3 : Weird

1.3K 124 21
                                    

Jasmine Hill's POV

Aku memakai crop hoodie berwarna hitam sehingga menyisakan perutku. Lalu aku memakai sweatpants berwarna abu-abu. Aku membelah 2 rambutku dan meletakkannya di depan, menggantung melewati dadaku. Lalu aku memakai hoodienya.

Aku memakai flatshoes dan berjalan keluar rumah. Aku ingin kerumah temanku yang tidak jauh dari rumahku. Aku ingin kerumah temanku karena di rumahku tidak ada siapa-siapa. Ibuku pergi dengan temannya. Well, aku tidak terlalu suka ibuku. Dia pemabuk keras, dan dia sangat kasar kepadaku jika dia sedang mabuk. Sedangkan Ayahku sedang bekerja. Dia sedang ditugaskan di Dubai selama 2 bulan. Jadi, selama 2 bulan ini kemungkinan aku sendiri terus karena ibuku selalu keluar dengan temannya jika tidak ada Ayahku.

Well, aku sepertinya salah untuk mengenakan crop hoodie. Sekarang malam, dan sangat dingin. Ugh stupid as usual.

Aku menghiraukan rasa dinginnya. Tetap berjalan di jalanan yang sepi. Yup. Sepi. S E P I. Di malam hari. Sendirian. Gelap. Damn.

Aku mempercepat jalanku ketika aku mulai merasakan takut. Tapi aku mendengar suara. Aku berhenti berjalan. Dan mendengarkan suara itu lagi.

"Please don't." Suara laki-laki seperti ketakutan. Aku mengerutkan kening dan menatap kesekeliling. Aku tidak melihat siapa-siapa kecuali pohon-pohon yang lebat.

Suaranya terdengar kembali. Aku mengikuti suara asalnya diam-diam. Lalu aku mendengar suara erangan keras, dan secara refleks aku menutup telingaku dengan telapak tangan dan memejamkan mataku. Lalu aku membuka telinga dan mataku kembali. Suaranya sudah tidak ada. Aku berjalan kembali, masih penasaran dari mana suara itu.
Aku tidak melihat siapa-siapa. Masih dengan pohon yang lebat, 1 mobil Range Rover hitam di pinggir jalan dan 1 tiang lampu jalanan. Aku berjalan melewati mobil itu. Mobilnya berkaca gelap sehingga aku tidak bisa melihat apakah ada orang di dalamnya. Saat aku melihat ke kaca, aku melihat pantulanku di kaca. Dan seketika aku terdiam ketika melihat sesuatu di belakangku melalui kaca mobil. Seseorang lebih tepatnya. Dia mengenakan masker menutupi keluruh kepalanya, dan mengenakan kaus hitam. Dia hanya diam, tetapi sepertinya menyadari bahwa aku telah melihatnya melalui kaca mobil karena dia memiringkan kepalanya sedikit ke samping, seperti berfikir.

Aku meneguk air ludahku. Seketika aku takut. Apakah aku harus berbalik badan? Apakah dia jahat? Biasanya, orang mengenakan masker yang menutupi seluruh kepala itu orang jahat. Aku harus apa?! For God's sake! Lord, please help me.

Aku berbalik perlahan dan melihat nya. Saat aku benar-benar menghadapnya, dia langsung mendorongku dengan tubuhnya ke mobil sehingga tubuhku dihimpit oleh tubuhnya dan mobil. Tangannya yang satu menahan mulutku saat aku ingin berteriak dan tangannya yang lain menahan kedua tanganku di atas kepalaku. Tubuhku gemetar ketakutan. Apa yang akan dia lakukan kepadaku? Apa aku akan mati malam ini?

Aku mengerang saat dia mencengkram kedua tanganku lebih kuat. Keringat mulai muncul di kepalaku. Jantungku berdegup sangat kencang.

Dia memiringkan kepalanya, menelitiku. Lalu memajukan wajahnya -yang tidak terlihat- lebih dekat dengan wajahku.

"Jika kau berteriak, aku akan membunuhmu." Bisiknya, lalu dia melepaskan tangannya dari mulutku dan menempatkan tangannya di pinggangku. Dia memakai sarung tangan, yang aku bersyukur karena dia tidak menyentuhku langsung dengan kulitnya.

Aku membungkam mulutku. Jangan berteriak, jangan berteriak. Aku terus mengulang-ulang kalimat itu di kepalaku.

"P-please don't k-kill me." Bisikku gemetar, hampir tidak terdengar. Aku juga tidak tahu dia mendengarku atau tidak.

Aku melihat ke wajahnya yang tertutup. Hanya mata dan bibirnya yang terlihat. Matanya berwarna hijau gelap karena pencahayaan yang kurang, dan bibirnya yang pink mengkilap karena dijilat.

"Give me a good reason why shouldn't I kill you?" Tanyanya dengan suara serak mengintimidasi. Aku meneguk ludahku lagi dan berfikir.

"U-um... Karena..." Aku berdeham, menetralkan nafasku dan menormalkan suaraku yang gemetar. "Karena banyak hal yang belum terpenuhi dalam hidupku." Aku berujar dengan cepat. Tetapi dia mendengarku jelas karena dia mengangguk kan kepalanya.

"What's your name?" Tanyanya.

"Um... I..." Apakah aku harus menjawab dengan jujur? Apa akibatnya jika aku menjawabnya dengan jujur? "Sara." Bohongku.

"Liar." Ujarnya, menatap langsung mataku. Fuck, bagaimana dia tahu aku berbohong? "Aku tahu jika orang berbohong, dan jangan coba-coba berbohong padaku." Dia lebih mendesakku lagi dengan tubuhnya dan cengkraman tangannya di kedua tanganku lebih kencang, membuatku meringis.

"Okay, Okay! Jasmine! M-my name is Jasmine!" Aku memejamkan mataku saat dia memajukan wajahnya. "A-apa yang kau lakukan?"

Dia tetap diam dan mendekat kan wajahnya ke leherku. Lalu aku merasakan dia menggigit kulitku pelan, membuatku mengerang tetapi kemudian aku membungkam mulutku.

"P-please let me go." Mohonku. Dia memundurkan wajahnya lagi dan menatap mataku.

"Okay, tapi ada satu syarat." Ujarnya, membuatku mengerutkan kening.

"Apa?"

"Bertemanlah denganku, dan jangan bilang siapa-siapa tentangku."

Aku secara refleks mengangguk. Okay, Asalkan dia melepaskanku dan tidak menyakitiku, tidak masalah.

Dia melepaskan tangannya dari tanganku. Membuat kelegaan karena sedari tadi dia menahan tanganku diatas kepalaku. Lalu memundurkan tubuhnya.

"Kau ingin kemana malam-malam seperti ini?"

"Uh... Tadinya aku ingin kerumah temanku, tetapi sepertinya sekarang aku akan pulang saja."

Dia mengangguk. Lalu tanpa berkata-kata lagi, dia masuk ke mobilnya dan menyalakan mesinnya. Dia menjalankan mobilnya meninggalkan ku sendirian. Kenapa dia sangat aneh?

Aku menggelengkan kepalaku dan segera berjalan kembali kearah rumahku. Karena kejadian tadi membuatku tidak jadi kerumah temanku. That's scared the hell out of me.

****

Okay, I know this is bad, but I promise you I'll keep my best for you.

And the cast for Jasmine Hill is Taylor Hill.

Keep vomment pleaseeeeeee, loves ya babies💜💜

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang