hiks. Satu persatu air mata mengalir dari pelupuk matanya.

Gadis itu masih menangis. sudah 3 jam ia menangis. ia tidak bisa berpikir dengan jernih. Namun beberapa menit kemudian ia mendengar suara pintu kamarnya terbuka.

"Jinsol siapkan air hangat untukku." Perintah pria itu. Jinsol masih diam di tempatnya. Ia masih menangis. "Kau tidak dengar?!" bentaknya lagi. "Ada apa denganmu? Kenapa kau menangis?!" Pria itu membentak untuk ketiga kalinya. "Jawab aku! Kamu punya mulut kan?!"

"Aku... hamil."

Kai berjalan mundur dan sedetik kemudian dia tersenyum.

"Kau serius? Aku tidak salah dengar kan?"

"Aku hamil oppa. Aku hamil!!!" Jinsol menjawab dengan nada tingginya.

"Kenapa kau terlihat begitu marah? Kau tidak senang?!"

"Kau tidak berpikir hah?! Bagaimana dengan sekolahku?! Tidak mungkin aku sekolah dengan perut buncit!! Kau tau ini belum waktunya bagi seorang gadis sepertiku mengandung seorang bayi!! Kau ingin aku dan dia mati hah?!"

Kai berjalan menuju lemari pakaiannya dan beberapa detik kemudian ia melempar sebuah kain panjang ke arah Jinsol.

"Pakai ini untuk menutupi kehamilanmu! Jangan pernah melakukan hal bodoh yang akan membahayakan bayi itu!"

"Hidupku menyedihkan. Kenapa waktu itu aku harus menerima tawaranmu?! Kenapa?! Diantar semua orang miskin kenapa kau memilihku?! Kau kejam! Aaaarrrghhh!!" Jinsol menjerit dan memukul perutnya dengan keras.

"Ya! Apa yang kau lakukan?!" Kai berlari mendekati Jinsoldan memeluknya dengan erat.

"Lepaskan aku!! Jangan sentuh aku!! Hidupku hancur karenamu! Kau jahat!!" Jinsol meronta agar Kai melepas pelukannya. Tapi tidak bisa. Karena tenaga Kai jauh lebih besar darinya.

"Dengarkan aku. Aku berjanji padamu tidak akan membiarkanmu kerepotan mengurus bayi itu. Aku yang akan memasak. Aku yang akan mencuci baju, menjemur bahkan melipatnya. Kau tidak perlu melakukan apapun selain belajar dan menjaga kesehatan bayi itu. Maafkan aku yang selalu memerintahmu dan membentakmu."

"Kenapa harus aku yang seperti ini? Aku tidak ingin ini terjadi. Aku belum siap oppa.. hiks. Bagaimana dengan sekolahku nanti?" Jinsol akhirnya lebih tenang. Ia membalas pelukan Kai.

"Maafkan aku. Aku harusnya tidak melakukannya padamu. Maafkan aku." Kai melepas pelukannya pada Jinsol. Ia menghapus setiap jejak air mata di pipi mulus istrinya. "Tidurlah. Aku akan menemanimu. Besok, aku akan membuatkan surat ijin untukmu." Pria itu membaringkan istrinya dan menaikkan selimut hingga menutupi leher gadisnya. "Tidurlah. Matamu membengkak."

.
.
.

Jinsol masih asik dalam dunia mimpinya. Sedangkan Kai sudah berangkat ke tempat kerjanya sejak satu jam yang lalu. Ia sudah memasak makanan untuk Jinsol dan juga sudah mencuci dan menjemur cuciannya.

Ting tung!

Jinsol tersadar dari mimpinya setelah mendengar suara pesan line di ponselnya. "Eunghhh" lenguhan halus itu terdengar bersamaan dengan gerakannya menggeliat. Jinsol meraih ponselnya dan membaca pesan line itu. siapa lagi? Tentu saja dari suaminya. Matanya membulat saat melihat panggilan video masuk. Ia terlihat bingung. Dengan segera ia bangun dan sedikit merapikan rambutnya yang berantakan.

[NC Fanfiction] Married With My TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang